Biografi Syekh Mukhtar Muda Nasution

 
Biografi Syekh Mukhtar Muda Nasution
Sumber Gambar: foto istimewa

Daftar Isi

1          Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1       Lahir
1.2       Riwayat Keluarga
1.3       Wafat

2          Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1       Masa Menuntut Ilmu
2.2       Guru-Guru Beliau
2.3       Mendirikan dan Mengasuh Pesantren

3          Penerus Beliau
3.1       Murid-murid Beliau

4          Organisasi, Karier, dan Karya,
4.1       Riwayat Organisasi
4.2       Karier Beliau
4.3       Karya-karya Beliau

5          Penghargaan   

6          Metode Dakwah Beliau

7          Referensi

8         Chart Silsilah Sanad

1         Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1       Lahir
Nama Lengkapnya Marahadam Nasution gelar Haji Mukhtar Muda Nasution bin Haji Muhammad Ludin Nasution bin Lobe Marusin bin Ja Manorsa bin Amal bin Ja Gading. Nama terakhir ini adalah leluhurnya yang pindah ke Kecamatan Barumun yang berasal dari daerah Panyabungan Mandailing. Haji Mukhtar Muda Nasution yang akrab dipanggil Tuan Mukhtar atau Syekh Mukhtar Muda, lahir di Wek II Gelanggang, Pasar Sibuhuan, Kecamatan Barumun, Tapanuli Selatan (saat ini menjadi Kabupaten Padang Lawas, hasil pemekaran wilayah) pada hari Ahad tanggal 9 Januari 1921 bersamaan dengan tanggal 22 Ramadan 1340 Hijrah, pada jam 15.00 Wib sore hari.

1.2       Riwayat Keluarga
Beliau menikah dengan seorang gadis cantik dua tahun lebih muda dari beliau, bernama Maimunah Hasibuan bin Haji Abdul Malik Hasibuan, berasal dari Wek I, Pasar Sibuhuan pada tanggal 10 Zulkaedah 1360 H/29 Nopember 1941 M. Dari hasil perkawinan itu dikaruniai 7 (tujuh) orang anak yaitu 2 (dua) orang putra dan 5 (lima) orang putri. Mereka adalah :
1. Hj. Amnah Alwiyah Nasution, pensiunan Guru Agama, wafat tahun 2004
2. H. A. Hilaluddin Nasution, pegawai Inspektorat Departemen Agama RI Jakarta, wafat tahun 1995
3. Anisah Raihani Nasution, wafat semasa bayi umur dua tahun
4. Fauziyah Hanum Nasution, wafat pada usia baya umur 21 tahun
5. M. Fakhri Al-Hamidi Nasution, seorang pedagang di Sibuhuan
6. Faizah Marhamah Nasution, wafat pada usia 15 tahun
7. Zakiyah Khairati Nasution, seorang ibu rumah tangga, isteri dari seorang Hakim Tinggi Agama, tinggal di Jakarta.

1.3       Wafat
Beliau wafat di Sibuhuan pada hari Sabtu, tanggal 31 Oktober 2009 M/12 Zulkaedah 1430 H, pada Jam 08.45 WIB, tutup usia 90 tahun.

2          Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau

2.1       Masa Menuntut Ilmu

Pendidikan Beliau saat menuntut ilmu:
a. Pendidikan Dalam Negeri.
1. Sekolah Gubernemen (SD) di Sibuhuan tamat tahun 1934
2. Ibtidaiyah di Maktab Syariful Majelis di Sibuhuan tingkat Ibtidaiyah tahun 1931 s/d 1935
3. Ibtidaiyah lanjutan di Madrasah Maslurah Tanjung Pura, Langkat, tamat tahun 1936
4. Tsanawiyah di Madrasah Aziziyah, Tanjung Pura, Langkat, 1937 s/d 1938.
5. Sarjana Muda (BA) di UNUSU Padangsidimpuan tamat tahun 1970
b. Pendidikan Luar Negeri.
1. Belajar di Masjidil Haram, Makkah, dari tahun 1939 s/d 1941.

2.2       Guru-Guru Beliau
Sebagai seorang ulama besar dan kharismatik, Syekh Mukhtar Muda memiliki banyak guru baik di dalam maupun luar negeri, sehingga tumbuh kemapanan berfikir dan beraktifitas yang didasari atas alur paham keagamaan yang dia terima dari guru-gurunya. Sejauh pengamatan yang ada semua guru-guru beliau berpahamkan Ahlussunnah Wal Jama’ah. Hal ini dibuktikan dari kukuhnya beliau dalam memahami, mendalami dan mengamalkan paham keagaman ini. Guru-guru beliau di antaranya adalah:

  1. Lobe Baharudin Lubis
  2. Lobe Harun Hasibuan
  3. Syahmadan asal Kotapinang
  4. Syekh Abdullah Afifuddin (Rais Syuriyah PW Nahdlatul Ulama Sumatera Utara tahun 50 s/d 60-an)
  5. Syekh Abdurrahim Abdullah
  6. Syekh Abdul Hamid Zaid
  7. Tuan Hasyim
  8. H.M. Salim Fakih
  9. Khayat Abdurrahman
  10. M. Said Johor (Guru Oboh)
  11. M. Jamil Imam
  12. Ahmad Jauhari 
  13. Ruknuddin
  14. Sayid Alawi al-Maliki ulama besar Makkah
  15. Sayid Amin al-Kutby
  16. Syekh Umar Hamdan al-Makhrosy al-Madany
  17. Syekh Sa’id al-Yamany
  18. Syekh Ibrahim Fathony
  19. Syekh Muhammad Araby al-Maghriby
  20. Syekh Hasan al-Masysyath
  21. Syekh Muhammad Ali al-Maliky
  22. Syekh Abdur Kadir al-Mandily
  23. Syekh Abdul Fattah Rawa
  24. Syekh Syarnuby al-Palimbany 
  25. Syekh Umar Arba’in.

2.3       Mendirikan dan Mengasuh Pesantren
Setelah beliau kembali dari Makkah al-Mukarramah dan menetap di Sibuhuan, beliau terjun mengajar meskipun usianya pada saat itu tergolong muda. Akan tetapi karena ilmunya yang sudah mumpuni, maka mulailah mengajar pertamakalinya di sekolah Madrasah Jam’iyatul Muta’allimin di Sibuhuan dari tahun 1942 s/d 1946.

Kemudian mengajar di Madrasah Tsanawiyah NU di Sibuhuan tahun 1947 s/d 1955. Mengajar di PGA NU dari tahun 1954 s/d 1980. Mengjar di KPU ”A” Sibuhuan 1953 s/d 1954. Kepala Sekolah Madrasah Aliyah di Sibuhuan tahun 1955 s/d 1990. Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah Yayasan Pendidikan Islam (YAPI) di Sibuhuan tahun 197 s/d 1990. Pimpinan Pondok Pesantren Aek Hayuara di Sibuhuan tahun 1975 s/d 1989. Pimpinan Pondok Pesantern Al-Mukhlisin di Sibuhuan tahun 1990 s/d 2008. Pimpinan Pondok Pesantren Al-Mukhtariyah di Sibuhuan tahun 1997 s/d wafatnya tahun 2009.

Dari data-data di atas menunjukkan bahwa beliau telah membangun dan memimpin satu madrasah dan tiga pondok pesantern. Madrasah yang disebutkan di awal saat ini tidak lagi terihat keberadaannya karena digantikan oleh madrasah Ibtidaiyah sawasta NU, akan tetapi ketiga pesantren yang disebutkan terakhir yaitu Ponpes Aek Hayuara masih bejalan dengan santri di atas seribuan, Ponpes Al-Mukhlisin sekitar delapan ratusan dan Ponpes Al-Mukhtariyah sekitar tiga ratusan santri.

3          Penerus Beliau

3.1      Murid-murid Beliau

Sebagai seorang ulama besar yang tinggl di pedesaan dan berkaliber nasional, sudah barang tentu mempunyai murid yang sangat banyak. Namun tidak ada catatan yang dapat dibaca berapa sebetulnya murid yang pernah mendapatkan ilmu dari beliau. Jika dibuat hitungan sederhana sejak beliau mengajar tahun 1942 sampai tidak aktif lagi mengajar di kelas karena usia rentanaya tahun 2008, berarti beliau mengajar 66 tahun.

Jika setiap tahun menamatkan 40 orang, maka murid formalnya yang tamat berjumlah sekitar 2600 orang lebih. Kemudian yang tidak tamat sekitar 1500 orang, maka berjumlah 4100 lebih. Selain murid formalnya di sekolah ada lagi murid pengajiannya rutin setiap hari Senin pagi, kaum bapak dan kaum ibu dari desa-desa di sekitar Sibuhuan sebanyak 100 orang sejak 30 tahun yang lalu, maka diperkirakan berjumlah 6000 orang.

Maka dapat dikatakan muridnya formal dan non formalnya tidak kurang dari 10.000 orang lebih. Dari jumlah tersebut di atas, kualifikasi keilmuan para muridnya beragam sekali. Meskipun pada awalnya murid belajar di pesantrennya dengan pelajaran agama, karena kurikulum sekolah yang dipimpinnya perpaduan mata pelajaran agama dan umum, maka banyak sekali muridnya yang melanjutkan tingkat SLTA-nya ke pendidikan umum, sehingga pada akhirnya banyak muridnya yang berijazah pendidikan umum dan bahkan sarjana umum. Merekalah pada akhirnya yang menduduki jabatan-jabatan penting dipemerintahan selain yang berposisi di Kementerian Agama.

Murid-murid beliau yang berhasil di kalangan akademik kampus mencapai pangkat guru besar ada sejumlah professor dan diantaranya ada yang menjadi Rektor, Pembantu Rektor, Dekan, Pembantu Dekan, dan dosen di berbagai perguruan tinggi. Kemudian, para muridnya banyak menempati posisi eselon di berbagai kantor pemerintah. Di samping itu juga, ada yang menempati posisi sebagai wakil rakyat di DPR dan DPRD di berbagai daerah di Indonesia.

Di lapangan bisnis, ada pula yang menjadi pelaku bisnis dan usaha mandiri, sebagai pedagang eksport dan import. Selain itu ada yang jadi tokoh masyarakat, pimpinan pondok pesantren, jadi ulama, muballig, guru, ustadz dan malim kampung. Bahkan, para muridnya hampir ada pada semua lini kehidupan mulai dari lapisan bawah sampai lapisan atas, tersebar di seantero nusantara dan luar negeri.

4          Organisasi Karier dan Karya

4.1       Riwayat Organisasi

Syekh Mukhtar Muda banyak melibatkan diri di berbagai organisasi dan partai politik di antaranya:

  1. Kiprah Syekh Mukhtar Muda di bidang pemerintahan, tercatat sebagai Anggota Dewan Negeri Janjilobi, Kecamatan Barumun.
  2. Semacam anggota perwakilan masyarakat di kedewanan Janjilobi tahun 1946 s/d 1955.
  3. Anggota Pengurus Masyumi Anak Cabang Kecamatan Barumun, tahun 1945 s/d 1951. Dalam partai politik, beliau sebagai Wakil
  4. Ketua Dewan Pertimbangan Cabang Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 1973 s/d 1982.
  5. Ketua Majelis Wakil Cabang (MWC) NU Kecamatan Barumun tahun 1948 s/d 1952. Ketua Lembaga Pendidikan Ma’arif NU Kecamatan Barumun tahun 1953 s/d 1977.
  6. Ketua Lembaga Pendidikan Ma’arif Tapanuli Selatan tahun 1965 s/d 2009.
  7. Wakil Rais Syuriyah Pengurus Cabang NU Tapanuli Selatan tahun 1978 s/d 1984.
  8. Ketua Pengurus Wilayah NU Sumatera Utara tahun 1981 s/d 1985.
  9. Anggota Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Sumatera Utara tahun 1985 s/d 2008.
  10. Rais Syuriyah PW NU Sumatera Utara tahun 1986 s/d 2002.
  11. Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama tahun 1999 s/d 2009.

4.2       Karier Beliau

Berbagai karier beliau adalah mengajar, karena keilmuan beliau yang sangat mumpuni, banyak sekali lembaga-lembaga pendidikan yang pernah beliau siarkan ilmunya, bahkan beliau telah berhasil mendirikan 3 pesantren di kampungnya. Di antaranya lembaga-lembaga pendidikan yang pernah ajarkan ilmunya adalah:

  1. Mengajar pertamakalinya di sekolah Madrasah Jam’iyatul Muta’allimin di Sibuhuan dari tahun 1942 s/d 1946.
  2. Kemudian mengajar di Madrasah Tsanawiyah NU di Sibuhuan tahun 1947 s/d 1955.
  3. Mengajar di PGA NU dari tahun 1954 s/d 1980.
  4. Mengajar di KPU ”A” Sibuhuan 1953 s/d 1954.
  5. Kepala Sekolah Madrasah Aliyah di Sibuhuan tahun 1955 s/d 1990.
  6. Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah Yayasan Pendidikan Islam (YAPI) di Sibuhuan tahun 197 s/d 1990.
  7. Pimpinan Pondok Pesantren Aek Hayuara di Sibuhuan tahun 1975 s/d 1989.
  8. Pimpinan Pondok Pesantern Al-Mukhlisin di Sibuhuan tahun 1990 s/d 2008.
  9. Pimpinan Pondok Pesantren Al-Mukhtariyah di Sibuhuan tahun 1997 s/d wafatnya tahun 2009.
  10. Dosen di Fakultas Syariah Universitas Nahdlatul Ulama (UNUSU) di Padangsidimpuan tahun 1962 s/d 1966.

4.3       Karya Beliau

Meskipun beliau mendalami banyak disiplin ilmu ke-Islaman, banyak mengajar dan banyak murid, namun dalam transpormasi ilmu dilakukannya lewat bahasa lisan atau oral sistem. Tidak ada karya tulis beliau yang tercetak sebagai buku standard atau yang diterbitkan. Memang demikianlah kebanyakan ulama semasanya yang bergerak di bidang pendidikan.

Jarang sekali mereka yang menulis dan menghasilkan karya tulis. Syekh Mukhtar Muda, ada menulis sebuah karya tulis dalam bentuk konsep yaitu Sejarah Nahdlatul Ulama Di Sumatera Utara, namun tidak sempat dibukukan. Hanya saja konsep tersebut bisa disempurnakan sehingga menjadi sebuah buku yang layah di baca.

5         Penghargaan

Kiprah dan pengabdian ulama sekaliber Syekh Muhktar Muda Nasution terpatri di hati para muridnya termasuk di hati para pejabat pemerintah. Terkait dengan hal tersebut, Gubernur Raja Inal Siregar menganugerahkan kepadanya sebuah penghargaan sebagai ”Pembina Pendidik Terbaik Sumatera Utara” pada tahun 1992.

6         Metode Dakwah Beliau

Sebagai ulama yang banyak mengajar di berbagai sekolah, madrasah, ponpes dan pengajian, beliau juga aktif berdakwah ke desa-desa utamanya pada peringatan Hari Besar Islam. Beliau tangkas berceramah dengan gaya seorang orator kawakan, dengan penampilan pakaian seorang ulama besar, namum model ceramahnya lebih kepada penguatan akhlak dengan serius dan sedikit guyon.

Belau sangat perduli dan memperhatikan benar apa yang terjadi di masyarakat, termasuk degradasi moral yang sedang terjadi di kalangan masyarakat terutama kaula muda. Semua krisis moral yang terjadi dikupas tuntas dan dikiritis habis oleh beliau. Sehingga dengan ketegasannya berkata dan berbuat, maka aparat pemerintah, ormas pemuda dan lapisan masyarakat lainnya bersatu padu memberantas kemaksiatan di daerah Sibuhuan sekitarnya, semua dapat dikomandoi oleh Syekh Mukhtar Muda dalam memberantas penyakit masyarakat tersebut.

Model dakwah yang dilakukan ulama yang satu ini hanya bebentuk dakwah oral, ceramah menggunakan lisan, tidak dijumpai dalam bentuk tulisan semisal tulisan di media massa atau lewat buku-buku karangannya. Tidak dijumpai buku karangnya yang dapat dibaca terkait dengan dakwah beliau.

Namun demikian, selain dakwah oral, juga beliau menampilkan dakwah bil hal (ketauladanan). Contoh ketauladanan yang dicontohkan oleh beliau diantaranya ialah model berpakaian haji. Konsistensi berpakaian sebagaimana diuraikan di atas menjadi model berpakaian haji di daerah Sibuhuan. Jika sesorang telah melaksanakan ibadah haji, biasanya memakai sarung, mengenakan baju jas sebelah dalamnya memakai kemeja putih, kemudian memakai serban yang dililitkan di kepala dengan memakai ekor.

Model pakaian haji semacam ini telah menjadi tradisi di kalangan masyarakat Sibuhuan dan Padang Lawas pada umumnya.
Dakwah oral sebagaimana disebutkan di atas, beliau sampaikan lewat khuthbah Jum’at di Masjid Raya Sibuhuan, sejak tahun 1970 s/d tahun 1990.

Beliau berkhuthbah dengan memakai teks dan membuat tambahan uraiannya sehingga menarik buat jama’ah. Topik khuthbah biasnaya disesuikan dengan perkembangan sistuasi dan kondisi yang sedang dihadapi umat. Sehingga kelihatannya, khuthbah yang disampaikna mengandung jawaban persolan dan solusi masalah yang sedang dihadapi oleh masyarakat dan umat.

Namun dalam rangka kaderisasi da’i dan muballigh, tokoh ini tidak melakukan upaya-upaya pelatihan dan praktek-praktek dakwah, sehingga tidak banyak muridnya yang jadi da’i atau muballigh terlatih. Kalaupun ada hanya karena kesungguhan murid menggali potensi dan bakatnya sendiri.

7    Referensi

https://pwnusumut.or.id

8      Chart Silsilah Sanad

Berikut ini chart silsilah sanad guru Syekh Mukhtar Muda Nasution dapat dilihat DI SINI.


Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 18 Januari 2021, dan terakhir diedit tanggal 08 September 2022.

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya