Kenapa Kiblat Harus Menghadap Masjidil Haram? Ini Kisahnya

 
Kenapa Kiblat Harus Menghadap Masjidil Haram? Ini Kisahnya

LADUNI.ID, Jakarta - Terdapat kisah ketika Rasulullah Muhammad diperintahkan oleh Allah agar setiap shalat menghadap ke Masjidil Aqsa di Palestina, bukan ke Masjidil Haram di Mekkah. Setidaknya hal ini terjadi selama enam belas bulan selama hijrah di Madinah.

Rasulullah yang merupakan putra asli Mekkah amat   kiblatnya menghadap Makkah. Kerinduan Rasulullah ini terungkap dalam doanya, "Ya Allah kembalikan kiblatnya ke Makkah lagi".

Setalah itu kemudian turun ayat 144 Surat Al-Baqarah. “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.”

Hal ini dikisahkan oleh Pengasuh Pesantren Sabilurrosyad, Malang yang juga Ketua PWNU Jawa Timur, KH Marzuqi Mustamar saat menjadi pembina upacara HUT ke-73 RI di Pesantren Sabilurrosyad, Malang, Jawa Timur pada Jumat (17/8) lalu. 

Sebagaimana diterangkan KH Marzuqi bahwa  kisah ini berdasarkan riwayat Imam Bukhari. “Riwayat ini juga memberi tahu kita bahwa Nabi Muhammad sangat mencintai tanah airnya. Cinta tanah air juga sebagian dari sunah Rasul,” kata Kiai Marzuqi seperti pada video yang telah diunggah berjudul: Kita Islam dan Kita Indonesia.

Selain doa Rasulullah tersebut, Kiai Marzuqi juga menceritakan mengenai awal keberangkatan Rasulullah hijrah ke Madinah yang dilakukan dengan berat hati karena harus meninggalkan Makkah. Perasaan cinta akan Makkah diungkapkan oleh Rasulullah, “Demi Allah, hai negeriku Makkah. Tanah kelahiranku, Makkah, sungguh engkaulah negeri yang paling aku cintai,” kata Kiai Marzuqi.

“Mengertilah dan sadarlah bahwa bagi NU membela negara adalah ibadah. Cinta tanah air adalah bagian dari sunah dan tuntunan Rasulullah,” tegas KH Marzuqi.

Kiai Marzuqi juga menegaskan bahwa Nabi mengatakan itu karena semata-mata sangat mencintai tanah airnya. “Andai tidak karena aku tidak diusir oleh kaummu, aku tidak akan meninggalkanmu,” kata Kiai Marzuki.

Bahkan, KH Marzuqi juga dengan tegas menyebut bahwa orang yang mengatakan cinta tanah air bukan merupakan sunnah Rasul, adalah perkataan yang konyol.

“Bodoh, konyol orang yang mengatakan cinta tanah air bukan sunah Rasul. Bodoh, konyol orang yang mengatakan cinta tanah air bukan tuntunan Rasul dan sunah Rasul. Bodoh dan konyol orang yang mengatakan orang yang cinta tanah air ngga ada hubungannya dengan keimanan. Bagi kita hubbul wathan minal imman, cinta tanah air sebagian dari iman,” terangnya.