Haruskah Kita Mengetahui Malam Lailatul Qadar Untuk Mendapatkan Fadhilahnya?

 
Haruskah Kita Mengetahui Malam Lailatul Qadar Untuk Mendapatkan Fadhilahnya?
Sumber Gambar: ilustrasi.Png

LADUNI.ID, Jakarta - Salah satu malam yang diimpikan oleh semua umat Islam dalam bulan Ramadhan adalah malam lailatul qadar. Lailatul qadar merupakan malam yang lebih baik dari seribu bulan. Terkait kapan datangnya lailatul qadar, para ulama berbeda pendapat dalam hal ini. Kemudian untuk mendapatkan fadhilah tersebut, apakah seseorang harus mengetahui bahwa malam tersebut merupakan lailatul qadar atau cukup ia beribadah bertepatan pada malam tersebut walaupun ia tidak mengetahui bahwa malam tersebut adalah lailatul qadar?

Imam Ramli Rahimahullah, pernah ditanyakan tentang hal tersebut. Berikut pertanyaan dan jawaban beliau yang telah kami terjemahkan.

 (سئل) عمن قام ليلة القدر هل يتوقف حصول ثوابه المذكور في الحديث على علمه بها كما قاله النووي أم لا؟ (فأجاب) بأنه قد قال شيخ الإسلام الشهاب ابن حجر اختلفوا هل يحصل الثواب المترتب عليها لمن اتفق أنه قامها وإن لم يظهر له شيء أو يتوقف ذلك على كشفها وإلى الأول ذهب الطبري والمهلب وابن المقري وجماعة وإلى الثاني ذهب الأكثر ويدل له ما وقع عند مسلم في حديث أبي هريرة بلفظ من يقم ليلة القدر فيوافقها وفي حديث عبادة عند أحمد من قامها إيمانا واحتسابا ثم وفقت له قال النووي معنى يوافقها أن يعلم أنها ليلة القدر ويحتمل أن يكون المراد يوافقها في نفس الأمر وإن لم يعلم هو ذلك قال ابن حجر وتفسير الموافقة بالعلم بها هو الذي يترجح في نظري ولا أنكر حصول الثواب الجزيل لمن قام لابتغاء ليلة القدر وإن لم يعلم بها وإنما الكلام على حصول الثواب المعين الموعود به اهـ والراجح من حيث المعنى الأول فقد قال المتولي يستحب التعبد في كل ليالي العشر حتى يجوز الفضيلة بيقين اهـ ويمكن الجمع بينهما بحمل الأول على حصول ذلك الغفران والثاني على زيادة حصول الثواب الموعود به ونحوه

Beliau ditanyakan: Seseorang yang beribadah di malam qadar, apakah untuk mendapatkan keutamaan sebagaimana yang dijanjikan dalam hadits harus mengetahui bahwa malam tersebut adalah lailatul qadar sebagaimana pendapat Imam An- Nawawi, ataupun tidak harus mengetahuinya? Beliau menjawab: Syaikhul Islam Imam Syihab Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata; para ulama berbeda pendapat akan didapatkan pahala lailatul qadar bagi seseorang yang kebetulan beribadah pada malam tersebut walaupun tidak nampak baginya apapun (dari tanda-tanda lailatul qadar) ataupun pahala tersebut baru didapatkan jika nyata baginya malam tersebut adalah lailatul qadar. Diantara ulama yang berpendapat seperti yang pertama adalah Imam Thabari, Imam Muhallab, Imam Ibnu Muqry dan satu kelompok ulama. Yang berpendapat dengan yang kedua adalah mayoritas ulama.

Pendapat kedua ini didukung oleh hadits “Siapa yang beribadah pada malam qadar, maka kebetulan ia mendapatkannya”, dan hadits Ubadah di sisi Imam Ahmad “Siapa yang menghidupkannya dengan iman dan ikhlas kemudian kebetulan lailatul qadar baginya”. Imam An-Nawawi berkata makna dari “Kebetulan mendapatkan lailatul qadar” adalah ia mengetahui bahwa malam tersebut adalah lailatul qadar. Namun ada kemungkinan juga maksudnya adalah ia bertepatan dengan lailatul qadar walaupun ia tidak mengetahuinya.

Imam Al-Hafidh Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata : “Berkata tafsir muwafaqah dengan mengetaui lailatul qadar adalah penafsiran yang kuat menurut saya, namun saya juga tidak mengingkari mendapatkan pahala yang besar bagi orang yang beribadat karena mengharapkan lailatul qadar, walaupun ia tidak mengetahuinya. Pembahasan disini adalah tentang hasil pahala yang dijanjikan (dalam hadis)”. Yang kuat dari sisi makna adalah yang pertama. Imam Mutawalli berkata "Disunatkan beribadah pada tiap malam sepuluh (akhir) sehingga ia mendapatkan fadhilah secara pasti”. Mungkin juga keduanya dikompromikan (jamak) dengan menempatkan yang pertama pada hasil pengampunan dan yang kedua ditambahkan mendapatkan pahala yang dijanjikan.(Fatawa Imam Ramli, jld. 2 hal. 67. Dar Fikr)

 

Dalam Kitab Mirqah Al-Mafatih Imam Mula Qari setelah mengutip pernyataan Al-Hafidh Ibnu Hajar Al-Asqalani, beliau menambahkan;

وقد فرعوا على القول باشتراط العلم بها أنه يختص بها شخص دون شخص فتكشف لواحد ولا تكشف لآخر ولو كانا معاً في بيت واحد كذا ذكره القسطلاني

Berdasarkan pendapat bahwa disyaratkan mengetahui lailatul qadar maka lailatul qadar terkhusus bagi sebagian orang saja sedangkan yang lain tidak mendapatkannya, hal ini kadang terbuka bagi seseorang dan tidak berbuka bagi yang lain walaupun keduanya berada dalam satu kamar. Demikian yang disebutkan oleh Imam Al-Asqalani. (Kitab Mirqah Al-Mafatih, jld. 7, hal 22)

Kesimpulan:

1. Ada dua pendapat para ulama dalam hal ini. Pendapat pertama: untuk mendapatkan fadhilah lailatul qadar ia harus mengetahui bahwa malam tersebut adalah lailatul qadar. Pendapat kedua; tidak disyaratkan demikian. Di antara yang berpendapat dengan yang kedua ini adalah Imam An- Nawawi.

2. Imam Ramli lebih cenderung menguatkan pendapat pertama.

3. Imam Al-Hafidh Ibnu Hajar Al-Asqalani lebih lebih menguatkan pendapat kedua. Namun bukan berarti seseorang yang beribadat pada lailatul qadar dan ia tidak mengetahuinya ia tidak mendapatkan pahala yang besar. Ia tetap mendapatkan pahala yang lebih besar dari malam lainnya namun ia tidak mendapatkan fadhilah yang lebih besar yang dijanjikan dalam hadis Rasulullah.

4. Lailatul qadar bisa saja terbuka (kasyaf) bagi seseorang sedangkan orang disampingnya tidak terbuka baginya.

 

Demikian penjelasan singkat tentang malam lailatul qadar, semoga bermanfaat.

 

 

Sumber: Kitab  Mirqah Al-Mafatih Jilid 7

 

_____________________
Catatan: Tulisan ini terbit pertama kali pada Selasa tanggal  17 September 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan
Editor : Lisandipo