Perang Dagang, Cina VS Amerika Siapa yang Menang?

 
Perang Dagang, Cina VS Amerika Siapa yang Menang?

Isu perang dagang Cina vs Amerika kembali mencuat ke permukaan,  Istilah “perang dagang” muncul di berbagai pemberitaan media massa global dan lokal selama dua bulan terakhir, dipicu ketegangan ekonomi antara Amerika Serikat dan Cina terkait kegiatan ekspor - impor kedua negara, yang cenderung menguntungkan Cina hingga sekitar US$375 miliar atau sekitar Rp 5200 triliun per tahun

"Pada 1930an AS pernah mengeluarkan kebijakan tarif untuk proteksi pabrik domestik," begitu dilansir CNBC pada awal April 2018.

CNN melansir istilah perang dagang berarti situasi kompetisi antar-negara yang ditunjukkan dengan satu negara mengenakan hambatan perdagangan berupa kenaikan tarif atau pembatasan kuota terhadap produk impor dari negara lain. Ini menimbulkan aksi balasan dari negara yang merasa dirugikan.

China mengaku tidak mau ada perang dagang dengan Amerika yang telah memulainya dengan ancaman mengenakan tarif bea masuk baru kepada produk Negeri Panda itu, dan akan membalas setiap tindakan yang dilakukan pemerintahan Donald Trump.

Pemerintahan Trump mulai mengenakan tarif bea masuk baru terhadap impor produk China senilai 34 miliar dolar AS mulai Jumat (6/7) sebagai tanda perang dimulai tidak hanya disitu Trump juga telah mengancam akan meningkatkan bea masuk kepada produk impor China hingga senilai 450 miliar dolar AS, jika China membalas tindakan Amerika yang pertama.

Berbicara dalam konferensi pers, Minggu, juru bicara Kementerian Perdagangan Gao Feng memperingatkan tarif bea masuk Amerika akan memukul mata rantai pasokan internasional, termasuk perusahaan-perusahaan asing di China.
"Jika AS menerapkan kebijakannya mak akan menambah mahal produk semua perusahaan dari berbagai negara, termasuk produk perusahaan China dan AS, " kata Gao. "Tindakan Amerika pada dasarnya menyerang pasokan global dan harganya. Sederhananya, begitu Amerika AS menembakan perang dagang maka seluruh dunia kena tembak, termasuk Amerika sendiri."

"China tidak akan tunduk kepada ancaman dan tindakan premanisme serta tidak akan menggoyahkan tekad untuk bertahan pada perdagangan bebas dan sistem multilateral," tambah dia.

Perusahaan asing di China memiliki kontribusi ekspor 20 miliar dolar AS atau 59 persen dari 34 miliar dolar ekspor dari China yang akan dikenakan tarif AS baru, dengan perusahaan AS terhitung, kata Gao.

Secara terpisah, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Lu Kang mengabaikan pertanyaan apakah ada upaya untuk memulai pembicaraan baru dengan Amerika Serikat. "Kami tentu saja tidak ingin berperang, tetapi jika ada kepentingan kami dirugikan, maka tentu saja itu kami memiliki hak untuk melindungi kepentingan kami, " kata Lu Kang.

China berencana memberlakukan tarif bea masuk baru untuk ratusan barang impor dari Amerika, termasuk kedelai, sorgum, dan kapas, yang akan memmukul produksi mengancam petani Amerika yang mendukung Trump, seperti Texas dan Iowa.

Impor kedelai dari Amerika yang akan dikenakan bea masuk baru, membuat para petani China khawatir pasokan terganggu , mengurangi marjin keuntungan dan pada akhirnya melambungkan harga eceran daging babi di China sebagai dagangan daging paling laris.

Disadur dari berbagai sumber