Turki akan Berakhir sebagai Propinsi Cina

 
Turki akan Berakhir sebagai Propinsi Cina

Dilansir dari Asia Times, seperti jatuhnya Kekaisaran Ottoman setelah Perang Dunia I, keruntuhan keuangan Turki saat ini telah diperkirakan selama bertahun-tahun. Keengganan lembaga pemeringkat kredit dan kemalasan komite kredit bank menyebabkan Turki untuk berjuang pada satu atau dua tahun lebih lama dari yang seharusnya, tetapi runtuhnya lira Turki minggu ini seolah tidak terlalu mengejutkan, setelah sekian lama mengalami penurunan drastis.

Pada pukul 9:20, lira Turki diperdagangkan pada 6,5 ​​terhadap dolar AS, atau kurang dari sepertiga dari nilai mata uang pada tahun 2014. Ekonomi Turki menuju tingkat inflasi ekstrim karena harga impor melonjak, di tengah kondisi produksi ekonomi yang parah karena biaya bahan produksi meningkat jauh dari jangkauan pebisnis Turki.

“Turki akan berakhir sebagai ‘sebuah propinsi ekonomi Cina’, seperti prediksi pada November lalu. Presiden Erdogan pada dasarnya melemparkan dirinya pada belas kasihan Cina dalam pidato yang nyaris tidak koheren pada hari ini,” kata pengamat ekonomi David P. Goldman.

Perekonomian Turki cenderung menyusut 10% hingga 20% sebelum perdarahan ekonomi berhenti, seperti yang saya prediksi pada 12 Juni. Keajaiban ekonomi yang dikatakan Erdogan mengikuti formula lama dari kleptokrasi Dunia Ketiga di masa lalu, yaitu penerbitan kredit domestik besar-besaran yang didukung oleh pinjaman luar negeri besar-besaran. Turki membeli barang-barang konsumen dari luar negeri, sehingga defisit negara saat ini membengkak menjadi 6,5% dari GDP nasional. Itu mendekati defisit Yunani pada awal 2012 ketika ekonomi negara itu runtuh.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN