17 Ramadhan Mengenang Wafatnya Sayyidah Aisyah RA

 
17 Ramadhan Mengenang Wafatnya Sayyidah Aisyah RA
Sumber Gambar: Foto ist

Laduni.ID, Jakarta - Ummul Mukminin Aisyah binti Abu Bakar Radhiyallahu Anhuma adalah istri dari Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam. Kelahiran: Mekkah, Arab Saudi. Meninggal Hari Senin 17 Ramadhan 58 H / 15 Juli 678 M, Madinah, Arab Saudi. Tempat pemakaman di Jannatul Baqi, Madinah, Arab Saudi. tepat hari ini 1343 tahun silam, saat melaksanakan salat sunah witir. Demikian menurut pendapat mayoritas ulama. Namun ada juga yg berpendapat bahwa ia wafat pada tahun 57 H dalam usia 63 tahun dan sekian bulan. Ada yg mengatakan bahwa Ibu Aisyah meninggal malam 27 Ramadhan 58 H.

Para sahabat Ansar berdatangan, bahkan tidak pernah ditemukan satu hari pun yg lebih banyak orang bertakziah daripada hari itu, sampai-sampai penduduk sekitar Madinah turut berdatangan. Aisyah Radhiyallahu Anha, dikuburkan di permakaman Baqi’ Madinah. Salat jenazahnya di imami oleh Sahabat Abu Hurairah dan Marwan bin Hakam Radhiyallahu Anhuma, yg saat itu adalah Gubernur Madinah.

Aisyah binti Abu Bakar Radhiyallahu Anha adalah salah satu istri Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam. Beliau putri Khalifah pertama, Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu Anhu (573 M, Mekkah - 634 M, Madinah), hasil dari pernikahan dengan isteri keduanya, yakni Ummi Ruman binti Amir al-Kinaniyah Radhiyallahu Anha (wafat 628 M).

Dalam tradisi Islam, Aisyah kerap dijuluki sebagai ummu al-mu'minin (ibu orang-orang Mukmin). Ia dikutip sebagai sumber otoritatif dari banyak hadits, yang membicarakan kehidupan pribadi Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam.

Beliau adalah satu-satunya istri Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam, yg saat dinikahi berstatus perawan. Sedangkan istri-istri Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam yg lain adalah janda.

Aisyah Radhiyallahu Anha, dilahirkan empat atau lima tahun setelah Muhammad diutus menjadi Rasulullah. Ketika Abu Bakar merasa putrinya sudah cukup umur untuk dinikahkan, ia memilih Jubayr bin Mut’im bin Adi radliyallahu anhu (wafat 679 M di Madinah), tapi pernikahan tsb batal. Ayah Jubair, Mut‘im bin ‘Adi, menolak Aisyah lantaran Abu Bakar telah memeluk Islam. Istri Mut’im bin Adi mengatakan tidak mau keluarganya mempunyai hubungan dengan kaum Muslim yg dapat menyebabkan Jubair berpindah ke agama baru itu.

Aisyah adalah putri Abu Bakar ash-Shiddiq. Kedua insan mulia itu sama-sama mendapatkan tempat yg istimewa dalam hati Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wasallam.

Orang yang dicintai

Suatu ketika, Sahabat Amru bin Ash bin Wa'il bin Hisyam radliyallahu anhu (585 M, Mekkah - 664 M, Fustat, Mesir) bertanya kepada beliau, "Siapakah manusia yg paling engkau cintai?"

"Aisyah," jawab Nabi SAW.
"Dan dari kalangan laki-laki?"
"Ayahnya! (Abu Bakar ash-Shiddiq)," jawab beliau.

Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam bersabda, "Orang yg mulia dari kalangan laki-laki banyak, tetapi yg mulia dari kalangan perempuan hanyalah Maryam binti Imran; dan Asiyah, istri Fir’aun. Dan keutamaan Aisyah atas semua wanita seperti keutamaan tsarid atas segala makanan” (HR Imam Bukhari rahimahullah).

Pernikahan

Setelah 2 tahun wafatnya Sayyidah Khodijah binti Khuwailid radliyallahu anha. Kemudian wahyu datang kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, Malaikat Jibril alaihis salam membawa kabar, bahwa Aisyah adalah istrinya di dunia dan akhirat, sebagaimana diterangkan di dalam hadits riwayat Imam Tirmidzi dari Aisyah Radhiyallahu Anha : "Jibril datang membawa gambarnya pada sepotong sutera hijau kepada Nabi Shallallahu alaihi wassalam, lalu berkata, ini adalah istrimu di dunia dan akhirat.”

