Biografi KH. Muhammad Jauhar Arifin

 
Biografi KH. Muhammad Jauhar Arifin

Daftar Isi

1          Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1       Lahir
1.2       Riwayat Keluarga
1.3       Wafat

2          Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1       Masa Menuntut Ilmu
2.2       Guru-Guru Beliau
2.3       Mengasuh Pesantren

3          Penerus Beliau
3.1       Anak-anak Beliau
3.2       Murid-murid Beliau

4          Karya, dan Karier 
4.1       Karya-karya Beliau
4.2       Karier Beliau

5          Referensi

1          Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1       Lahir
KH. Muhammad Jauhar Arifin yang biasa akrab disapa dengan Kyai Johar/Mbah Johar, lahir di desa Balerante, Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat pada tanggal 28 Maret 1868 M. Beliau terlahir dari pasangan Kyai Abdul Majid dan Nyai Hj. Arniyah (biasa disapa Mbok Ompong). Ayah beliau adalah seorang pengasuh pondok pesantren Balerante (nama pesantren sebelum dirubah menjadi pondok pesantren Al-Jauhariyah), sedangkan ibunya adalah seorang Ibu rumah tangga sekaligus selalu membantu suaminya dalam mengasuh pesantren.

Menurut KH. Muhammad Faqih (cucu KH. Muhammad Jauhar Arifin), nama kecil dari Kyai Jauhar adalah Ilyas. Beliau berganti nama dengan nama Muhammad Jauhar Arifin sejak beliau menempuh pendidikannya di Makkah.  Kyai Jauhar merupakan anak ke-6 dari tujuh bersaudara yakni: Kyai Jawahir, H. Dul, H. Maemun, Nyai Widah, Nyai Muksinah, KH. Muhammad Jauhar Arifin dan Nyai Rumilah.

1.2       Riwayat Keluarga
Semasa hidupnya KH. Muhammad Jauhar Arifin menikah dengan tujuh orang wanita. Namun dari sekian banyaknya jumlah istri Kyai Jauhar, tidaklah istri-istri beliau berkumpul menjadi satu, melainkan hanya empat orang istri. Hal ini menunjukan bahwa kyai Jauhar tidak melanggar hukum syariat Islam, sebagaimana yang telah dijelaskan pada ayat Al-Qur’an di atas. Di antara istri-istri KH. Muhammad Jauhar Arifin ada istri beliau yang meninggal dan bercerai yang kemudian beliau menikah lagi. Selain itu, ada juga satu orang istri beliau yang dinikahi atas jalan wasiat yaitu Nyai Salimah. 

Perempuan yang pertama dinikahi KH. Muhammad Jauhar Arifin adalah Nyai Hindun yang merupakan putri dari KH. Hasan Jones. Pernikahannya berlangsung atas restu kedua orang tuanya pada tahun 1890 disaat beliau sedang menimba ilmu di pondok Sukun Sari Plered. Dari pernikahannya dengan Nyai Hindun tersebut beliau dikaruniai tiga orang anak, yaitu Nyai Aisyah, KH. Ridwan dan KH. Amin. 

Istri kedua dari KH. Muhammad Jauhar Arifin adalah Nyai Salimah. Nyai Salimah merupakan keponakan dari Nyai Hindun. Pernikahan ini atas jalan wasiat dari bibinya yaitu Nyai Hindun. Sebelum wafatnya, Nyai Hindun berwasiat kepada Nyai Salimah untuk menikah dengan Kyai Jauhar. Kemudian akad pernikahan KH. Muhammad Jauhar Arifin dengan Nyai Salimah dilangsungkan  setelah wafatnya Nyai Hindun dan diselenggarakan di rumah mempelai wanita yakni di desa Sukun Sari Plered. Pernikahan Kyai Jauhar dengan Nyai Salimah ini dikaruniai lima anak putra putri, yaitu Abdul Majid, Mahfudz, Hasan, Sholekha dan Sopia.

Setelah menikahi Nyai Salimah, kemudian KH. Muhammad Jauhar Arifin menikah lagi dengan Nyai Marfuah yang berasal dari desa Panguragan Cirebon. Dari pernikahannya tersebut, KH. Muhammad Jauhar Arifin dikaruniai empat orang anak yaitu Kyai Dimyati, Umar, Hindun dan Minhatul Maula.

