Ciri Khas Maulid Nabi yang Diselenggarakan oleh Habib Umar bin Hud Alattas

 
Ciri Khas Maulid Nabi yang Diselenggarakan oleh Habib Umar bin Hud Alattas
Sumber Gambar: dok. pribadi/FB احمد اسفر الهَمْزة

Laduni.ID, Ngawi – Al Allamah Al Arifbillah Al Quthub Al Habib Umar bin Muhammad bin Hasan bin Hud Al Attas atau biasa dikenal Habib Umar bin Hud Alattas merupakan seorang waliyullah yang berada pada tingkatan Qutub. Usia beliau lebih dari 100 tahun, tepatnya 108 tahun saat beliau wafat.

Beliau dilahirkan pada tahun 1313 H (1892 M), beliau tinggal dengan ibunya, Syarifah Nur binti Hasan Alattas, sedang sang ayah telah berada di Indonesia bersama kakak pertamanya, Habib Umar.

Pada saat usia Habib Umar menginjak 16 tahun, sang ibu pergi meninggalkan beliau. Akhirnya Habib Umar diminta untuk datang ke Indonesia dan berdakwah. Akhirnya beliau datang ke Indonesia dan berdakwah sambal berjualan kain di pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Setelah itu beliau juga membuka sebuah pengajian dan majelis maulid di Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat.

Maulid Nabi yang diselenggarakan oleh Habib Umar di Cipayung disebut sebagai Maulid Internasional, sebab lebih dari 100.000 jamah dari berbagai negara hadir untuk mengikuti Maulid yang digelar oleh Habib Umar. Jamaah mancanegara yang hadir mengikuti maulid sebagian besar berasal dari Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.

Banyaknya jamaah mancanegara yang hadir dikarenakan kedekatan beliau kepada umat Islam di negara-negara tersebut. Kala itu, saat terjadi konfrontasi antara Malaysia dengan Indonesia pada tahun 1950-an, Habib Umar terjebak di Singapura yang saat itu masih menjadi bagian dari Malaysia. Namun selama lima tahun di Singapura, beliau sangat dihormati dan disegani oleh umat muslim di sana. Sehingga saat menyelenggarakan maulid, banyak jamaah dari negara-negara tersebut hadir untuk mengikuti maulidnya.

Salah satu ciri khas yang membedakan Maulid yang diselenggrakan oleh Habib Umar dengan Maulid di majelis-majelis lain adalah tidak adanya ceramah setelah pembacaan maulid. Hal tersebut dikhawatirkan akan menimbulkan saling serang dan fitnah antar jamaah.

Kegiatan beliau lainnya adalah setiap Subuh beliau selalu memimpin Shalat Subuh berjamaah di kediamannya, setidaknya ada lebih dari 300 jamaah Shalat Subuh yang hadir, sementara hari Jmaut tidak kurang dari 1000 jamaah Shalat Subuh.

Setiap Sabtu beliau juga mengajar fiqih, sedangkan malam Jumatnya beliau mengadakan pembacaan Maulid Addiba’i di Cipayung, Bogor. Dari situ pulalah beliau dikenal dengan nama Habib Umar Cipayung. Selain itu, Habib Umar juga gemar hadir dalam majelis ilmu Al Habib Abdullah bin Muhsin Al Attas di Keramat Empang, Bogor, beliau hadir ke majelis itu dengan mengayuh sepeda dari Jakarta ke Bogor

Habib Umar pernah tinggal di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, di sana beliau mendirikan sebuah masjid dan madrasah yang diberinama Assa’adah, yang artinya kebahagiaan. Nama tersebut merupakan pemberian dari Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid Jember (Habib Sholeh Tanggul).

Setiap tahunnya Habib Umar selalu menyelenggarakan Maulid Akbar di Cipayung, Bogor. Peringatan Maulid yang diselenggarakan oleh Habib Umar diikuti oleh jamaah dari mancanegara. Hidangan yang disajikan juga begitu banyak, beliau menyembelih sekitar 1.600 ekor kambing, dua ekor unta, dan memasak lebih dari 25 ton beras. Ketika ditanya darimana beliau mendapatkan itu semua, beliau menjawab dengan singkat dan jelas, “Dari Allah SWT.”

Disadur dari FB احمد اسفر الهَمْزة


Editor: Daniel Simatupang