Hukum Khatib Duduk di Antara Dua Khutbah

 
Hukum Khatib Duduk di Antara Dua Khutbah
Sumber Gambar: foto ist

Laduni.ID, Jakarta - Menurut Imam Syafi’i dan ulama Syafiiyah, duduk di antara dua khutbah merupakan bagian syarat-syarat khutbah Jumat. Oleh karena itu, jika seorang khatib tidak duduk di antara dua khutbah, baik sengaja atau lupa, maka khutbahnya dihukumi tidak sah. Jika ia hanya diam berdiri tanpa duduk di antara dua khutbah, maka khutbahnya tidak sah.

Hal ini sebagaimana telah disebutkan oleh Imam Syairazi dalam kitab al-Muhazzab berikut;

ومن شرطهما القيام مع القدرة ، والفصل بينهما بجلسة ; لما روى جابر بن سمرة قال : كان النبي صلى الله عليه وسلم يخطب قائما ثم يجلس ثم يقوم ويقرأ آيات ويذكر الله – تعالى – ، ولأنه أحد فرضي الجمعة ، فوجب عليه فيه القيام والقعود كالصلاة

“Sebagian dari syarat dua khutbah Jumat adalah berdiri jika mampu, juga dipisah di antara keduanya dengan duduk. Hal ini berdasarkan riwayat Jabir bin Samurah, dia berkata, ‘Nabi Mhammad SAW berkhutbah dalam keadaan berdiri, kemudian duduk, kemudian berdiri dan membaca ayat-ayat al-Qur’an dan berzikir kepada Allah. Juga karena khutbah merupakan satu dari dua fardu Jumat, sehingga di dalamnya wajib berdiri dan duduk seperti shalat.”

Dalam kitab al-Majmu, Imam Nawawi juga menegaskan mengenai kewajiban duduk di antara dua khutbah Jumat. Beliau berkata;

وأما الجلوس بينهما فواجب بالاتفاق ، وتجب الطمأنينة فيه ، صرح به إمام الحرمين وآخرون

“Adapun duduk di antara dua khutbah Jumat, maka hukumnya wajib menurut kesepakatan para ulama, dan wajib thuma’ninah di dalamnya. Hal ini sebagaimana telah ditegaskan oleh Imam Haramain dan ulama lainnya.”

Melalui penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa seorang khatib tidak boleh meninggalkan duduk di antara dua khutbah Jumat meskipun sebentar. Ia wajib duduk, dan tidak boleh hanya diam berdiri di antara dua khutbah Jumat.


Sumber: kitab al-Muhazzab dan kitab al-Majmu, Imam Nawawi