Selanjutnya, istri keempat dari KH. Muhammad Jauhar Arifinadalah Nyai Asia yang berasal dari Perbutulan Cirebon. Beliau menikahi Nyai Asia setelah wafatnya Nyai Salimah. Namun pernikahan ini tidak berlangsung lama karena adanya suatu perceraian. Dari pernikahan ini pula Kyai Jauhar dikaruniai dua orang putra, yaitu Husain Habsyi Faqih dan Said Yamani.

Setelah terjadinya perceraian, KH. Muhammad Jauhar Arifin kemudian menikah lagi dengan Nyai Khodijah yang berasal dari daerah Jatiwangi. Dari pernikahan ini Kyai Jauhar hanya dikaruniai seorang putra yang bernama Abdullah. Setelah itu, KH. Muhammad Jauhar Arifin menikahi Nyai Zahro (berasal dari desa Kalilunyu Benda Cirebon) dan dikaruniai satu anak yaitu Marfuah.

Pernikahan KH. Muhammad Jauhar Arifin dengan Nyai Zahro tidak begitu lama karena wafatnya Nyai Zahro saat itu. Lalu kemudian KH. Muhammad Jauhar Arifin menikah dengan Nyai Hasanah yang berasal dari Gua Kidul Gegesik Cirebon dan merupakan istri ketujuh sekaligus istri terakhir beliau. Dari pernikahan ini Kyai Jauhar tidak mendapatkan keturunan.

Pernikahanmerupakan salah satu proses islamisasi di Indonesia yaitu melalui cara transformasi budaya dan mengenalkan ajaran Islam serta menikahkan wanita dengan mubaligh. Pernikahan yang dilakukan Kyai Jauhar ini juga tidak lepas sebagai misi dakwah beliau di tanah Jawa khususnya di desa Balerante Cirebon, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Syaikh Nurjati dalam mengislamkan penduduk Jawa Barat khususnya di Cirebon. 

1.3     Wafat
KH. Muhammad Jauhar Arifin dikenal sebagai figur ulama yang sangat penting dalam memajukan pendidikan Islam di wilayah Cirebon khususnya di desa Balerante. Kepopuleran Kyai Jauhar disejajarkan dengan Kyai tokoh pada masanya, pada masyarakat Cirebon dan sekitarnya KH. Muhammad Jauhar Arifin lebih banyak pada hal supranatural (Khowarikul Adat). Dalam melaksanakan kegiatan rutinitas hariannya beliau tidak pernah  mengenal lelah hingga di tahun 1941 M kesehatan KH. Muhammad Jauhar Arifin menurun. Namun demikian, rasa sakit yang beliau rasakan tidak menghalanginya untuk tetap hadir dalam mengisi pengajian di pesantren.  

Pada tahun ini pula kesehatan KH. Muhammad Jauhar Arifin semakin menurun. Semua keluarga beliau berkumpul di dalam kediaman rumahnya dengan membaca surat Yasin dan sholawat berharap Allah dapat mengangkat penyakitnya. Namun Allah berkehendak lain,KH. Muhammad Jauhar Arifin menghembuskan nafas terakhirnya di kediaman beliau sendiri. Kepergian KH. Muhammad Jauhar Arifin meninggalkan beberapa istri beliau yaitu Nyai Khodijah, Nyai Salimah, Nyai Hasanah dan Nyai Marfuah beserta putra putrinya. Lalu beliau dimakamkan di pemakaman yang ada desa Balerante. 

Untuk mengenang perjuangan KH. Muhammad Jauhar Arifin, pondok pesantren yang dulunya bernama pesantren Balerante setelah wafatnya kini pondok ini bernama pondok pesantren Al-Jauhariyah. Selain itu, untuk menghormati hari wafatnya Kyai Jauhar, pada setiap tahunnya pesantren Al-Jauhariyah mengadakan acara haulan. Haul ini dilaksanakan pada hari sebelum acara khotmil Qur’an  yang dihadiri oleh para alumni pesantren dan masyarakat desa setempat.

2          Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau

2.1       Masa Menuntut Ilmu
KH. Muhammad Jauhar Arifin Menginjak usia remaja, Kyai Jauhar dipondokkan di sebuah pesantren Sukun Sari yang berada di Plered di bawah pengasuh KH. Hasan Jones. Beliau mengabdi di pesantren tersebut selama tiga tahun. Dalam pengabdiannya di pesantren, pernah suatu ketika Kyai Jauhar diminta Kyai Jones untuk menggantikannya mengajar. Saat itu, karena Kyai Hasan sedang merasa kurang sehat. Hal ini karena dilandasi oleh keilmuan yang dimiliki oleh Kyai Jauhar. Bahkan beliau juga diminta untuk menikahi putrinya.

