Indahnya Kebersamaan di Balik Bubur Asyura Ala Islam Nusantara

 
Indahnya Kebersamaan di Balik Bubur Asyura Ala Islam Nusantara

LADUNI. ID I Kolom - Muharram merupakan salah satu bulan yang mempunyai nilai spesifik dalam 12 bulan. Sepuluh awal Muharram menjadi hari yang memiliki kelebihan dan fadhilah,  diantaranya hari Asyura (10 Mujarram).

Menariknya dari berbagai ibadah yang dianjurkan dalam hari Asyura terkenal dengan "Bubur Asyura". Sudah menjadi tradisi umat Islam di banyak negri di dunia ini pada hari asyura masyarakat membuat masakan jenis bubur menurut tradisi masing-masing. 

Tentunya Bubur tersebut dibagikan kepada fakir miskin dan masyarakat yang lain. Tradisi bubur Asyura bukan hanya ada di Nusantara saja, namun ternyata juga ada di luar negri. Lalu kira-kira bagaimana asal mula tradisi bubur Asyura tersebut? Kenapa sampai sepakat membuat bubur di hari Asyura?

Telah diriwyatkan bahwa setelah Nabi Nuh as dan para pengikit beliau turun dari kapal, mereka mengadu kepada Nabi Nuh bahwa mereka dalam keadaan lapar sedangkan bekal mereka sudah habis. Maka Nabi Nuh as memerintahkan mereka untuk membawa sisa perbekalan yang mereka miliki. 

Akibatnya ada dari mereka yang hanya memiliki satu genggam gandum, ada yang hanya memiliki sisa satu genggam kacang adas, ada yang hanya memiliki satu genggam kacang dan ada yang membawa satu genggam kacang homs sehingga ada tujuh jenis biji-bijian yang terkumpulkan. 

Lantas selanjutnya, Nabi Nuh as memasak semuanya dalam satu masakan sehingga jadilah makanan sejenis bubur. Mereka makan bubur tersebut dan mencukupi untuk mengenyangkan semua pengikut beliau dengan barakah Nabi Nuh as. Allah berfirman dalam al-quran;

قِيلَ يَا نُوحُ اهْبِطْ بِسَلَامٍ مِنَّا وَبَرَكَاتٍ عَلَيْكَ وَعَلَى أُمَمٍ مِمَّنْ ْ

dikatakan; hai Nuh, turunlah dengan kesejahteraan dari kami dan keberkatan atas kamu dan umat yang bersamamu (Q.S. Hud 48)

Kejadian tersebut kebetulan terjadi tepat pada  Asyura (10 Muharram). Selanjutnya memasak bubur tersebut terus menjadi tradisi di berbagai daerah di dunia menurut daerah masing-masing. 

Kita tidak perlu memperdebatkan bahwa itu bid'ah karena Rasulullah Saw tidak pernah melakukan hal tersebut. Terserah mereka yang memperdebatkannya, inti dari Bubur Asyura yang telah menjadi tradisi Islam di nusantara sebagai bentuk realisasi sedekah kepada orang lain, Minimal kesunnahan memperbanyak nafakah bagi keluarga pada hari Asyura ada dalil hadistnya :

Rasulullah Saw bersabda dalam sebuah hadits : 

من وسع فيه على عياله وأهله من ماله وسع الله عليه سائر سنته

“Barang siapa yang meluaskan belanja atas keluarganya di hari ‘Asyura maka Allah Swt akan meluaskan (kelapangan hidupnya) sepanjang tahun itu”.

Beranjak dari itu Bubur Asyura (Basyra) merupakan tradisi yang telah dilakukan oleh masyarakat Aceh juga Islam di Nusantara. Walaupun komposisi bubur Asyura berbeda tentu hal tersebut disesuaikan dengan kondisi daerah atau kearifan lokaldan tentunya disini indahnya keberagamaan Islam di Nusantara ini.

 

Bukan hanya itu dibalik kenduri Busyra sendiri melahirkan kebersamaan dan kepedulian sesama. Indahnya tradisi  Busyra (Bubur Asyura) yang merupakan salah satu realisasi nilai kebaikan dan solidaritas antar sesama menjemput ridha-Nya.


***Helmi Abu Bakar El-Langkawi Penggiat Literasi asal Dayah MUDI Samalanga