Setelah itu Rasulullah berkata kepada Aisyah, “Aku melihatmu dalam tidurku tiga malam berturut-turut. Malaikat mendatangiku dengan membawa gambarmu pada selembar sutera seraya berkata, ‘Ini adalah istrimu.’ Ketika aku membuka tabirnya, tampaklah wajahmu. Kemudian aku berkata kepadanya, ‘Jika ini benar dari Allah, niscaya akan terlaksana.”

Mendengar kabar itu, Abu Bakar dan istrinya sangat senang, terlebih lagi ketika Rasulullah shalallahu alaihi wasallam setuju menikahi putri mereka, Aisyah. Beliau mendatangi rumah mereka dan berlangsunglah pertunangan yg penuh berkah itu.

Setelah pertunangan itu, Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam hijrah ke Madinah bersama para sahabat, sementara istri-istri beliau ditinggalkan di Mekkah. Setelah beliau menetap di Madinah, beliau mengutus orang untuk menjemput mereka, termasuk di dalamnya Aisyah. Karena cuaca buruk yg melanda Madinah, Aisyah sakit keras dan badannya menyusut seperti juga dialami orang-orang Muhajirin.

Menyaksikan hal itu, Rasulullah berdoa, “Ya Allah, jadikanlah kami sebagai orang yang mencintai Madinah sebagaimana cinta kami kepada Mekah, atau bahkan lebih lagi. Sembuhkanlah penghuninya dan penyakit. Berikanlah keberkahan kepada kami dalam timbangan dan takarannya. Lindungilah kami dan penyakit, dan alihkanlah penyakit itu ke Juhfah.”

Allah mengabulkan doa Rasulullah, dan cuaca berangsur membaik, sehingga hilanglah penyakit yg melanda kaum muhajirin. Aisyah pun sembuh dan bersiap-siap menghadapi hari pernikahan dengan Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam.

Dengan izin Allah,vmenikahlah Aisyah dengan maskawin 500 dirham. Ketika ditanya oleh Abu Salamah bin Abdurrahman bin Auf radliyallahu anhu (wafat 94 H / 712 M dalam usia 72 tahun) tentang jumlah mahar yg diberikan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam :

“Aisyah menjawab, Mahar Rasulullah kepada istri-istrinyanya adalah 12 uqiyah dan 1 nasy. Tahukah kamu satu nasy itu? Dijawab, Tidak. Kemudian lanjut Aisyah. Satu nasy itu sama dengan setengah uqiyah, yaitu lima ratus dirham. Maka inilah mahar Rasulullah terhadap istriw beliau.“ (HR. Imam Muslim rahimahullah)

Perempuan ahli hadit

Aisyah memiliki wawasan ilmu yg luas serta menguasai masalah-masalah keagamaan, baik yg dikaji dari Al-Qur’an, hadis-hadis Nabi, maupun ilmu fikih. Tentang masalah ilmu-ilmu yg dimiliki Aisyah ini, di dalam kitab Al-Mustadrak, imam al-Hakim mengatakan bahwa sepertiga dari hukum-hukum syariat dinukil dan Aisyah Radhiyallahu Anha.

Perempuan mulia bergelar Ummul Mukminin itu adalah orang yang paling dekat dengan Rasulullah sehingga banyak menyaksikan turunnya wahyu. “Aku pernah melihat wahyu turun kepada Rasulullah pada suatu hari yg sangat dingin, sehingga beliau tidak sadarkan diri, sementara keringat bercucuran dari dahi beliau.“ (HR. Imam Bukhari rahimahullah)

Sayyidah Aisyah pun memiliki kesempatan untuk bertanya langsung kepada Rasulullah jika menemukan sesuatu yg belum dia pahami tentang suatu ayat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dia memperoleh ilmu langsung dan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.

Siti Aisyah termasuk perempuan yg banyak menghafalkan hadis-hadis Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassalam, sehingga para ahli hadits menempatkannya pada urutan kelima dari para penghafal hadits, setelah Abu Hurairah, Ibnu Umar, Anas bin Malik, dan Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhum. Beliau telah meriwayatkan 1.210 hadits, yg kemudian sebanyak 174 hadits disepakati Imam Bukhari dan 54 hadits disepakati Imam Muslim.

Sayyidah Aisyah memiliki keistimewaan yg tidak dimiliki siapa pun, yaitu meriwayatkan hadits yg langsung dia peroleh dan Rasulullah dan menghafalkannya di rumah. Karena itu, sering dia meriwayatkan hadits yg tidak pernah diriwayatkan oleh perawi hadits lain. Para sahabat penghafal hadits sering mengunjungi rumah Aisyah, untuk langsung memperoleh hadits Rasulullah, karena kualitas kebenarannya sangat terjamin.

