Waspada! Inilah Pintu-pintu Masuk Setan ke Dalam Hati

 
Waspada! Inilah Pintu-pintu Masuk Setan ke Dalam Hati
Sumber Gambar: Designecologist / Pexels / Laduniid / (Ilustrasi foto)

Laduni.ID, Jakarta - Setan mempunyai banyak cara dan pintu masuk menuju hati kita, salah satu pintu utamanya adalah nafsu dan amarah. Amarah adalah perusak akal. Jika akal melemah, bala tentara setan akan datang menyerang.

Salah satu pintu utama yang lain adalah iri hati dan tamak. Bilamana seorang hamba berlaku tamak terhadap apa pun, ketamakan itu akan membuatnya buta dan tuli. Rasulullah shallallahu alaihi wa aalihi washahbihi wasallam pernah bersabda, “Kecintaanmu kepada sesuatu bisa membuatmu buta dan tuli.”

Pintu utama lainnya adalah kenyang, meskipun dari makanan yang halal dan bersih. Sesungguhnya kenyang bisa menguatkan nafsu, padahal nafsu adalah senjata bagi setan. Dikisahkan bahwa iblis menampakkan diri kepada Nabi Yahya bin Zakaria. Lantas Nabi Yahya melihat berbagai macam kail yang dibawa iblis. Beliau lalu bertanya, “Hai Iblis, apa gerangan kail-kail itu?” Iblis menjawab, “Ini adalah ragam nafsu yang kuhantamkan kepada anak-cucu Adam.” Nabi Yahya kembali bertanya, “Lalu adakah salah satu kail itu pada diriku?” Iblis menjelaskan, “Mungkin engkau kekenyangan sehingga membuatmu berat untuk mengerjakan shalat dan berdzikir.” Nabi Yahya bertanya lagi, “Adakah yang lain?” Iblis menjawab, “Tidak.” Kemudian Nabi Yahya mengatakan, “Demi Allah, selamanya aku tidak akan lagi memenuhi perutku dengan makanan.” Lalu iblis membalas, “Demi Allah, selamanya aku tidak akan lagi menasihati seorang Muslim.”

Sedangkan pintu utama yang lain adalah kemewahan dalam perabotan, pakaian, dan rumah. Jika setan melihat kemewahan telah menguasai hati seseorang, ia akan bertelur dan menetas di hati tersebut. Ia akan senantiasa mendorong orang tersebut untuk memperbanyak benda-benda tersebut dan bermewah-mewahan dengannya sehingga usianya berlalu dalam kelalaian dan ia dikejutkan dengan datangnya ajal.

Pintu utama lainnya adalah mengharap pujian manusia. Jika sifat ini sudah menguasai hati seseorang, setan akan senantiasa membuatnya senang untuk bersikap berpura-pura, sok manis, berlaku riya, dan melakukan tipu daya di depan orang yang menjadi objeknya, sehingga objek tadi seakan-akan sudah menjadi sembahannya. Orang yang mencari muka akan senantiasa memikirkan cara untuk membuat objeknya menyukai dirinya. Ia pun akan memuji objeknya dengan ucapan-ucapan manis yang melenakan, menyembunyikan keburukan-keburukannya, tidak menyerunya kepada kebaikan, dan tidak melarangnya dari kemungkaran.

Pintu masuk lainnya yang utama adalah tergesa-gesa dan tidak melakukan verifikasi. Rasulullah shallallahu alaihi wa aalihi washahbihi wasallam bersabda, “Tergesa-gesa berasal dari setan, sedangkan berhati-hati dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Sebab, setiap pekerjaan seharusnya dilakukan setelah direncanakan dengan matang. Perencanaan sendiri memerlukan perenungan dan kehati-hatian. Adapun ketergesaan menolak hal tersebut.

Pintu utama lainnya adalah dirham, dinar, dan semua jenis harta benda, baik yang berupa barang, kendaraan, maupun benda tidak bergerak. Setiap harta yang melebihi kebutuhan adalah tempat berdiamnya setan.

Pintu masuk utama lainnya adalah sifat kikir dan takut miskin. Sifat tersebut mencegah seseorang untuk bersedekah dan mendorongnya untuk menimbun. Di antara dampak buruk yang timbul dari sifat kikir adalah kegemaran berada di pasar guna mengumpulkan uang, serta tempat-tempat lain yang di dalamnya terdapat penipuan, kebohongan dan tipu daya.

Salah satu pintu utama yang lain adalah fanatisme terhadap mazhab dan sekte; juga kedengkian dan penghinaan kepada lawan. Itulah sebagian di antara yang menghancurkan hamba-hamba Allah dan orang-orang fasik secara keseluruhan.

