Lagu atau Shalawat yang sering disebut sebagai Sluku-sluku bathok ini merupakan lagu berbahasa Jawa yang kerap dinyanyikan anak-anak. Lagu dolanan ini diciptakan oleh Sunan Kalijaga atau Raden Mas Said untuk media dakwah dalam menyebarkan syariat Islam.
Di kalangan para sufi, shalawat sangat terkenal dan sering diamalkan. Kebenaran kisah tersebut diyakini oleh para pengamalnya. Tapi terlepas dari itu semua, shalawat Sultan Al-Ghaznawi ini tetap sangat besar faedahnya dan bisa diamalkan oleh siapapun.
Dianjurkan mengamalkan ijazah Shalawat Nur, dengan membacanya sekali setiap selesai membaca doa antara azan dan iqamah atau 10 kali setiap selesai shalat fardhu, atau kalau bisa dibaca minimal 100 kali ketika malam menjelang tidur.
Mengenai hal ini, ada satu ijazah amalan yang sangat baik dilakukan oleh setiap orang tua Muslim. Ijazah ini didapatkan oleh Ustadz Muhammad Zainuddin bin Abdurrahman ketika sowan silaturrahim kepada Habib Umar bin Hafidz di Hadramaut, Yaman pada tahun 2017 silam.
Habib Umar bin Hafidz, seorang ulama besar abad ini, pernah memberikan sebuah amalan dzikir yang bisa diamalkan untuk memudahkan kita dalam mendapat kebahagiaan akhirat beserta kemudahahan segala urusan di dunia, termasuk dilancarkan rezekinya.
Qasidah Man Ana ternyata dulu sering dibaca oleh Al Habib Munzir Al-Musawa. Beliau sering melantunkannya di hadapan Guru Mulia Al-Musnid Al-Habib Umar bin Hafidz. Penciptanya adalah Al Habib Umar Muhdlor bin Abdurrahman Assegaf. Beliau adalah seseorang yang mulia, mahaguru di masanya, seorang wali putra dari seorang wali
Di samping mempunyai niat belajar-mengajar yang telah diijazahkan kepada para murid dan pecintanya, Imam Abdullah bin Abdullah bin Alwi Al-Haddad juga menulis doa penutup majelis yang dikarang dalam bentuk qosidah yang terkenal dengan judul “Ya Rabbana’ Tarafna.”
Belajar dan mengajar di dalam dunia pendidikan merupakan dua hal yang sangat krusial. Kedua hal itu tidak bisa sempurna jika tidak didasari dengan niat yang sempurna pula. Hakikatnya semua ilmu itu adalah milik Allah SWT, maka dalam proses pendidikan itu pula tidak bisa terlepas dari Allah SWT.
Sholawat Ya Nafsuti Bibiloqo merupakan senandung sholawat berjudul 'Busyrolana'. Sholawat ini memiliki makna yang begitu mendalam yakin tentang kebahagiaan berziarah ke makam nabi Muhammad SAW. Ada sebuah kisah menarik di Indonesia tentang sholawat ini.
Ketika KH. Abdul Hamid Pasuruan masih hidup, beliau pernah memberikan ijazah amalan wirid membaca Surat Al-Fatihah sebanyak seratus kali setiap hari.