Atas kepercayaan Kyai Hasan, maka pada tahun 1890 beliau dinikahkan dengan putrinya yang bernama Nyai Hindun. Pernikahannya dengan Nyai Hindun dikaruniai tiga orang anak, yaitu Nyai Asia, KH. Ridwan dan KH. Amin. Namun, kecintaan Kyai Jauhar terhadap istri yang baru saja dinikahinya tidak menyurutkan langkahnya untuk tetap mencari ilmu. Terbukti setelah menikah dengan Nyai Hindun, beliau tetap melanjutkan pendidikannya di Makkah. Beliau mengenyam pendidikan di Makkah selama lima tahun (1891-1896 M). Di Makkah beliau berguru bersama teman-temannya, antara lain Abdul Wahab Chasbullah (Jombang), Hasyim Asy’ari (Jombang), Bagir (Yogyakarta) serta teman lainnya. 

Adapun nama-nama guru Kyai JauharKH. Muhammad Jauhar Arifin di Makkah dan Madinah sebagaimana diutarakan oleh Kyai Said Yaman adalah Syaikh Muhammad Amin bin Ahmad Ridwan Al-Madani, disebut Syaikh Dalail Al-Khairat, Syaikh Said Ali Al-Yamani, Syaikh Husain Al-Habsi, Syaikh Mahfudz Al-Tirmasi. Untuk tabarrukan kepada guru-guru beliau, maka nama-nama guru beliau ini kemudian dijadikan nama untuk anak-anaknya, di antaranya yaitu: 

1.    KH. Ridwan
2.    KH. Amin
3.    KH. Said Al- Yamani
2.    KH. Husain Habsyi Faqih
3.    KH. Dimyati
4.    KH. Abdul Majid
5.    KH. Mahfudz
6.    KH. Hasan.

Setelah menempuh pendidikan di Makkah, KH. Muhammad Jauhar Arifin menuju Madura untuk berilmu kepada Kyai Kholil Bangkalan di pesantren Bangkalan Madura. Beliau sangat tekun dan rajin belajar. Tidak sedikit kitab-kiatb yang telah beliau pelajari dari Kyai Kholil seperti kitab Fiqih, Ushul Fiqih, dan ilmu tentang Hikmah/Tasawuf. Sehingga beliau terkenal dengan sebutan ulama ahli Fiqih (Fuqaha) dan Ahli Hikmah/Tasawuf (Muhakamah). Hal ini terbukti dengan karyanya yang berjudul Risalah Sabilil Huda Fi al-Jumu’ah Wa Fi al-Raddi ‘Ala Man Mana’a al-Mu’adah.
Melihat KH. Muhammad Jauhar Arifin adalah seorang yang ‘alim dan berwibawa, beliau pun memiliki murid yang sangat banyak, terutama para kyai yang sekarang menjadi kyai sepuh di Cirebon, di antaranya:

1.    KH. Amin Sepuh, Babakan Ciwaringin, pernah menjadi lurah santri
2.    KH. Hasbullah Winong
3.    KH. Habib Syaikh Jagasatru
4.    KH. Syatori Arjawinangun
5.    KH. Abdullah Marageni Tegalgubug. 

Menurut KH. Abdullah Marageni menceritakan, bahwa santri-santri Cirebon dan sekitarnya setelah belajar pada Kyai Cholil di pesantren Bangkalan Madura, mereka diamanati untuk tetap belajar kepada KH. Muhammad Jauhar Arifin Balerante Cirebon, sehingga walaupun mereka sudah menjadi kyai yang alim di daerahnya, mereka tetap aktif menimba ilmu kepada Kyai Jauhar dalam pengajian rutinitas setiap minggunya di pesantren Al- Jauhariyah.  Hal ini menunjukkan tingginya keilmuan beliau di antara kyai-kyai Cirebon pada masanya.

