Kisah Gus Ulil Menjajal "keampuhan" KartaNU

 
Kisah Gus Ulil Menjajal

LADUNI.ID - Hari Jumat yang lalu (17/8), saya bersama (siapa lagi kalau bukan) Mbak Admin Ienas Tsuroiya berangkat menuju Semarang, lalu diteruskan ke Pati dan Cebolek (desa kelahiran saya). Ada dua Kopdar Ihya' di dua tempat itu yang harus saya hadiri.

Singkat cerita, waktu di kereta, saya baru sadar bahwa saya ndak bawa hape. Pertama-tama: ada perasaan jengkel, sekaligus nelangsa. Bagaimana nasib hidup ini tanpa hape dalam tiga hari mendatang? Tapi saya ikhlaskan. Saya akan coba hidup tanpa hape selama tiga hari perjalanan di Pati.

Setelah dijalani, eh ternyata asyik-asyik saja. Dunia tidak runtuh. Kiamat tidak datang. Malah ada hikmah baru: saya bisa lebih konsentrasi membaca buku lebih banyak.

Lalu, ada hal lain yang juga menarik dalam perjalanan Kopdar Ihya' kali ini. Saya tak membawa KTP, karena sedang tertahan di kepolisian untuk mengurus perpanjangan STNK. Sempat panik juga. Padahal untuk naik kereta atau pesawat, kan butuh kartu identitas.

Saya "berjudi" saja waktu melewati gerbang pengecekan tiket di stasiun Gambir: saya tunjukkan Kartu anggota NU (Kartanu). Inipun bukan Kartanu yang diterbitkan oleh PBNU. Melainkan Kartanu yang diterbitkan oleh PCINU Korea Selatan. Waktu berkunjung ke Korsel beberapa bulan lalu, saya dihadiahi status sebagai anggota kehormatan PCINU Korsel.

Catatan selingan: Saya malah ndak punya Kartanu yang diterbitkan langsung oleh PBNU. Jadi saya ini NU bukan ya? 

Oke, kembali ke cerita tadi. Saya menunggu dengan deg-degan petugas tiket mengecek Kartanu saya. Semula dia agak terheran-heran: kartu apa ini. Dia bolak-balik. Akhirnya saya diloloskan, dan bisa masuk ke peron dengan modal kartu identitas Kartanu itu.

Ampuh juga Kartanu ya... 

Keampuhan Kartanu terbukti lagi waktu saya naik pesawat di bandara Ahmad Yani Semarang, dalam perjalanan balik ke Jakarta. Lagi-lagi, saya agak khawatir, jangan-jangan Kartanu hanya "ampuh" untuk tiket kereta saja, tetapi tidak untuk tiket pesawat. Waktu check-in, saya tunjukkan sekali lagi Kartanu saya, karena tak ada KTP. Mbak petugas check-in semula juga celingukan, terheran-heran: kartu apaaaa ini.

Alhamdulillah, saya diloloskan. Setelah selesai check-in, saya tertawa-tawa sendiri bersama istri saya. Ujian belum selesai. Sebab kita juga diharuskan menunjukkan kartu identitas lagi saat mau naik pesawat. Lagi-lagi, saya tunjukkan Kartanu. Sama juga, Mbaknya agak terheran-heran. Loloooos juga. Sekali lagi, saya tertawa "kepingkel-pingkel" bersama isteri: ternyata Kartanu ampuh sekali, bisa dipakai sebagai pengganti KTP.

Semoga status saya ini ndak dibaca Prabowo yang baru mendapat Kartanu kemaren.

Sumber: Facebook @Ulil Abshar Abdalla

(srf)