INFAK / SEDEKAH/ DONASI/ SUMBANGAN untuk LADUNI.ID
Seluruh dana yang terkumpul untuk operasional dan pengembangan portal dakwah Islam ini
Mencium tangan, bahkan kaki guru, bukan semata bentuk fisik, tapi simbol pengakuan atas ilmu, keberkahan, dan jasa besar sang guru dalam mengantarkan murid menuju cahaya kebenaran.
Dalam kitab Qimatuz Zaman 'indal Ulama, Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah menjelaskan banyak hal mengenai kebiasaan para ulama besar dalam menjaga waktunya agar tidak terlewatkan sia-sia.
Di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, ada satu sosok ulama yang namanya harum hingga kini. Tidak lain, beliau adalah KH. Abdul Karim, atau yang lebih dikenal dengan panggilan Mbah Manaf atau Mbah Abdul Karim, yakni pendiri serta pengasuh pertama dan utama.
Disebutkanlah, ketika Presiden Soekarno mengetahui kedatangan mobil yang membawa Mbah Mahrus Aly tiba, sang presiden pun bergegas berlari untuk membukakan pintu mobil sang kyai.
Nasihat-nasihat para kyai selalu tertanam di dalam jiwa para santri, meski telah jauh berpisah atau bahkan telah ditinggal wafat. Nasihat-nasihat itu seakan menjadi pengikat ruhaniyah yang tidak boleh terputus selamanya.
Banyak orang tua yang menginginkan anaknya belajar di pondok pesantren. Sebab sejak dulu hingga kini pesantren telah terbukti mampu memberikan pendidikan terbaik untuk anak-anak bangsa, yang memadukan kecerdasan intelektual, spiritual, dan emosional.
Di dunia pesantren sering terjadi fenomena di mana santri menata sandal kyainya. Fenomena tersebut sudah biasa terjadi di pesantren manapun dan menjadi sebuah tradisi yang terus dilakukan sampai saat ini.
Kata Habib Umar, majelis itu adalah ibarat bentangan kabel spiritual yang menghubungkan hati manusia kepada Rasulullah SAW, memperkuat langkah di jalan lurus, dan sekaligus membuat setan semakin menderita.
Maka tidak berlebihan, Habib Muhammad bun Husein Al-Habsyi dalam sebuah kesempatan di acara Haul Solo tempo hari, pernah mengatakan bahwa Habib Ali Al-Habsyi adalah sosok pemegang panji cinta Rasulullah SAW.
Hubungan Habib Umar dan Indonesia terasa semakin spesial, apalagi banyak murid Habib Umar yang berperan aktif dalam dakwah keislaman di Indonesia, seperti Habib Jindan, Habib Sholeh, Habib Mundzir, dan banyak lagi yang lainnya.