Ingat! Jangan Membuka Aib Pelaku Maksiat yang Masih Hidup

 
Ingat! Jangan Membuka Aib Pelaku Maksiat yang Masih Hidup
Sumber Gambar: Ilustrasi/Tirto.ID

Laduni.ID, Jakarta – Berkaca pada kasus pemilik Boarding School yang memperkosa 12 santriwatinya, bahwa perilaku maksiat dapat merusak segala sendi-sendi kehidupan. Tidak sedikit orang mengutuk perbuatan yang dilakukan oleh Herry (36), bahkan mereka mencaci dan mengumbar aib Herry setiap hari tanpa henti.

Lalu, apa yang harus kita lakukan dalam menyikapi kasus tersebut, serta kasus-kasus lain yang serupa?

Sahabat, mengutuk perbuatan maksiat memang dibolehkan, bahkan kita dilarang untuk mendekatinya. Namun, mengutuk pelaku maksiat jangan lantas dijadikan sebagai hobi, yang bisa diucapkan dengan sesuka hati.

Kiai Abdul Wahab Ahmad, Dosen Fakultas Syariah UIN KH. Achmad Shiddiq Jember mengingatkan kepada kita semua, bahwa jangan karena membenci perbuatan maksiat lantas mengutuk dan membuka aib pelaku secara terus-menerus, apalagi pelaku maksiat masih hidup.

“Mengutuk pelaku maksiat jangan dijadikan semacam hobi yang kayak keenakan bahas itu terus. Bisa-bisa keburukan serupa terjadi pada diri sendiri loh,” kata Kiai Abdul Wahab Ahmad dalam unggahan Facbeooknya (12/12/2021).

Kalau niatnya bagus, lanjutnya, maka seseorang akan membahas perbuatan yang dilakukan (maksiat) dengan tujuan agar tak terulang di masa depan.

“Bahaslah bagaimana caranya menahan nafsu, bagaimana caranya membuat sistem kontrol hukum yang baik, bagaimana memberikan bantuan hukum dan penanganan trauma bagi korban, dan banyak hal positif lain yang bisa dijadikan topik,” ujarnya.

Sangat disayangkan, sebagian masyarakat malah sibuk menghakimi pelaku tanpa melihat kepada diri sendiri. Maksiat si pelaku sudah menjadi urusan dirinya dengan Allah, sedangkan yang halal untuk membahasnya secara tuntas adalah mereka yang memiliki kewenangan terhadapnya (polisi, hakim, jaksa).

“(Masyarakat) yang lain boleh sekedar bercerita sebatas agar menjadi kewaspadaan bersama, tapi awas ada efek sampingnya ketika membicarakan aib muslim lain yang masih hidup secara berlebihan,” tegasnya.

Jika si pelaku masih hidup, maka ia memiliki potensi berubah menjadi lebih baik di masa depan, dan bisa jadi yang mengutuknya hari ini justru di masa depan dirinya menjadi tidak baik. Sebab semua orang memiliki potensi untuk menjadi lebih baik atau lebih buruk di masa depan.

“Lain cerita kalau kasusnya adalah orang yang mati dalam keadaan su'ul khatimah, maka boleh dibahas dan diceritakan terus menerus sebagai pelajaran,” ujarnya.


Editor: Daniel Simatupang