Salah satu muslihat setan adalah ia memalingkan manusia dari aib-aib dirinya, dengan berbagai perselisihan dan pertengkaran antar-madzhab. Abdullah bin Mas’ud menuturkan, “Sekelompok orang berkumpul dan berdzikir kepada Allah. Lalu setan mendatangi mereka dengan tujuan membuyarkan mereka dari majelis dzikir dan membuat mereka bercerai berai. Namun, ia tidak berhasil. Ia kemudian mendatangi kelompok lain yang sedang membicarakan urusan duniawi. Ia pun memecah belah mereka sehingga mereka bangkit saling membunuh di antara mereka. (Namun, bukan kelompok kedua ini yang menjadi target setan.) Kelompok yang tadinya berdzikir kepada Allah lantas sibuk mengurus kelompok kedua dan mendamaikan mereka. Dengan kesibukan itu, kelompok pertama akhirnya membuyarkan diri dari majelis dzikir mereka. Itulah tujuan setan terhadap mereka.”

Pintu utama lainnya adalah pintu yang membawa orang-orang awam yang belum mendalami dan menguasai ilmu agama untuk memikirkan Dzat Allah Subhanahu wa Ta’ala., sifat-sifat-Nya, dan berbagai hal yang tidak bisa dicapai oleh nalar mereka sehingga mereka ragu terhadap pokok-pokok ajaran agama Islam atau tergambar di pikiran mereka berbagai persepsi tentang Allah yang tidak pantas disematkan kepada-Nya. Dengan demikian, orang-orang yang terjebak pada pintu ini bisa menjadi kafir atau pelaku bid’ah. Namun, mereka senang dan bahagia atas persepsi yang ada di dada mereka, seraya menyangkanya sebagai makrifat. Diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa aalihi washahbihi wasallam pernah bersabda, “Sesungguhnya setan mendatangi salah seorang di antara kalian, lantas ia bertanya, ‘Siapakah yang menciptakanmu?’ Ia akan menjawab, ‘Allah Yang Mahasuci nan Mahaluhur.’ Setan bertanya lagi, ‘Siapa yang menciptakan Allah?’ Jika salah seorang di antara kalian mendapatkan pertanyaan seperti itu, hendaklah ia menjawab, ‘Aku beriman kepada Allah dan rasul-Nya.‘ Jawaban itu akan mengusir setan tersebut!’ Nabi shallallahu alaihi wa aalihi washahbihi wasallam tidak memerintahkan umatnya untuk membahas cara mengatasi bisikan setan seperti itu, karena bisikan seperti itu hanya menghinggapi orang-orang awam, bukan para ulama. Sementara itu, kewajiban orang awam hanyalah beriman, berserah diri, dan menyibukkan diri dengan ibadah dan urusan penghidupan.

Di antara pintu-pintu setan yang utama adalah buruk sangka terhadap orang-orang Muslim. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah sebagian besar prasangka. Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa (QS. Al-Hujurat [49]: 12). Siapa yang menilai buruk orang lain lantaran prasangka, setan mendorongnya untuk memanjangkan lidah dengan menggunjingnya, mengurangi pemenuhan terhadap hak-haknya, atau memandangnya dengan pandangan sebelah mata. Semua itu termasuk perkara-perkara yang mencelakakan.

Selain itu, syariat Islam juga melarang kita memosisikan diri pada kondisi yang bisa menimbulkan tuduhan orang lain. Rasulullah shallallahu alaihi wa aalihi washahbihi wasallam bersabda, “Takutlah kalian (hindarilah) terhadap tempat-tempat yang bisa menjadikan kalian tertuduh.”

Suatu ketika Rasulullah berjalan bersama Ummul Mukminin Shafiyah radhiyallahu ‘anha, mengantarnya pulang ke rumahnya. Lalu mereka berpapasan dengan dua orang Anshar. Rasulullah lantas menjelaskan kepada mereka, “Dia Shafiyah binti Huyai.” Mereka lalu mengatakan, “Ya Rasulullah, kami hanya berprasangka baik kepadamu.” Lalu Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya setan masuk ke diri anak-cucu Adam melalui aliran darah di dalam tubuhnya. Sungguh, aku khawatir setan akan masuk ke diri kalian.” Lihatlah bagaimana Rasulullah perduli dan menjaga agama dua orang sahabatnya. Lihatlah bagaimana beliau menyayangi umatnya dengan mengajarkan kepada mereka cara menjaga diri dari tuduhan orang. Meskipun seseorang sangat tinggi kezuhudan, ketakwaan, dan keilmuannya, sesungguhnya mata manusia tidak sama dalam menilainya. Ada yang menilainya dengan pandangan kasih sayang dan ada pula yang menilainya dengan pandangan kebencian. Karena itu, sebuah syair mengatakan:

Mata kasih terhadap setiap aib adalah lemah. Tetapi mata kebencian menampakkan semua keburukan. Maka, sudah seharusnya kita menjaga diri dari berburuk sangka dan tuduhan dari orang-orang yang tidak baik. Jika sudah buruk perbuatan seseorang, buruk pula prasangka-prasangkanya dan ia memercayai tuduhan-tuduhan atas perbuatan yang ia sudah terbiasa dengannya.

Pintu-pintu masuk setan ini harus ditutup, hati harus dibersihkan dari sifat-sifat yang tercela dengan memperbanyak dzikir dan berserah diri kepada Allah, dan kita harus menuntut ilmu dan menjalin hubungan dengan orang-orang yang bertakwa.


Sumber : Disalin dari buku “Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Mukhlikat Ihya ‘Ulum al-Din karya Al-Habib Umar bin Hafidz.”