2.2       Guru-Guru Beliau

  1. KH. Hasan Jones
  2. KH. Abdul Wahab Chasbullah (Jombang)
  3.  KH. Hasyim Asy’ari (Jombang)
  4.  KH. Bagir (Yogyakarta)
  5. Syaikh Muhammad Amin bin Ahmad Ridwan Al-Madani, disebut Syaikh Dalail Al-Khairat
  6. Syaikh Said Ali Al-Yamani
  7. Syaikh Husain Al-Habsi
  8. Syaikh Mahfudz Al-Tirmasi
  9. KH. Kholil Bangkalan

2.3       Mengasuh Pesantren

Awalnya Keraton Kasepuhan lantas mewakafkan tanah di Balerante. Di tanah wakaf itulah, pada 1779 Kiai Romli mulai mendirikan pemondokan bagi santri-santrinya yang datang dari jauh untuk mengaji padanya. Kiai Romli bukan saja dikenal sebagai ulama yang wara’, lebih dari itu ia merupakan ulama besar Cirebon yang terjun langsung dalam setiap peperangan melawan penjajah diantaranya yakni perang kedondong yang berlangsung di awal abad ke-19.

“Kiai Romli itu yang memperjuangkan perang kedondong,” katanya.

Sepeninggalnya Kiai Romli, pesantren Balerante  kemudian diteruskan oleh putranya yakni KH. Abdul Majid hingga 1897. Pesantren itu kemudian dilanjutkan oleh generasi ketiga dari Kiai Romli yakni KH. Jauhar Arifin.

Dibawah pengasuhan KH. Muhammad Jauhar Arifin, pesantren Balerante semakin berkembang pesat. Bahkan saat itu pesantren Balerante menjadi satu-satunya pesantren yang memiliki bangunan permanen mulai dari masjid, penginapan santri hingga tempat tinggal Kiai. Sementara pesantren-pesantren lain yang berada di wilayah Cirebon bangunannya masih berupa rumah panggung.

Saat KH. Jauhar Arifin memimpin, pesantren Balerante pun diberi nama pesantren Al Jauhariyah. SepeninggalnyaKH. Muhammad Jauhar Arifin, pesantren itu dipimpin oleh putranya yakni KH. Ridhwan Jauhar hingga 1975. Setelah itu pesantren dipimpin putra kedua Kiai Jauhar atau adik Kiai Ridhwan Jauhar yakni KH. Amin Jauhar hingga 1982.

Pesantren kemudian dipimpin oleh adik dari Kiai Amin yakni KH. Faqih Jauhar hingga 2001. Saat ini pesantren dipimpin putra Kiai Faqih Jauhar yakni KH. Muhammad Faqih Jauhar.

3          Penerus Beliau

3.1       Anak-anak Beliau

Beliau memiliki anak-anak dari beberapa istrinya di antaranya adalah:

1. Dari Nyai Hindun:
   ​Nyai Aisyah, KH. Ridwan dan KH. Amin. 

2. Dari Nyai Salimah
Abdul Majid, Mahfudz, Hasan, Sholekha dan Sopia.

3. Dari Nyai Marfuah
Kyai Dimyati, Umar, Hindun dan Minhatul Maula

4. Dari Nyai Asia
Husain Habsyi Faqih dan Said Yamani.

5. Dari Nyai Khodijah
Abdullah

6. Dari Nyai Zahro
Marfuah.

3.2       Murid-murid Beliau

1.    KH. Amin Sepuh, Babakan Ciwaringin, pernah menjadi lurah santri
2.    KH. Hasbullah Winong
3.    KH. Habib Syaikh Jagasatru
4.    KH. Syatori Arjawinangun
5.    KH. Abdullah Marageni Tegalgubug. 

4        Karya, dan Karier

4.2       Karya-karya Beliau
Aktivitas rutin Kyai Jauhar disamping ibadah dan mengajar adalah menulis. Karya yang dihasilkannya sangat banyak dan berkaitan dengan ilmu-ilmu Islam, seperti Ilmu Tarikat, Fiqih dan Mantiq. Di antara karya beliau adalah sebagai berikut:
1.    Risalah Sabilil Huda Fi al-Jumuah Wa Fi al-Raddi ‘Ala Man Mana’a al-Mu’adah
2.    Menolak Paham Tarikat Tijani
3.    Tanya Jawab Soal Fiqih
4.    Al- Buhus Fii ‘Ilmi Mantiq

4.3       Karier Beliau

Mengasuh pesantren Al Jauhariyah

5         Referensi

https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314113140042.docx

https://pesantren.id › kh-jauhar-arifin

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya