Doa Ketika Mendapat Pujian

 
Doa Ketika Mendapat Pujian
Sumber Gambar: Muhammad Adil dari Pexels (Ilustrasi Berdoa)

Laduni.ID, Jakarta - Pujian tidak selamanya membawa kepada jalan kebenaran, melainkan juga bisa mengantarkan kita pada titik kesombongan. Mungkin sebagian orang, ada yang merasa bahagia dan tambah semangat jika mendapatkan pujian dari orang sekitar. Namun ingatkan jika segala puji itu milik Allah subhanahu wa ta'ala, Penguasa semesta alam.

Dituliskan oleh Syaikhul Islam Quthbud Da'wah wal Irsyad Ad-Sayyid Abdullah bin Alawi bin Muhammad al-Haddad rahimahullah (30 Juli 1634 M - 10 September 1720 M Tarim, Yaman) dalam kitab Risalah Muawanah wa Al-Muzhaharah wa al-Mu`azarah li ar-Raghibina min al-Mu`minin fi Suluki Thariqi al-Akhirah, bahwa kita perlu mawas diri ketika pujian hadir di depan mata. Sebaiknya tidak merasa gembira terlebih dahulu atas pujian tersebut. Jika pujian tersebut benar adanya, maka sebaiknya membaca doa sebagai berikut:

الحمدلله الذي اظهر الجميل وستر القبيح

Alhamdulillah alladzi azhara al-jamila wa satara al-qabiha

“Segala puji bagi Allah, Zat yang menampakkan kebagusan dan menutup kejelekan”

Setelah membaca doa tersebut, tetaplah tidak menganggap dirinya lebih baik dari orang lain. Bukankah tidak ada pujian yang berarti selain pujian Allah subhanahu wa ta'ala dan tidak ada celaan yang berarti, selain celaan Allah subhanahu wa ta'ala. Karena hanya Allah subhanahu wa ta'ala yang mengetahui keadaan lahir dan batin kita. Dalam ayatNya, Allah subhanahu wa ta'ala berfirman :

فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى

“Jangan kalian memuji muji diri kalian sendiri, karena Dia-lah yang paling tahu siapa yang bertakwa.”

Sayyid Abdullah bin Alwi Al Haddad rahimahullah  juga menjelaskan jika pujian tersebut tidak sesuai realita, maka berdoalah dengan doa yang biasa dibaca oleh kaum salaf. Doanya sebagai berikut:

اللَّهُمَّ لا تُؤَاخِذْنِي بِمَا يَقُولُونَ، واغْفِر لِي مَا لَا يَعْلَمُونَ واجْعَلْنِي خَيْراً مِمَّا يَظُنُّونَ

Allahumma la tuakhidzni bima yaqulun, waghfirli ma la ya’lamun, waj’alni khairam mimma yazhunnuna.

“Ya Allah, jangan Engkau menghukumku disebabkan pujian yang dia ucapkan, ampunilah aku, atas kekurangan yang tidak mereka ketahui. Dan jadikan aku lebih baik dari pada penilaian yang mereka berikan untukku.”

Doa tersebut, menggambarkan sebuah sikap yang arif, di mana seseorang tersebut tidak bangga dengan pujian. Bahkan, terkesan mengakui kekurangan yang dimiliknya, walaupun orang yang memuji tidak mengetahuinya. Dengan begitu, kita bisa terhindar dari potensi sombong yang tidak dianjurkan oleh Rasulullah SAW.

Ketika dipuji, Abu Bakar Ash-Shiddiq atau Abdullah bin Abu Quhafah Radhiyallahu Anhu (27 Oktober 573 M, Mekkah - 23 Agustus 634 M, Madinah) berdo’a :

اللَّهُمَّ أَنْتَ أَعْلَمُ مِنِّى بِنَفْسِى وَأَنَا أَعْلَمُ بِنَفْسِى مِنْهُمْ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ وَاغْفِرْ لِى مَا لاَ يَعْلَمُوْنَ وَلاَ تُؤَاخِذْنِى بِمَا يَقُوْلُوْنَ

Allahumma anta a’lamu minni bi nafsiy, wa anaa a’lamu bi nafsii minhum. Allahummaj ‘alniy khoirom mimmaa yazhunnuun, wagh-firliy maa laa ya’lamuun, wa laa tu-akhidzniy bimaa yaquuluun.

(Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada diriku sendiri dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku. Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan, ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan perkataan mereka). (Diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi rahimahullah dalam kitab Syu’ab Al-Iman, 4: 228, no.4876. Kitab Jaami’ Al-Ahadits, Imam Jalaluddin As-Suyuthi rahimahullah, 25: 145)

Sebagaimana disebutkan Abubakar Ahmad bin Husain bin Ali bin Abdullah al-Baihaqi Asy-Syafi'i atau Imam Al Baihaqi rahimahullah (wafat 1066 M Naisabur, Iran) dalam kitab Syu’abul Iman, Abdurrahman bin Amr bin Yahya Al-Auza’i atau Imam Al-Auza’i rahimahullah (707 M, Damaskus, Suriah - 774 M, Beirut, Libanon) mengatakan bahwa ketika seseorang dipuji oleh orang lain di hadapan wajahnya, maka hendaklah ia mengucapkan do’a di atas.

Disebutkan pula, oleh sebagian ulama salaf bahwa jika seseorang dipuji di hadapannya, maka hendaklah ia bertaubat darinya dengan mengucapkan do’a yang serupa. Hal ini disebutkan pula oleh Imam Al-Baihaqi rahimahullah dalam kitab Syu’ab Al-Iman.

Disebutkan pula dalam kitab Adab Al-Mufrod karya Abu Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari Asy-Syafi'i atau Imam Al Bukhari rahimahullah (wafat 20 Juli 810 M - 1 September 870 M Uzbekistan) mengenai hadits di atas ketika beliau sebutkan dalam Bab “Apa yang disebutkan oleh seseorang ketika ia disanjung.

Begitu pula disebutkan dalam kitab Hilyah Al-Auliya’ wa thabaqatul Asyfiya, karya Al-Allamah Al-Imam Abu Na’im Al-Asbahaniy Asy-Syafi'i rahimahullah (947 - 1038 M, Isfahan, Iran) bahwa ketika seseorang dipuji di hadapannya, hendaklah ia mengingkari, marah dan tidak menyukainya, ditambah membaca do’a di atas.

Referensi:
1. Kitab Ta’thirul Anfas min Haditsil Ikhlas, Sayid bin Husain Al ‘Afani, terbitan Darul ‘Afani, cetakan pertama, 1421 H, hlm. 315-317.
2. Sayyid Abdullah bin Alwi Al Haddad rahimahullah dalam kitab Risalah Muawanah wa al-Muzhaharah wa al-Mu`azarah li ar-Raghibina min al-Mu`minin fi Suluki Thariqi al-Akhirah.


Source: Ahmad Zaini Alawi Khodim Jama'ah Sarinyala