Biografi Syekh Wahbah Az-Zuhaili

 
Biografi Syekh Wahbah Az-Zuhaili
Sumber Gambar: Syekh Wahbah az-Zuhaili (ist)

Daftar isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Wafat

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru-Guru

3.    Karir-Karir
4.    Pengaruh Kitab Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh
5.    Karya-Karya
6.    Referensi

1. Riwayat Hidup
Syekh Wahbah Az-Zuhaili merupakan salah satu sosok ulama fiqih abad ke 20 yang terkenal dari Syiria. Namanya sebaris dengan tokoh-tokoh fiqih yang telah berjasa dalam dunia keilmuan Islam abad ke-20.

1.1 Lahir
Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili lahir disuatu perkampungan yang bernama Dair ‘Athiyah, salah satu arah menuju Damaskus pada tanggal 6 Maret 1932 Masehi atau bertepatan dengan tahun 1351 Hijriyah. Beliau lahir dari seorang wanita pilihan Allah SWT yang menjadi ibunya bernama Hj. Fatimah binti Musthafa.

Sedangkan ayahnya adalah H. Musthafa Az-Zuhaili yang merupakan seorang yang terkenal keshalehan dan ketakwaannya serta hafidz Al-Qur’an, orang yang biasa saja, bukan dari kalangan ilmuan, ulama, ataupun cendikiawan akan tetapi ayah beliau adalah seorang petani.

1.2 Wafat
Syekh Wahbah Az-Zuhaili wafat pada malam Sabtu, 8 Agustus, di usia 83 tahun. Berita kewafatan beliau membuat umat Islam sangat kehilangan.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Pendidikan
Sebagai seorang ayah yang taat beribadah menjalankan tuntunan agama, meskipun Musthafa Az-Zuhaili (ayah Wahbah Az-Zuhaili) hanya seorang petani, beliau senantiasa mendorong putranya ( Syekh Wahbah Az-Zuhaili) senantiasa untuk menuntut ilmu. Syekh Wahbah Az-Zuhaili mulai dari kecil belajar Al-Qur’an dan sekolah Ibtidaiyah di kampungnya, kemudianTsanawiyah di Damaskus pada umur remaja yakni 14 tahun yaitu pada tahun 1946 Masehi.

Beliau sangat suka belajar, terbukti setelah beliau menamatkan sekolahnya pada tingkat Tsanawiyah, beliau tidak lantas puas, lalu beliau melanjutkan pendidikannya di Kulliyyah Syar’iyyah Damaskus dan tamat pada tahun 1952 M. Kemudian melanjutkan pendidikan lagi ke Kairo. Beliau mengikuti beberapa kuliah secara bersamaan, yaitu Fakultas Syari’ah dan Fakultas Bahasa Arab di Universitas Al-Azhar dan Fakultas Hukum di Universitas ‘Ain Syam.

Beliau memperoleh ijazah sarjana Syari’ah di Al-Azhar dan memperoleh ijazah Takhassus pengajaran Bahasa Arab di Al-Azhar pada tahun 1956 M. Kemudian beliau memperoleh ijazah Licence (Lc) bidang hukum di Universitas ‘Ain Syam pada tahun 1957 M, Magister Syari’ah dari Fakultas Hukum Universitas Kairo pada tahun 1959 M, dan Doktor pada tahun 1963 M.

Satu catatan penting bahwa, Syekh Wahbah Az-Zuhaili senantiasa menduduki rengking teratas pada semua jenjang pendidikannya, menurutnya, rahasia kesuksesannya dalam belajar terletak pada kesungguhannya menekuni pelajaran dan menjauhkan diri dari segala hal yang mengganggu belajar. Motto hidupnya adalah:

وجل عزبا للھ الصیلة الحیاة فى النجاة سران

Artinya: “Sesungguhnya, rahasia kesuksesan dalam hidup adalah membaikkan hubungan dengan Allah ‘Azza wa Jalla.”

Dalam masa lima tahun beliau mendapatkan tiga ijazah yang kemudian diteruskan ke tingkat pasca serjana di Universitas Kairo yang ditempuh selama dua tahun dan memperoleh gelar M.A dengan tesis berjudul “al- Zira’i fi al- Siyasah al-Syar’iyyah wa al- Fiqh al-Islam”,

Merasa belum puas dengan pendidikannya beliau melanjutkan ke program doktoral yang diselesaikannya pada tahun 1963 dengan disertasi “Atsar al-Harb fi al-Fiqh al-Islami” dibawah bimbingan Dr. Muhammad Salam Madkur.

Di antara guru-gurunya adalah Muhammad Hashim Al-Khatib Al-Syafie, (w. 1958M) seorang khatib di Masjid Umawi. Beliau belajar darinya fiqih Al-Syafie; mempelajari ilmu Fiqih dari Abdul Razaq Al-Hamasi (w. 1969M); ilmu Hadis dari Mahmud Yassin (w.1948M); ilmu faraid dan wakaf dari Judat Al-Mardini (w. 1957M), Hassan Al-Shati (w. 1962M), ilmu Tafsir dari Hassan Habnakah Al-Midani (w. 1978M); ilmu bahasa Arab dari Muhammad Shaleh Farfur (w. 1986M); ilmu usul fiqih dan Mustalah Hadis dari Muhammad Lutfi Al-Fayumi (w. 1990M); ilmu akidah dan kalam dari Mahmud Al-Rankusi.

Sementara selama di Mesir, beliau berguru pada Muhammad Abu Zuhrah, (w. 1395H), Mahmud Shaltut (w. 1963M) Abdul Rahman Taj, Isa Manun (1376H), Ali Muhammad Khafif (w. 1978M), Jad Al-Rabb Ramadhan (w.1994M), Abdul Ghani Abdul Khaliq (w.1983M) dan Muhammad Hafiz Ghanim. Di samping itu, beliau amat terkesan dengan buku-buku tulisan Abdul Rahman Azam seperti Al-Risalah Al-Khalidah dan buku karangan Abu Hassan al-Nadwi berjudul Ma dza Khasira al-‘alam bi Inkhitat al-Muslimin

2.2 Guru-Guru

  1. H.Musthafa Az-Zuhaili (Ayah),
  2. Syekh Muhammad Salam Madkur,
  3. Syekh Muhammad Hashim Al-Khatib Al-Syafie,
  4. Syekh Abdul Razaq Al-Hamasi,
  5. Syekh Mahmud Yassin,
  6. Syekh Judat Al-Mardini,
  7. Syekh Hassan Al-Shati,
  8. Syekh Hassan Habnakah Al-Midani,
  9. Syekh Muhammad Shaleh Farfur,
  10. Syekh Muhammad Lutfi al-Fayumi,
  11. Syekh Mahmud al-Rankusi,
  12. Syekh Muhammad Abu Zuhrah,
  13. Syekh Mahmud Shaltut,
  14. Syekh Abdul Rahman Taj,
  15. Syekh Isa Manun,
  16. Syekh Ali Muhammad Khafif,
  17. Syelh Jad al-Rabb Ramadhan,
  18. Syekh Abdul Ghani Abdul Khaliq,
  19. Syekh Muhammad Hafiz Ghanim.

3. Karir-Karir

  1. Pencetus kurikulum studi Fakultas Syari’ah Ialamiyah di Universitas Damaskus, dan Syari’ah wal Qanun di Universitas Uni Emirat Arab. Pada tahun 1988 M,
  2. Sebagai kontributor majalah Syari’ah dan studi Islam di Universitas Kuwait, dan pada tahun 1999 M,
  3. Beliau juga ikut berkecimpung dalam membuat metode atau perencanaan lembaga Syari’ah di Syiria,
  4. Staf pengajar pada Fakultas Syariah, Universitas Damaskus pada tahun 1963 M,
  5. Menjadi asisten dosen pada tahun 1969 M,
  6. Menjadi profesor pada tahun 1975 M. Sebagai guru besar, beliau menjadi dosen tamu pada sejumlah univesritas di negara-negara Arab, seperti pada Fakultas Syariah dan Hukum serta Fakultas Adab Pascasarjana Universitas Benghazi, Libya ; pada Universitas Khurtum, Universitas Ummu Darman, Universitas Afrika yang ketiganya berada di Sudan. Beliau juga pernah mengajar pada Universitas Emirat Arab.

