Tasawwuf yang Aku Kenal

 
Tasawwuf yang Aku Kenal
Sumber Gambar: dok. pribadi/FB Fahrizal Fadhil

Laduni.ID, Jakarta – Tasawwuf yang aku kenal adalah saat Sayyid Ali Zainal Abidin bin Husein Al-Sajjad mendirikan shalat sunnah 1000 raka'at setiap harinya. Suatu hari beliau datang ke Ka'bah untuk melakukan ibadah sebagaimana biasanya.

Beberapa saat, datang seseorang yang benci kepada ahlu bait dan mulai mencaci beliau dengan kalimat yang tidak layak diucapkan, lebih-lebih diarahkan kepada ahlu bait. Semua orang di sekitar beliau marah, namun Sayyid Ali tetap menahan dan sabar. Saat orang tersebut selesai mencaci, Sayyid 'Ali berkata, “Wahai saudaraku, apa yang kamu sebut mulai dari fasiq hingga munafik, memang betul ada di diriku, dan masih banyak yang tidak kamu ketahui.”

Sayyid melanjutkan, “Saudaraku, apakah ada sesuatu yang kamu inginkan sebagai tanda terima kasihku atas nasihatmu?” melihat akhlak ahli bait ini, orang tersebut menetes air matanya dan berkata, “Aku bersaksi bahwa anda adalah keturunan Rasulullah, maafkan aku. Ada salah seorang yang membayarku 1000 dinar untuk mencacimu, agar anda membalas cacianku.”

Sayyid 'Ali tersenyum, “Cuman ini yang kamu inginkan? Seandainya kamu memberitahu kami, maka akan kami berikan 1000 dinar tersebut tanpa harus kamu mencaci dan melakukan hal ini.” Kemudian Sayyid 'Ali memberikan uang 1000 dinar, dan beranjak pergi seperti tidak ada yang terjadi.

Tasawuf yang aku kenal adalah saat Hasan Al-Bashri digosipkan oleh orang-orang. Bukannya marah, beliau justru membeli banyak sekali makanan dan mengantarkannya langsung kepada orang yang menggosipi beliau. Dengan senyuman yang penuh dengan ketulusan, beliau berkata kepada orang-orang tersebut, “Terima kasih banyak, anda telah memberikan pahala kepada saya tanpa saya harus bersusah payah. Terima ini makanan sebagai tanda terima kasih.”

Tasawwuf yang aku kenal adalah saat Fakhr Al-Wujud, Syekh Abu Bakr bin Salim yang rela berjalan kaki dari rumahnya menuju setiap masjid yang ada di kota Tarim untuk mengisi air untuk orang berwudhu, dan kembali pulang sebelum orang melihat apa yang ia kerjakan. Begitu juga saat Syekh Abu Bakr bin Salim membagikan ribuan roti gandum setiap harinya untuk fakir miskin, dan tidak pernah menolak jika ada orang ingin ikut serta meski dengan segenggam tepung.

Tasawwuf yang aku kenal adalah saat al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad yang begitu hebat dalam mengikuti sunnah Rasulullah. Semua yang Rasulullah kerjakan pasti beliau tiru, mulai dari akhlak, ibadah, hingga gaya fisik pun juga ditiru. Hingga saat menjelang wafat, sisa satu sunnah yang belum kerjakan, yaitu memanjangkan rambut sepanjang rambut Rasulullah, beliau pun akhirnya membiarkan rambutnya panjang hingga wafat.

Tasawwuf yang aku kenal adalah saat al-Habib Abdul Qadir al-Saqqaf yang menahan sakit saat tangannya terjepit pintu mobil, karena tamunya yang terlalu terburu-buru menutup pintu. Saat ditanya oleh muridnya, beliau menjawab, “Saya melakukan hal itu agar dia tidak merasa bersalah, dan pulang dengan rasa bahagia.”

Tasawwuf yang aku kenal adalah saat al-Habib Abdul Qadir diberikan uang, yang jika dirupiahkan mencapai lebih dari satu miliyar, namun beliau enggan menerimanya. Saat dipaksa oleh sang empu, akhirnya beliau terima dengan syarat beliau akan bagikan uang itu kepada orang yang membutuhkan. Saat itu, beliau memanggil al-Habib 'Ali Al-Jufri yang masih muda untuk menemani beliau membagikan uang. Belum lewat satu hari, uang sebegitu banyak habis untuk faqir miskin, yatim piatu, para janda, dan orang yang membutuhkan lainnya.

Tasawwuf yang aku kenal adalah saat al-Habib 'Ali Al-Jufri dicaci maki, dituduh kafir, syirik, munafiq, dan berbagai tuduhan yang menyakitkan lainnya. Namun balasan yang beliau berikan hanya senyuman cinta, bahwa mereka sebetulnya adalah keluarga satu darah, di bawah darah keimanan. Beliau balas dengan lantunan doa, agar semua umat yang beriman Allah ampuni dosanya.

Tasawwuf yang aku kenal adalah saat Syekh Muhammad Sa'id Ramadhan al-Buthi enggan dicium tangannya karena merasa diri beliau yang tidak pantas mendapatkan kemuliaan itu. Beliau juga enggan orang-orang berdiri demi menyambut kedatangannya. Beliau enggan diberi tempat duduk khusus yang membedakan beliau dengan orang umum lainnya. Beliau merasa dirinya sosok yang paling hina di muka bumi, padahal, siapa yang tidak mengenal beliau? Perjuangan, pengorbanan, manfaat untuk umat dan buku yang dibaca hingga sekarang, menjadi saksi bahwa debu yang menempel di tubuh beliau lebih mulia dari kita.

Tasawwuf yang aku kenal adalah kuatnya syariat yang mereka jalani, dengan hati yang bersih dan suci. Mempercepat perjalan ruh ke hadrah ilahi, tanpa membawa rasa benci maupun dengki, di jalan yang mereka tempuh dan ikuti, akan berakhir dengan bertemu dan berkumpul bersama kekasih yang selama ini dinanti, Rasulullah, penutup para rasul dan nabi.

Saat tasawwuf berubah menjadi hanya sebuah teori, atau kalimat-kalimat cinta Jalaluddin Rumi, coba kembali lihat dan baca perjalanan ulama Rabbani. Belajar dan meresapi apa yang mereka jalani, tiru dan lakukan apa yang selama ini mereka tirakati. Tidak lama, anda tidak akan lagi mengingkari, bahwa tasawuf adalah bagian dari agama ini yang telah lama pergi (?).

Minggu, 27 Maret 2022
Oleh: Gus Fahrizal Fadil


Editor: Daniel Simatupang