Siti Aisyah dikenal sebagai perawi hadits yg mengistinbath hukum sendiri, ketika kejelasan hukumnya tidak ditemukan dalam Alquran dan hadits lain.

Dalam hal ini, Abu Salamah Radhiyallahu Anhu berkata, “Aku tidak pernah melihat seorang yg lebih mengetahui Sunnah Rasulullah, lebih benar pendapatnya jika dia berpendapat, lebih mengetahui bagaimana Al-Qur’an turun, serta lebih mengenal kewajibannya selain Aisyah.”

Ilmu Aisyah mulai tampak pada masa kekhalifahan Umar, sehingga para sahabat besar senantiasa merujuk pendapat Aisyah jika mereka dihadapkan pada permasalahan-masalah ygan berkenaan dengan kaum muslimin.

Ahli ibadah dan sedekah

Dalam hidupnya yg penuh dengan jihad, Sayyidah Aisyah wafat pada usia 66 tahun, bertepatan dengan bulan Ramadhan, tahun ke-58 hijriah, dan dikuburkan di Baqi’. Kehidupan Aisyah penuh kemuliaan, kezuhudan, ketawadhuan, pengabdian sepenuhnya kepada Rasulullah, selalu beribadah, serta senantiasa melaksanakan shalat malam.

Bahkan dia sering memberikan anjuran untuk shalat malam, kepada kaum muslimin. Dari Abdullah bin Qais atau Abu Musa al-Asy'ari Radhiyallahu Anhu (wafat 53 H / 672 M), diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah (780 - 855 M, Bagdad, Irak), menceritakan, “Aisyah berkata, ‘Janganlah engkau tinggalkan shalat malam, karena sesungguhnya Rasulullah tidak pernah meninggalkannya. Jika beliau sakit atau sedang malas, beliau melakukannya sambil duduk.”

Aisyah memiliki kebiasaan untuk memperpanjang shalat. Selain itu, banyak mengeluarkan sedekah sehingga di dalam rumahnya tidak akan ditemukan uang satu dirham atau satu dinar pun. Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassalam pernah bersabda, “Berjaga dirilah engkau dari api neraka, walaupun hanya dengan sebiji kurma.”

Humaira

Kisah rumah tangga itu berlangsung dalam suka dan duka selama 8 tahun 5 bulan, hingga Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam meninggal dunia pada tahun 11 H. Sedang Aisyah baru berumur 18 tahun.

 

Dalam ceritanya, Aisyah merupakan seorang wanita berparas cantik berkulit putih dengan pipi yg kemerah-merahan, sebab itulah ia sering dipanggil dengan “HUMAIRA”. Selain cantik, ia juga dikenal sebagai seorang wanita cerdas yg Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mempersiapkannya untuk menjadi pendamping Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dalam mengemban amanah risalah yg akan menjadi penyejuk mata dan pelipur lara.

Sikap teladan istri

Bagaimana sikap mulia Aisyah terhadao Rasulullah, sehingga menjadikannya wanita yang sangat dicintainya hingga akhir hayat. Berikut beberapa akhlak istri Rasulullah SAW yang patut ditiru oleh Muslimah.

1. Setia
2. Taat kepada suami
3. Betah di rumah
4. Pandai menghibur suami
5. Tidak pernah menentang suami
6. Tensng ketika marah
7. Selalu merawat suami ketika sakit
8. Istri yang Cerdas dan Berilmu
9. Istri yang Memiliki Keteguhan Jiwa
10. Sering Manja dan Pencemburu
11. Sikap Keibuan Kepada Suami
12. Cintanya Tulus dan Mendalam
13. Istri yang jujur
14. Wanita yang baik dan murah hati
15. Banyak beribadah
16. Menjaga Diri Dari Hal-Hal Remeh
17. Wanita yang dermawan
18. Selalu Menjaga Kehormatan
19. Menjaga Diri Dari Ghibah
20. Wanita yang perawan.

