Ketua LTN NU Jakarta Timur, Cakhyono: Hidupkan NU dengan Mengaji Kitab Kuning Disetiap MWC

 
Ketua LTN NU Jakarta Timur, Cakhyono: Hidupkan NU dengan Mengaji Kitab Kuning Disetiap MWC

LADUNI.ID, Jakarta - Ketua Lembaga Ta'lif wan Nasyr (LTN) Nahdlatul Ulama (NU) Jakarta Timur (Jaktim), Syarif Cakhyono mengatakan, ruh NU salah satu cabangnya adalah menghidupkan pengajian-pengajian kitab di masjid dan majelis ta'lim.

"Jika pengurus NU, jam’iyahnya dan jama'ahnya mengamalkan model pengajian kitab, mudzakaroh atau dengan lailatul ijtimak, maka dipastikan mereka tidak akan belajar dari youtube atau media sosial lainnya," kata Cakhyono usai pengajian di majelis Nurul Fajar, Pasar Rebo Jaktim, Minggu (19/8/18) pagi.

Menurut Cakhyono, warga NU di DKI Jakarta khususnya di lingkungan NU Jaktim, sudah banyak beralih ke paham selain NU. Apalagi, kata dia menjelaskan, paham lain yang tidak sejalan dengan amaliyah ahlu sunah wal jama'ah (aswaja).

"Sekarang ini kenapa warga NU seneng dengan ustadz-ustadz, pendakwah yang bertolak belakang dengan amaliyah aswaja. Karena pengurus NU malas, enggan, dan kurang 'greget' pada pengajian kitab dimasyarakat, sehingga warga NU banyak yang belajar melalui Youtube dan medsos," tuturnya.

Bahkan, lanjut dia menambahkan, ustadz, pendakwah yang berbeda dengan paham dengan NU itu, menyebarkan ideologi lain yang tak sejalan dengan ideologi bangsa Indonesia. Selain itu paham model seperti ini mudah sekali ditemukan di internet.

"Hanya googling bermodalkan kuota dan hp, mereka bisa belajar agama," ucap dia.

Maka dari itu, kata dia lebih dalam, gerakan mengaji keliling antar pengurus NU di Jaktim sangat diperlukan saat ini. Disisi lain, juga membuat konten kajian-kajian yang direkam lalu diposting di akun medsos masing-masing.

“Gerakan mengaji keliling antar pengurus NU dan jama'ahnya yang dilakukan oleh pengurus MWC NU Pasar Rebo dan MWC NU Cipayung itu sudah tepat, disamping memperkuat ke NU an juga menyambung nasab guru-guru. Disamping itu jangan lupa gunakan handphone untuk merekam hasil pengajian sebagai media dakwah di medsos untuk mendampingi paham selain NU, dan menangkal paham keras (radikal)," tandasnya. 

Dia mengungkapkan, apabila pengurus NU tak mengisi kajian melalui pengajian keliling maupun kajian bersama antar pengurus, masjid, majelis T'alim dan medsos, bisa dipastikan paham aswaja akan terkikis dan kepengurusan NU di Jaktim lemah.

"Sebab, paham lain masuk (menggantikan peran kiai/pengurus NU), dan pengkaderan melalui pengajian tidak berjalan," jelasnya.

"Dengan ngaji kita dapat pahala dan keberkahan dari guru-guru, kiai, yang mengalir ke kita. Kemudian dengan ngaji juga meneruskan amaliyah NU, ngurusi NU. Terus menuntut ilmu tidak ada kata akhir, kita akan terus ingat mengamalkan apa yang sudah di pelajari, terus ngaji menjadi santri sampai tutup usia," pungkasnya menambahkan. (*)