Pesan Tersirat Dibalik Wafatnya KH. Wahab Chasbullah Setelah Muktamar NU ke-25

 
Pesan Tersirat Dibalik Wafatnya KH. Wahab Chasbullah Setelah Muktamar NU ke-25
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Pahlawan Nasional, KH. Wahab Chasbullah tidak asing lagi bagi masyakarat Indonesia, terutama bagi warga Nahdhliyyin. Selain sebagai tokoh asal Desa Tambak Beras Jombang ini, juga merupakan salah satu Pendiri dan Penggerak Ormas Islam Nahdlatul Ulama (NU).

KH. Wahab Chasbullah saat ini dikenal adalah tokoh pendiri Badan Otonom (Banom) NU Gerakan Pemuda (GP) Ansor. KH. Wahab Chasbullah Wahab merupakan tokoh kunci di NU dan sosok yang satu ini sangat peduli dan mencintai organisasi yang didirikannya bersama Hadaratus Syaikh KH. Hasyim Asy'ari.

Ada kisah menarik dari KH. Wahab Chasbullah Wahab selama malang melingtang di NU. Kisah ini diceritakan Oleh Mundjidah Wahab - Wakil Bupati Jombang (Putri Ke-3 KH Wahab Chasbullah dengan Ibh Nyai Sa'diyah).

Ketika itu, menjelang Muktamar NU ke-25 di Surabaya pada tahun 1971, Kyai Wahab Chasbullah (saat itu menjabat Rais Aam PBNU) mengalami naza’ setelah sakit keras beberapa lama. Beliau menyuruh Kyai Sholeh Abdul Hamid, keponakan beliau, untuk mengumpulkan santri dan membacakan Yasin.

“Jangan berhenti baca Yasin sampai aku mengucapkan Syahadat”, pesan KH. Wahab Chasbullah Wahab. Semua yang hadir tak kuasa menahan air mata.

Bacaan Yasin laksana dengung kumpulan lebah segera memenuhi ruangan, sampai akhirnya KH. Wahab Chasbullah memberi tanda. Bacaan terhenti. Ruangan senyap seketika.

“Asyhadu allaa ilaaha illallaah… wa asyhadu anna Muhammadan rasuulullaah.”

Lalu senyap lagi. Tak ada suara. Ketegangan mencekam.

Tiba-tiba KH. Wahab Chasbullah Wahab tersenyum sumringah.

“Nggak jadi!” kata beliau, “aku sudah ngomong-ngomong sama Malaikat Izro’il, nanti saja setelah Muktamar! Kalian semua bubar!”

Beberapa hari setelah Muktamar, KH. Wahab Chasbullah wafat. Kiai Bisri Syansuri menggantikan posisi Kiai Wahab sebagai Rais Aam PBNU. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 14 September 2018. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.
___________________
Editor: Kholaf Al Muntadar