4. Pengaruh Kitab Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh
Dalam kesempatan ini secara khusus dikemukakan pengaruh kitab al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh karena kitab inilah nampaknya yang pertama kali membawa populeritas Syekh Wahbah di dunia internasional.

Bila kitab Fiqh az-Zakah dan kitab al-Halal wa al-Haram merupakan dua karya Dr.Yusuf al-Qardhawi telah mempopulerkan namanya di dunia untuk pertama kali dan kitab Fiqh as-Sunnah memasyhurkan nama Syekh as-Sayyid Sabiq, maka kitab al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh pula yang telah mengharumkan nama Syekh Wahbah az-Zuhaili ke tingkat internasional.

Kitab ini berisikan fikih perbandingan , terutama mazhab-mazhab fikih yang masih hidup dan diamalkan umat Islam di seluruh belahan dunia, yaitu mazhab Maliki, Hanafi, Syafi`i, dan Hanbali, tapi juga kadang-kadang Syekh Wahbah menyebut mazhab yang lain, seperti Imamiyah dari Syiah dan Ibadhiyah dari Khawarij. Kitab ini terdiri atas delapan jilid dan dapat dikatakan mengatasi populeritas kitab-kitab fikih perbandingan sebelumnya.

Jauh sebelumnya, bila berbicara tentang fikih perbandingan, orang selalu merujuk kitab Bidayah al-Mujtahid karya Ibn Rusyd (w.595 H). Waktu itu kitab ini menjadi pegangan pokok dalam bidang fikih perbandingan dan memang sampai saat ini juga tetap menjadi salah satu rujukan penting. Kitab ini terdiri atas dua juzuk. Pembahasannya sistematis. Pertama, dalam kitab ini disebutkan satu masalah fikih kemudian dijelaskan masalah itu disepakati atau diperselisihkan di kalangan ulama.

Bila masalah itu disepakati, maka nas yang menjadi dalilnya dikemukakan. Bila masalah itu diperselisihkan, maka pendapat para ahli fikih dan mazhab tentang masalah tersebut disebutkan. Setelah itu, sebab-sebab timbulnya perselisihan pendapat itu diterangkan serta dalil masing-masing. Kadang-kadang Ibn Rusyd mengritik dalil yang dipergunakan para ulama fikih itu, tetapi secara umum ia tidak menyalahkannya. Ia juga secara umum tidak melakukan tarjih.

Meskipun demikian, keterangan Ibn Rusyd tentang pendapat-pendapat ulama fikih dan mazhab tidak dijelaskan secara panjang lebar dan tuntas. Ibn Rusyd juga tidak mengelompokkan konsep-konsep yang dibahas itu kepada mazhab-mazhab secara terpisah. Ia juga tidak menyebutkan kitab-kitab yang menjadi rujukan dan tidak menjelaskan nilai hadisnya.

Pada belahan kedua abad XX muncul kitab al-Fiqh `ala al-Mazahib al-Arba`ah karya `Abd ar-Rahman al-Jaziri. Beliau sempat menyusun kitabnya secara sempurna sebanyak empat jilid. Setelah ia meninggal konsep dan catatan untuk jilid lima yang bertebaran, disusun oleh Syekh Ali Hasan al-`Aridh. Penyusunan jilid kelima ini sempurna pada tahun 1392 Hijriah.

Dalam kitab ini, pengelompokkan pendapat mazhab jelas dan bahasannya jauh lebih terperinci dari kitab Bidayah al-Mujtahid. Tetapi pengarang tidak mentarjih dan tidak menyebutkan rujukan masing-masing pendapat tersebut. Namun, karena pengelompokkannya yang jelas dan keterangannya yang terperinci membuat pembacanya tertarik merujuk kitab ini. Maka untuk beberapa waktu kitab ini menjadi populer.

Setelah itu, muncul kitab Fikih as-Sunnah karya Syekh as-Sayyid Sabiq (w. 1995 M). Kitab ini juga berisikan fikih perbandingan. Meskipun pengarangnya tidak membuat pengelompokkan mazhab secara jelas dan terperinci, ternyata kitab ini menarik minat pembaca karena keterangannya yang simpel, tetapi disertai langsung dengan dalil, baik dari Alquran maupun Hadis.

