INFAK / SEDEKAH/ DONASI/ SUMBANGAN untuk LADUNI.ID
Seluruh dana yang terkumpul untuk operasional dan pengembangan portal dakwah Islam ini
Di tengah kebingungan keduanya, maka Gus Kholid langsung menghampiri Kiai Said yang baru keluar dari mobil, seraya berkata: “Abah, wonten...” Belum selesai berkata, Kiai Said langsung menjawab: “Kiai Hamid? Wis.. wis... Abah wis ketemu kok,” (Sudah, sudah saya temui kok) Sambil berjalan menuju Ndalem.
Gus Miek justru muncul di tengah sungai, berdiri di atas punggung seekor ikan yang sangat besar, yang menurut Gus Miek adalah piaraan gurunya.
KH. Abdul Hayyie Nai'm adalah salah satu santri yang sangat diistimewakan dan disayangi oleh KH. Idris Kamali (Menantu KH. Hasyim Asy'ari asal Cirebon)
Dalam cerita yang disampaikan Gus Miek kepada pengikutnya, ternyata Gus Miek bertemu gurunya. Ikan tersebut adalah piaraan gurunya, yang memberitahu bahwa Gus Miek dipanggil gurunya. Akhirnya, ikan itu membawa Gus Miek menghadap gurunya yaitu Nabi Khidir.
Mbah Yai Khusen bercerita pada Gus Zuli tentang tentang mimpi ketika tertidur tadi. Dalam mimpi Mbah Yai Khusen bermimpi bahwa suatu saat ada kiai besar yang akan lahir di tempat ini dan tempat ini akan ramai setelah kiai besar tersebut wafat.
Suatu hari, disela pengumpulan informasi dan penggalangan menjelang satu keputusan politik penting, Gus Dur menyempatkan diri mendatangi Gus Miek yang sedang maraton sema'an MANTAB. Gus Dur menanyakan kondisi Indonesia.
Setiap kali KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) datang ke Kebumen, beliau selalu menyempatkan sowan menemui KH. Sonhaji (Mbah Jimbun). Beliau merupakan salah satu guru Gus Dur yang selalu mengajarkan tentang kesederhanaan.
Saat tentara Jepang menodongkan senjata pada Mbah Yai Khusen dan teman-temannya, tiba-tiba senjata yang ditodongkan ke arah Mbah Yai itu meleleh seperti dipanaskan.
Surga memang benar-benar sebuah tempat yang penuh dengan keajaiban dan barakah. Jika tidak ada hadits-hadits yang mensifatinya, sebagai manusia dengan segala keterbatasan akal, mustahil kita akan bisa menggambarkannya.
Syekh Kholil memerintah KH. Syamsul Arifin untuk mengambil kerocok (sejenis daun aren yang dapat mengapung di atas air) untuk dipakai perjalanan menuju Makkah. Setelah mendapatkan kerocok, lantas Syekh Kholil menatap ke arah Makkah, tiba-tiba kerocok yang ditumpanginya berjalan dengan cepat menuju Makkah.