Keutamaan Bershalawat di Hari Jum’at

 
Keutamaan Bershalawat di Hari Jum’at
Sumber Gambar: KibrisPdfsandipo

LADUNI.ID, Jakarta - Shalawat kepada Nabi merupakan bagian dari penghormatan (tahiyyah). Shalawat adalah doa dan rahmat sebagai bentuk kebutuhan kita umat manusia agar kelak mendapat syafa’at Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam di akhirat.

Dikutip dari perkataan Abul ‘Aliyah sebagaimana dikuatkan oleh Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin dalam Syarhul Mumthi’
dan Syarh Bulughul Marom yang menjelaskan bahwa makna shalawat dari Allah adalah rahmat, dari malaikat adalah istigfar (mohon ampunan)
dan dari manusia adalah do’a.

Abul ‘Aliyah juga menjelaskan makna shalawat sebagai pujian Allah kepada Rasul, sebagaimana dalam hadits berikut :

صَلاَةُ اللَّهِ ثَنَاؤُهُ عَلَيْهِ عِنْدَ الْمَلاَئِكَةِ

“Shalawat Allah adalah pujian-Nya kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam di hadapan para malaikat.” (HR. Bukhari no. 10)

Para ulama menganjurkan untuk memperbanyak bersholawat, karena tidak ada keraguan bahwa membaca sholawat adalah amal sholeh yang memiliki banyak keutamaan.

Pertama : Hadits dari ‘Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam bersabda,

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ أَوْ سَأَلَ لِي الوَسِيْلَةَ حَقَّتْ عَلَيْهِ شَفَاعَتِي يَوْمَ القِيَامَةِ

“Barangsiapa bershalawat kepadaku atau meminta agar aku mendapatkan wasilah, maka dia berhak mendapatkan syafa’atku pada hari kiamat nanti.”

(Hadits ini terdapat dalam Fadhlu Ash Sholah ‘alan Nabiy no. 50, Isma’il bin Ishaq Al Jahdiy. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani)

Salah satu amalan yang dapat memperberat timbangan seseorang pada hari Kiamat adalah memperbanyak shalawat Nabi. Kaum Muslimin sangat dianjurkan memperbanyak Shalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam  di mana pun dan kapan pun.

Untuk itu, perlu kiranya memahami rahasia dan keutamaan Shalawat Nabi seperti dijelaskan Habib Ahmad bin Hasan Alaydrus.

Dalam Al-Qur'an (QS. Al-A'raf 7:8-90)

وَالْوَزْنُ يَوْمَىِٕذِ ِۨالْحَقُّۚ فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِيْنُهٗ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ (٨)

8. Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barangsiapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.

وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِيْنُهٗ فَاُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ خَسِرُوْٓا اَنْفُسَهُمْ بِمَا كَانُوْا بِاٰيٰتِنَا يَظْلِمُوْنَ (٩)

9. Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.

Memperbanyak shalawat termasuk bagian dari ekpresi kecintaan terhadap Nabi Muhammad  Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam. Percuma mengaku mengikuti sunnah Nabi, dengan mencontoh pakaian dan bentuk fisiknya misalnya, tetapi jarang menghadiahkan shalawat kepada kanjeng Nabi. Semasa hidupnya, Nabi pernah mengatakan, “Orang pelit itu adalah orang yang disebut namaku, tapi dia tidak mau bershalawat kepadaku.”
(HR: Ahmad)

                        البخيل من ذكرت عنده، ثم لم يصل علي

“Orang bakhil adalah orang yang bila disebut namaku, dia tidak bershalawat kepadaku.”

Meskipun Nabi sudah tiada, kita tetap masih bisa menyampaikan salam kepada beliau. Nabi pun akan mendengar setiap salam yang disampaikan umatnya. Bagaimana caranya? Tiada jalan lain kecuali dengan memperbanyak shalawat. Setiap shalawat yang dilantunkan umatnya didengar oleh Nabi SAW. Abdullah Ibnu Mas’ud  pernah mendengar   Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam bersabda:

إن لله في الأرض ملائكة سياحين يبلغوني من أمتي السلام

“Allah SWT memiliki malaikat yang berkunjung ke bumi, mereka senantiasa menyampaikan salam dari umatku.” (HR: Ahmad)

Melalui hadis ini dapat dipahami bahwa setiap shalawat yang kita lantunkan didengar oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam melalui perantara malaikat. Membaca shalawat dianjurkan kapanpun dan di manapun. Namun memperbanyaknya sangat dianjurkan pada hari jum’at, baik siang maupun malamnya.

Imam al-Syafi’i dalam al-Umm mengatakan, “Saya suka memperbanyak shalawat kepada Nabi di setiap waktu, tapi pada hari jum’at dan malamnya, saya membacanya lebih banyak karena ada kesunnahan.”

وأحب كثرة الصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم في كل حال وأنا في يوم الجمعة وليلتها أشد استحباب

“Saya suka membaca shalawat sebanyak-banyaknya kapanpun, tapi saya lebih banyak membacanya di hari jum’at dan malamnya, karena disunnahkan”

Pendapat Imam Al-Syafi’i ini diperkuat oleh hadis riwayat Aws Ibn Aws, seperti yang dikutip Abu Bakar al-Maruzi dalam al-Jum’ah wa Fadhluha, bahwa Nabi bersabda:

إن من أفضل أيامكم يوم الجمعة: فيه خلق آدم ، وفيه قبض، وفيه الصعقة ، فأكثروا علي من الصلاة فيه، فإن صلاتكم معروضة علي. قلنا: يا رسول الله، كيف تعرض عليك صلاتنا وقد أرمت؟ يقولون: قد بليت؟ قال: إن الله عز وجل حرم على الأرض أن تأكل أجساد الأنبياء

“Jum’at merupakan hari yang paling mulia, sebab pada hari itu Nabi Adam diciptakan dan dicabut nyawanya, dan sangsakala kiamat juga ditiup pada hari jum’at. Oleh karenanya, perbanyaklah bershalawat kepadaku. Sejatinya shalawat kalian itu sampai kepadaku.

Kami berkata, ‘Bagaimana bisa sampai kepadamu padahal engkau telah tiada? ‘Bukankah jasadmu telah hancur? Tambah sahabat lainnya. “Sesungguhnya Allah SWT mengharamkan bumi untuk menghancurkan tubuh para Nabi” Jawab Nabi.

Berdasarkan hadis diatas dapat dipahami bahwa jasad para Nabi, termasuk Nabi Muhammad  Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam, tidak hancur ditelan bumi. Mereka dapat mendengar shalawat yang kita lantunkan setiap saat. Karenanya perbanyaklah bershalawat, terutama pada hari jum’at. Dalam dalilul Falihin disebutkan, Ibnu Hajar al-Haytami berpendapat bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam mendengar dengan kedua telinganya setiap shalawat yang dilantunkan umatnya.

--------------------------------

Sumber : 1. Habib Ahmad bin Hasan Alaydrus
                2. Hadis, Al-Qur'an

Catatan: Tulisan ini terbit pertama kali pada tanggal  24 Agustus 2018. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan
Editor : Lisandipo