4 Amalan Sebelum Tidur wasiat Rasulullah

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam mewasiatkan kepada Sayyidatuna Aisyah rashiyallahu 'anha, agar membaca sholawat kepada Rasulullah dan para nabi lainnya sebelum tidur, sebagaimana disebutkan dalam Kitab Durratun Nashihin fi Al-Wa'zhi wa al-Irsyad, karya Syaikh Ustman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakiri Al-Khoubawy rahimahullah (wafat pada 1824 M Konstantinopel Turki) :

Diriwayatkan dari Rasulullah bahwa beliau berkata kepada Sayidah Aisyah, ‘Wahai Aisyah, janganlah kamu tidur sebelum melakukan empat hal; sebelum mengkhatamkan Alquran, sebelum membuat para nabi memberi syafaat kepadamu kelak di hari kiamat, sebelum membuat seluruh kaum muslimin ridha kepadamu dan sebelum melakukan ibadah haji dan umrah.’

Setelah berkata demikian, Nabi kemudian melanjutkan sholat malamnya dan Sayidah Aisyah sendiri berada di tempat tidur, seraya menunggu Nabi menyempurnakan sholatnya. Setelah Nabi Saw menyempurnakan sholatnya, Sayidah Aisyah langsung bertanya, ‘Wahai Rasulullah, demi bapak dan ibuku, engkau perintahkan aku melakukan empat perkara yang saat ini tidak mampu aku melakukannya.’

Mendengar pertanyaan Aisyah ini, Nabi lalu tersenyum dan beliau menjelaskan, ‘Jika kamu membaca Surah Al-Ikhlas sebanyak tiga kali, maka pahalanya sama dengan mengkhatamkan Alquran. Jika kamu membaca sholawat kepadaku dan para nabi sebelum aku, maka kami semua akan memberikan syafaat kepadamu di hari kiamat kelak. Jika kamu memohonkan ampunan untuk seluruh kaum muslimin, maka mereka semua akan ridha kepadamu. Dan jika kamu membaca ‘Subhanallah wal hamdulillah wala ilaha illahu wallahu akbar,’ maka kamu telah melakukan haji dan umrah,"

Wasiat berharga Rasulullah ini tentu bukan hanya tertuju kepada Aisyah. Namun juga kepada kita sebagai umatnya. Semoga mampu istiqamah mengamalkan empat wasiat Rasulullah ini setiap kali menjelang tidur.

Doa Aisyah dari Rasulullah

Rasulullah mengajarkan doa kepada Aisyah agar didekatkan dengan kebaikan dan kemudahan baik dari hal yang ia ketahui dan tidak diketahui, yang akan datang dalam waktu dekat atau jauh. Sebab di dunia ini, hanya Allah yang dapat melindungi hamba-Nya dari hal-hal buruk yang tak kasat mata.

Sebagaimana telah diriwayatkan dari kitab Musnad Ahmad dan Sunan Ibnu Majah, dari Aisyah ra bahwasanya Nabi saw bersabda kepadanya; “Bacalah :

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ وَأَسْأَلُكَ مِمَّا سَأَلَكَ بِهِ عَبْدُكَ وَرَسُولُكَ مُحَمَّدٌ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – وَأَعُوذُ بِكَ من شر ما استعاذك منه عبدك ورسولك مُحمَّد  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَسْأَلُكَ مَا قَضَيْتَ لِي مِنْ أَمْرٍ أَنْ تَجْعَلَ عَاقِبَتَهُ رَشَداً

Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu dari segala kebaikan yang cepat atau yang  lambat, baik yang aku ketahui atau tidak aku ketahui. Dan aku berlindung kepada Engkau dari segala keburukan yang cepat atau yang  lambat, baik yang aku ketahui atau tidak aku ketahui. Ya Allah aku memohon pada-Mu surga dan apa yang menjadikan dekat dengan surga  dari perbuatan dan ucapan, dan aku berlindung dari neraka dan apa yang mendekatkan dengan neraka dari perbuatan dan ucapan, dan aku memohon pada-Mu dari kebaikan dari apa yang diminta oleh hamba-Mu dan Rasul-Mu Muhammad saw dan aku memohon untuk dijauhkan dari keburukan yang mana hamba-Mu dan Rasul-Mu Muhammad saw berlindung darinya, dan aku meminta pada-Mu apa yang Engkau tetapkan dan Engkau jadikan akhirnya baik bagiku. (HR. Ibnu Majah)

Imam Shan’ani rahimahullah menjelaskan dalam kitab Syarh Jami’ Shaghir bahwa setiap kalimat doa dalam doa tersebut merupakan penekanan atas permohonan pada setiap kalimat sebelumnya. Secara umum, doa tersebut merupakan intisari doa yang diajarkan Rasulullah dalam memohon kebaikan hidup dan berlindung dari keburukan.


Sources by Al-Faqir Ahmad Zaini Alawi Khodim Jamaah Sarinyala