Pengarangnya jarang melakukan tarjih untuk memberikan kebebasan kepada umat memilih dan mengamalkan pendapat yang ia cenderung kepadanya. Akan tetapi, penulisnya tidak menyebutkan rujukan dan nilai hadis yang dikemukakannya.Sejalan dengan sikap kritis dan praktis yang berkembang di tengah-tengah masyarakat Islam, maka kitab ini menjadi populer, melebihi populeritas dua kitab sebelumnya.

Belakangan, muncullah kitab al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh karya Dr.Wahbah az-Zuhaili. Kitab ini dicetak pertama kali pada tahun 1984. Kitab ini juga berisi fikih perbandingan yang bahasannya luas dengan bahasa yang jelas dan susunan yang sistematis.

Keterangannya disertai dengan dalil-dalil yang jelas dan rujukan yang lengkap serta penjelasan nilai hadis yang dikemukakan. Penjelasannya cukup luas sehingga memakan halaman yang banyak mencapai delapan jilid besar.

Dengan munculnya kitab ini, populeritas kitab-kitab fikih perbandingan sebelumnya menurun. Saat ini kitab al-Fiqh al-Islami telah mendominasi fikih perbandingan. Di perguruan tinggi, dalam berbagai forum ilmiah fikih, dan pengajian, kitab ini menjadi rujukan pertama, baik disebutkan secara eksplisit maupun implisit.

5. Karya-Karya
Syekh Wahbah Az-Zuhaili sangat produktif menulis, mulai dari artikel dan makalah sampai kepada kitab besar yang terdiri atas enam belas jilid. Dr.Badi` as-Sayyid al-Lahham dalam biografi Syekh Wahbah yang ditulisnya dalam buku yang berjudul, Wahbah Az-Zuhaili al -`Alim, al-Faqih, al- Mufassir menyebutkan 199 karya tulis Syekh Wahbah selain jurnal. Demikian produktifnya Syekh Wahbah dalam menulis sehingga Dr. Badi` mengumpama-kannya seperti Imam as-Suyuthi (w. 1505 M) yang menulis 300 judul buku di masa lampau

Di antara karyanya terpenting adalah:

  1. Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh,
  2. At-Tafsir al-Munir,
  3. Al–Fiqh al-Islami fi uslubih al-Jadid,
  4. Nazariyat adh-Dharurah asy-Syari`ah,
  5. Ushul al-Fiqh al-Islami,
  6. Az-Zharai`ah fi as-Siyasah asy-Syari`ah,
  7. Al-`Alaqat ad-Dualiyah fi al-Islam,
  8. Juhud Taqnin al-Fiqh al-Islami,
  9. Al-Fiqh al-Hanbali al-Muyassar. Mayoritas kitab menyangkut fikih dan ushul fiqih.

Tetapi, beliau juga menulis kitab tafsir sampai enam belas jilid, At-Tafsir Al-Wasith tiga jilid, Al-I`jaz fi Al-Qur’an, dan Al-Qishshah Al-Qur’aniyah sehinga Syekh Wahbah juga layak disebut sebagai ahli tafsir. Bahkan, beliau juga menulis tentang akidah, sejarah, pembaharuan pemikiran Islam, ekonomi, lingkungan hidup, dan bidang lainnya. Jadi, Syekh Wahbah bukan hanya seorang ulama fikih, tetapi juga beliau adalah seorang ulama dan pemikir Islam peringkat dunia.

6. Referensi

  1. Skripsi Mayuddin Siregar Mahasiswa Universitas Islam Negeri Siltan Syarif Kasim Riau yang berjudul “Pemikiran Wahbah Wahbah az-Zuhaili Tentang Hukum Jual Beli Urbun Ditinjau Dari Fiqh Muamalah.”

  2. Dan berbagai sumber pendukung lainnya.

Artikel ini sebelumnya dibuat pada tanggal 1 Agustus 2022 dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa pada tanggal 6  Maret 2024

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya