Tertibkan Dai Berdakwah di Media Sosial, Kemenag Siapkan Modul

 
Tertibkan Dai Berdakwah di Media Sosial, Kemenag Siapkan Modul

LADUNI.ID, Batam - Kementerian Agama RI melalui Bimas Agama, Kerukunan dan Aliran keagamaan saat ini sedang mematangkan penyusunan Modul Dakwah di media sosial. Langkah strategis ini diambil karena sekarang tidak sedikit fenomena kasus perilaku dakwah di media sosial justru malah cenderung provokatif, bahkan ada muatan dakwah yang tidak bisa dipertanggungjawabkan sumbernya.

Demikian disampaikan Kabid Litbang Bimas Agama, Aliran dan Kerukunan keagamaan Sholahuddin pada acara Uji Coba Modul Pelatihan Dai untuk Dakwah Di Media Sosial yang berlangsung pada Jumat-Ahad (21-23/9) di Batam, Kepulauan Riau.

Materi yang dibahas yakni tentang hasil Survei Perilaku Keberagamaan di Media Sosial, Bahwa media sosial mempengaruhi, Daya Dukung Media Sosial dan Daya Dukung Dakwah di Era Digital, Pengembangan Pesantren Digital, dan Dai Berakhlak di Media Sosial.

Materi-materi ini selain dipaparkan oleh narasumber, juga dievaluasi oleh para dai yang hadir pada acara itu.

Sholahuddin menjelaskan bahwa uji coba modul ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan serta masukan dalam penyusunan pedoman dalam berdakwah di media sosial. Sehingga dari kritik dan saran dari pelaku dakwah inilah modul itu nanti akan bisa menjadi pedoman bagi para penyuluh agama atau dai agar tidak tertinggal memanfaatkan kecanggihan teknologi digital sebagai media dakwah.

“Ini salah satu ikhtiar kehadiran pemerintah untuk menanggulangi motif dan konten yang mengatasnamakan dakwah namun isinya malah caci maki, menyalahkan kelompok lain, yang dapat merusakan kerukunanan umat beragama, bahkan ada yang sampai memprovokasi umat untuk anti Pancasila dan NKRI,” tegas Sholahuddin. 

Sosiolog Zaenal Abidin Eko Putro mengatakan, dengan hadirnya smartphone pelan tapi pasti akan membunuh kebiasaan membaca gaya lama. Dengan mudah masyarakat mencari informasi tanpa harus membuka lembaran koran atau majalah cetak.

Lebih lanjut, Eko memaparkan bahwa medsos mampu menghadirkan apa yang disebut dalam terminologi ilmu sosial yang mutakhir sebagai neomechanical solidarity yang dikenalkan Emile Durkheim. Istilah ini merujuk pada kemampuan medsos dalam menyatukan antar individu.

“Medsos mampu menghubungkan dan menggerakkan setiap individu yang terlibat di dalamnya dalam kehidupan nyata, padahal yang dilakukan sehari-hari hanyalah dunia maya (virtual),” papar Eko.

Sementara itu akademisi Hatim Ghazali menerangkan, menjadi dai yang berakhlak ala Rasulullah itu merupakan contoh yang paling baik. Nilai-nilainya tentu tidak jauh dari keselarasan perkataan dan perbuatan, ikhlas, sabar, serta cinta kasih, menggunakan cara-cara yang baik, mendidik bukan menghardik, No Fitnah No Hoaks.

“Kesuksesan suatu dakwah ditentukan oleh banyak faktor, mulai dari profil dai, cara dan metode, media, materi, dan masyarakat sebagai penerima dakwah,” terang dosen Sampoerna University itu.

Selain itu, Peneliti Raudlatul Ulum memaparkan temuan dari hasil survei yang dilakukan oleh pihak Litbang Agama, Kerukunan dan Aliran mengenai perilaku agama pengguna internet terutama di jejaring media sosial.

Temuan itu sebagai data yang akan dijadikan landasan prinsip dan langkah strategis dalam modul dakwah media sosial itu.

Di samping pemaparan materi, diadakan juga diskusi kelompok para dai dan penyuluh yang berfungsi mengevaluasi draft modul yang dipaparkan oleh para pemateri. Uji coba modul tersebut akan dilanjutkan kembali dalam forum dai yang akan digelar di Kota Bima pada bulan Oktober mendatang. Media Sosial sudah menjadi kebutuhan primer.