Kisah Ad-Darani Mendengar Rintihan Siksa Kubur

 
Kisah Ad-Darani Mendengar Rintihan Siksa Kubur
Sumber Gambar: id.pngtree.com (ilustrasi poto)

Laduni.ID, Jakarta - Ubaidullah bin Muhammad al-Madini pernah bercerita bahwa ada seorang temannya yaitu Abu Sulaiman ad-Darani yang bercerita kepadanya tentang orang yang mendapat siksa kubur.

Pada suatu hari, ad-Darani pergi ke ladang miliknya. Di tengah jalan, tibalah waktu shalat maghrib. Dia memutuskan berhenti di sebuah tempat untuk melaksanakan shalat Maghrib. Kebetulan, di dekat tempat Darani shalat terdapat komplek pemakaman.

“Ketika sedang duduk, tiba-tiba aku mendengar suara rintihan kesakitan dari arah makam.” Cerita ad-Darani. Lantas, ad-Darani mencoba mendekat ke sumber suara. Usut punya usut, sumber suara itu berasal dari salah satu makam yang ada di komplek tersebut. Suara rintihan itu berucap, “Aduh! Sungguh seandainya dulu saya shalat! Sungguh, seandainya dulu saya melaksanakan puasa!”

Kejadian tersebut membuat ad-Darani merinding dan gemetar ketakutan. Dia kemudian memanggil orang lain yang kebetulan juga ada di tempat tersebut, dan orang itu juga mendengar hal yang sama seperti yang didengarnya. Kemudian, Darani melanjutkan perjalanan menuju ladang miliknya.

Pada hari berikutnya, ad-Darani pulang dan berhenti di tempat yang sama seperti kemarin untuk menunaikan shalat. Dia beristirahat di sana, dan menunggu hingga matahari terbenam, lalu menunaikan shalat Maghrib seperti biasanya. Usai shalat, beliau coba memasang telinga untuk mencari suara rintihan seperti kemarin. Ternyata, dari arah makam tersebut masih ada suara rintihan siksa kubur yang sama seperti kemarin, “Aduh! sungguh, seandainya dulu saya shalat! Sungguh, seandainya dulu saya puasa!”

Ad-Darani pun melanjutkan perjalanan pulang dengan hati gemetar. Sejak pengalaman mendengar siksa kubur itu, dia demam dan jatuh sakit selama dua bulan.

Hingga suatu ketika ada orang asing memasuki kamarnya, dan berkata kepada ad-Darani, “Wahai ad-Darani, panas dan dingin adalah makhluk ciptaan Allah. Jika Allah menyuruh panas atau dingin supaya menyelimuti diri ini, maka aku pasti akan merasakannya. Jika Allah menyuruh panas atau dingin supaya pergi meninggalkan diri ini, maka panas atau dingin itu pasti akan meninggalkan diriku.

Wahai ad-Darani, engkau bicara tentang zuhud, tetapi engkau masih takut kepada dingin. Aku sudah tinggal di daerah ini selama tiga puluh tahun, tapi aku tidak pernah merasa menggigil kedinginan. Pada saat cuaca dingin, Allah menyelimuti tubuhku dengan kehangatan mahabbah-Nya. Dan saat musim panas, Allah menyelimutiku dengan kesejukan mahabbah-Nya.”

Tiba-tiba saja sambil berlalu pergi, orang itu kembali berkata, “Wahai ad-Darani, engkau menangis, menjerit dan merasa senang dengan kenyamanan.”

Lalu Abu Sulaiman ad-Darani berkata, “Tidak ada yang lebih mengenal siapa aku selain orang itu.”


Sumber: Kitab ‘Uyun al-Hikayat min Qashash ash-Shalihin wa Nawadir az-Zahidin karya Ibnu al-Jauzi