Hukum Mengenai Permasalahan Bank Islam

 
Hukum Mengenai Permasalahan Bank Islam

1. Para musyawirin masih berbeda pendapatnya tentang hukum bunga bank konvensional sebagai berikut:

  • a. Ada pendapat yang mempersamakan antara bunga bank dengan riba secara mutlak, sehingga hukumnya haram.
  • b. Ada pendapat yang tidak mempersamakan antara bunga bank dengan riba, sehingga hukumnya boleh.
  • c. Ada pendapat yang mengatakan hukumnya syubhat (tidak indentik dengan haram).

Pendapat pertama dengan beberapa variasi antara lain sebagai berikut:

  • a. Bunga itu dengan segala jenisnya sama dengan riba sehingga hukumnya haram.
  • b. Bunga itu sama dengan riba dan hukumnya haram. Akan tetapi boleh dipungut sementara sebelum beroperasinya sistem perbankan yang Islami (tanpa bunga).
  • c. Bunga itu sama dengan riba, hukumnya haram.

Akan tetapi boleh dipungut sebab adanya kebutuhan yang kuat (hajah rajihah). Pendapat kedua juga dengan beberapa variasi antara lain sebagai berikut:

  • a. Bunga konsumtif sama dengan riba, hukumnya haram, dan bunga produktif tidak sama dengan riba, hukumnya halal.
  • b. Bunga yang diperoleh dari bank tabungan giro tidak sama dengan riba, hukumnya halal.
  • c. Bunga yang diterima dari deposito yang dipertaruhkan ke bank hukumnya boleh.
  • d. Bunga bank tidak haram, kalau bank itu menetapkan tarif bunganya terlebih dahulu secara umum.

2. Mengingat warga NU merupakan potensi terbesar dalam pembangunan nasional dan dalam kehidupan sosial ekonomi, diperlukan adanya suatu lembaga keuangan sebagai peminjam dan pembina yang memenuhi persyaratan-persyaratan sesuai dengan keyakinan kehidupan warga NU, maka dipandang perlu mencari jalan keluar menentukan sistem perbankan yang sesuai dengan hukum Islam, yakni bank tanpa bunga dengan langkah-langkah sebagai berikut:

  • a. Sebelum tercapainya cita-cita di atas, hendaknya sistem perbankan yang dijalankan sekarang ini harus segera diperbaiki.
  • b. Perlu diatur:

1. Dalam penghimpunan dana masyarakat dengan prinsip:

a). Al-Wadi’ah (simpanan) bersyarat atau dhaman, yang digunakan untuk menerima giro (current account) dan tabungan (saving account) serta pinjaman dari lembaga keuangan lain yang menganut sistem yang sama.

b). Al-Mudharabah. Dalam prakteknya, bentuk ini disebut investment account (deposito berjangka), misalnya 3 bulan, 6 bulan dan sebagainya, yang pada garis besarnya dapat dinyatakan dalam:

1. General investment account (GIA).

2. Special investment account (SIA).

2. Penanaman dana dan kegiatan usaha:

a. Pada garis besarnya ada 3 kegiatan, yaitu: - Pembiayaan proyek. - Pembiayaan perdagangan perkongsian. - Pemberian jasa atas dasar upaya melalui usaha patungan, profit sharing dan sebagainya.

b. Untuk proyek financing system yang dapat digunakan antara lain:

  • 1. Mudhabarah muqaradhah.               
  • 2. Musyarakah syirkah.               
  • 3. Murabahah.
  • 4. Pemberian kredit dengan service change (bukan bunga).               
  • 5. Ijarah.               
  • 6. Bai’ al-dain, termasuk di dalamnya bai’ al-salam              
  • 7. Al-Qardh al-hasan (pinjaman kredit tanpa bunga, tanpa service change).            
  •  8. Bai’ bi tsaman aajil. c. Untuk aqriten participation, bank dapat membuka LC (Letter of Credit) dan pengeluaran surat jaminan.

Untuk ini dapat ditempuh kegiatan atas dasar: 1. Wakalah. 2. Musyarakah. 3. Murabahah. 4. Ijarah. 5. Sewa - beli. 6. Bai’ al-salam. 7. Al-Bai’ al-aajil. 8. Kafalah (garansi bank). 9. Warking capital financing (pembiayaan modal kerja) melalui purshase order dengan menggunakan prinsip murabahah. d. Untuk jasa-jasa perbankan (banking service) lainnya, seperti pengiriman dan transfer uang, jual beli valuta dan penukarannya dan lain-lain, tetap dapat dilaksanakan dengan prinsip tanpa bunga.

Sumber : Ahkamul Fuqaha no. 396 KEPUTUSAN MUNAS ALIM ULAMA NAHDLATUL ULAMA Di Bandar Lampung Pada Tanggal 16 - 20 Rajab 1412 H. / 21 - 25 Januari 1992 M.