Juru Parkir Yang Kaya Hati

 
Juru Parkir Yang Kaya Hati

Oleh: Hayatullah Pasee

Jika Anda sering makan di gerai Nasi Uduk Kelapa Dua Lamnyong, Banda Aceh, pasti tidak asing dengan bapak yang satu ini. Juru parkir yang sangat ramah terhadap pengunjung. Nama lengkapnya Zulkifli Ishak berasal dari Kabupaten Bireuen. 

Saya benar-benar jarang menemukan juru parkir sebaik beliau. Kebanyakan juru parkir tidak peduli terhadap kendaraan yang diparkir, yang penting ketika hendak diambil kendaraan oleh pemiliknya harus setor seceng (Rp1.000) untuknya.

Beda dengan Pak Zulkifli, ia benar-benar menjaga dan merapikan kendaraan yang diparkir di wilayah tanggung jawabnya. Bahkan, ketika hujan, helm-helm pengunjung dibalut dengan plastik agar tidak basah terkena hujan.

“Sengaja lon bloe lhee boh pak kereutah itam untuk baloet helm (Sengaja saya beli 3 pak kresek hitam untuk membalut helm),” ungkapnya dalam Bahasa Aceh.

Keikhlasan dan keseriusannya dalam bekerja mendatangkan rezeki lebih kepadanya. Saya perhatikan kebanyakan para pengunjung memberikan lebih dari jatah parkir per kendaraan yang ditetapkan Pemko Banda Aceh.

Ia pun tidak pernah mempermasalahkan jika ada orang tidak mau membayar atau tidak ada uang kecil. Prinsipnya Allah telah menentukan rezeki masing-masing manusia, ketika hilang seribu, Allah gantikan pada kesempatan yang lain.

Beliau tidak hanya bertanggung jawab terhadap pekerjaannya, tetapi juga sangat suka berbagi kepada siapa pun. Saya sendiri pernah merasa tidak enak gegara sifat kedermawanan beliau.

Suatu malam saya bersama keluarga datang ke sana untuk makan malam. Waktu itu putri saya, Hayfa masih berusia sekitar 1,5 tahun. Saat hendak pulang dan mengambil motor, beliau mendekati kami dan membantu mengeluarkan motor kami.

Kemudian saya memberikan uang Rp2.000 kepadanya. Saya minta beliau untuk tidak perlu mengembalikan sisanya. Namun tiba-tiba beliau mengeluarkan uang Rp20.000 dan mengenggamkannya ke tangan Hayfa. Dengan sangat sopan saya menolak karena mengingat beliau harus menarik 20 motor untuk mendapatkan uang sejumlah itu.

“Peng nyoe koen keu gata, tapi keu aneuk gata. Menye keu gata cit hana layak tajok (uang ini bukan untukmu, tetapi untuk anakmu, kalau untukmu memang tidak layak menerima),” ungkapnya yang membuat saya terdiam tak bisa berkomentar apa pun.

Walaupun demikian, saya tetap masih tidak enak. Namun pascakejadian itu, kami sudah saling kenal. Sudah saling tegur sapa ketika bertemu.

Sudah lama ingin menuliskan kebaikan si bapak di media sosial ini. Setelah melihat kebaikan beliau lagi hari ini, saya tidak mau menunda lagi untuk mengungkapanya. Beliau benar-benar orang yang kaya hatinya. Semoga beliau sehat selalu, dimudahkan dan diberkahi rezekinya oleh Allah swt.

Jika ada pemberian penghargaan dari pemerintah kepada juru parkir, saya menyarankan bapak ini layak mendapatkannya, bukan karena beliau baik terhadap saya tetapi kerja ikhlas dan tanggung jawab beliau dalam pekerjaannya.[]