Dalam kehidupannya, beliau selalu bersabar dengan orang-orang yang tidak bersependapat, baik dengan pemikirannya atau dengan alirannya.
Masyarakat Malang dan sekitarnya mengenal dua tokoh ulama yang sama-sama kharismatik, sama-sama ahli hadits, sama-sama pendidik yang bijaksana.
LADUNI.ID, Jakarta – Dalam menjalani kehidupan ini tidak semua orang akan memiliki harta yang berkecukupan, di antara kita pasti ada yang hidup serba kekurangan, sempit akan harta. Salah satu solusi agar dalam menjalani kehidupan ini seseorang tidak sempit akan hartanya (kemiskinan), Baginda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menganjurkan kepada umatnya untuk mengamalkan sebuah amalan.
Zawawi membacakan puisi singkat untuk mengajak para mahasiswa UIN Maliki Malang khususnya, agar terus menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Berikut puisi yang dibawakan Zawawi:
Saat mengaji Kitab Mafahim, saya menemukan keterangan Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki yang mencantumkan riwayat (dari Tafsir Al-Qurthubi) bahwa ada seorang A'robi (bukan orang Arab) yang datang ke makam Nabi SAW setelah tiga hari dimakamkan.
Suatu waktu Imam Malik bin Anas pendiri madzhab Maliki menangis tatkala akan berbuka puasa hingga air matanya membasahi janggutnya. Hal tersebut disaksikan oleh murid beliau. Kemudian sang murid memberanikan diri untuk bertanya..
Sebagaimana yang diharapkan tersebut, Abuya As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani wafat pada hari Jumat tanggal 15 Ramadhan 1425 H atau bertepatan pada tanggal 30 Oktober 2004 M. Beliau wafat di kamarnya yang penuh dengan kitab-kitab dan ditunggui oleh para santrinya.
Sebagaimana diketahui, berdasarkan Komite Pemilihan sentra Partai Likud Netanyahu diperkirakan hanya akan memenangkan 31 kursi, sementara saingan utamanya yaitu Partai Biru serta Putih mendapatkan 32 kursi.
Suatu malam di bulan ramadhan, Abuya Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki sangat sibuk dengan banyak hal, sehingga beliau baru siap untuk beristirahat pada pukul dua dini hari.
Dikisahkan, Sayyid Alawi Al-Maliki (Ayahanda Sayyid Muhammad Al-Maliki) merupakan seorang Ulama besar Mekah. Beliau memiliki rumah yang besar dan indah di kawasan Mina pinggiran Kota Mekah yang berdampingan dengan sebuah madrasah.
Kisah ini terjadi pada KH. Nur Hasanuddin (Pengasuh PP. Darussa’adah Tumpang) ketika bersama dengan Sayyid Ahmad Al-Maliki di Masjid Nabawi.
Setelah kemarin mengurai tentang Fida' Kubra dan difatwakan oleh ulama Mesir, kemudian ada di sebagian daerah di Jawa istilah lain yaitu Fida' Shughra, yakni membacakan La Ilaha Illa Allah untuk mayit sebanyak 70.000 kali.
Jangankan golongan Ustaz Salafi, Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki pun tidak sependapat dengan masalah ini dalam kitab Mafahim.
Suatu ketika As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki Al-Hasani berkata; "Dulu ada seorang tua di Turki yang hobinya membaca Al Qur'an, dari masa muda memang dia senang membaca Qur'an sampai di masa tuanya.
Dikisahkan, Sayyid Alawi Al-Maliki (ayahanda Sayyid Muhammad Al-Maliki) merupakan seorang ulama besar Mekkah. Beliau memiliki rumah yang besar dan indah di kawasan Mina pinggiran kota Mekkah yang berdampingan dengan sebuah madrasah.
Kisah kedermawanan Sayyid Alawi Al-Maliki.
Bila kita dihadapkan pada suatu persoalan hukum yang tidak terdapat dalilnya baik di dalam Al-Qur’an maupun hadis, maka dalam sebuah riwayat Rasulullah SAW memerintahkan para sahabat untuk bertanya kepada orang yang berilmu atau ulama.
Sekitar 4 tahun lalu ketika saya diminta menjadi salah satu pemateri Madrasah Mafahim karya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki bersama Hawari Ash-Shafwah Ust. Oemar Hawariy, terasa tabu bagi saya kalau tiba-tiba nyelonong ke acara itu.
Foto Abuya Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki banyak bertengger di rumah-rumah umat Islam, khususnya penggemar ulama dan waliyullah.
Imam Malik bin Anas tabiin ulama Madinah ahli fiqih ahli tafsir islam muslim mazhab maliki
Ketika di malam hari yang sunyi dan dingin, Sayyid Alawi beserta rombongan sedang duduk-duduk santai di depan halaman rumah tersebut. Tiba-tiba mereka mendengar suara genderang yang dipukul oleh orang banyak, awalnya terdengar sayup bertalu-talu namun semakin lama semakin terdengar jelas.
Suatu ketika, As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki atau akrab dipanggil Abuya Sayyid Muhammad berencana pergi ke Madinah untuk berziarah ke makam Rasulullah Muhammad SAW. Rencananya juga ingin mengajak serta istri dan putra-putrinya berziarah ke leluhurnya di Madinah. Keinginan itu juga diutarakan oleh Abuya Sayyid Muhammad kepada keluarganya.
Laduni.ID Jakarta - Al-Imam al-Qadli Iyadl al-Maliki (w 544 H) dalam kitab karyanya berjudul asy-Sifa’ Bi Ta’rif Huquq al-Musthafa, j. 2, h. 214, menuliskan: “Bab pertama;
Al Imam Abuya As Sayyid Muhammad Al Maliki adalah salah satu dari mereka yang dicintai oleh Allah, diangkat kedudukannya di sisi-Nya dan disisi makhluk-Nya sehingga beliau dicintai oleh umat ini.
Disaat Abuya Sayyid Muhammad Bin Alawi Al Maliki menceritakan tentang kisah pengalaman pribadi beliau saat muda. Dimana kala itu, beliau sering diajak oleh abahnya, yakni Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki berziarah ke Madinah yakni ke makam Baginda Rasulullah SAW.
Beliau adalah Sayyid Ali Maliki bin Husein bin Abdurrahman Assegaf. Sumber: Kitab Syamsuddhahiroh oleh Al Alamah As Sayyid Abdurrahman bin Muhammad bin Husein Al Masyhur.
KH. Mahmud Mudrikah Hanafi lahir di Sukabumi Selatan atau daerah Jampang Kidul, tepatnya di Desa Cibadak Kecamatan Pabuaran pada tanggal 8 Agustus 1945 dari pasangan KH Hasbulloh dan Ibu Hj Syamsiah.
Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki beliau adalah ulama besar yang tenar dari Mekkah, murid-murid beliau ribuan berasal dari Indonesia, Pakistan, India, Afrika, Eropa hingga Amerika.
Sayyid Alawi bin Abbas Al-Maliki Al-Hasani merupakan salah seorang ulama Makkah terunggul di abad yang lalu