Sekolah Bukan Binatu

 
Sekolah Bukan Binatu

LADUNI.ID - Sebuah penelitian dilakukan berkaitan dengan sekolah yang bagaimana yang masuk dalam kategori sekolah unggul menurut masyarakat. Dari data yang diperoleh maka ada beberapa kategori sekolah unggul menurut masyarakat yang menjadi sampel penelitian ini yakni sekolah yang memiliki sarana dan prasarana yang lengkap (gedungnya gagah, fasilitas mendukung), sekolah dengan tenaga pendidik yang qualified, sekolah dengan manajemen yang efektif dan sebagainya.

Deskripsi sekolah unggul di atas selain keinginan warga sekolah juga harapan orang tua peserta didik. Namun ada satu catatan penting yang mendasar harus difahami bahwa sekolah adalah rumah kedua bagi proses pendidikan  dan tumbuh-kembang anak. Rumah tangga atau keluarga adalah awal proses pendidikan tersebut.

Beberapa hal yang mendasarinya adalah berikut ini.

1) Keluarga menjadi sekolah pertama dan utama sebelum anak mengenal TK/PAUD /RA, sebelum anak mengenal teman belajar formal lainnya, mereka terlebih dahulu mengenal keluarga. Sikap, tingkah laku menjadi proses pembelajaran langsung kepada anak meskipun tanpa kurikulum yang baku, disinilah orang tua (ayah dan ibu) menjadi kepala sekolah dan gurunya.

2) Saat anak berada di jenjang formal, itu berarti menyerahkan sebagian proses pendidikan dan tumbuh kembang anak kepada lembaga pendidikan tersebut, orang tua harus faham dan menyadari bahwa jika anak diskeolah di satu institusi berarti siap untuk diajar, bersedia untuk diinternalisasi dan sadar bahwa kepala sekolah dan gurunya bukanlah mereka lagi tapi ada orang-orang yang memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda, berbeda strategi penyampaiannya, berbeda pendekatannya, oleh karenanya, ketika menyekolahkan anak tidak boleh ada konsep atau cara pandang bahwa kedepannya anak tergantung sekolahnya, disinilah posisi orang tua untuk harus tetap memegang kendali pendidikan anak.

3) Berharap sepenuhnya pada proses pendidikan di lembaga bukankah sikap yang bijak, mengingat tenaga pendidik atau SDM-nya adalah tidak jauh beda dengan keadaan orang tua, tenaga pendidik adalah juga orang tua yang punya anak kandung untuk dididik di keluarganya masing-masing.

Tiga hal di atas setidaknya menunjukkan pentingnya pendidikan dalam keluarga, banyak literatur yang membahas tentang pentingnya pendidikan pada salah satu lingkungan pendidikan ini. Keluarga yang harmonis dan adanya pendidikan kesantunan dalam bersikap akan nampak saat anak menjalin komunikasi dan interaksi dengan warga sekolah lainnya dan demikian juga sebaliknya.

Komunikasi dan interaksi antara sekolah dan keluarga yang dibangun harus merupakan kerjasama pola pikir, pola sikap dan kesamaan tujuan yang dibingkai oleh nilai-nilai pendidikan yang sejalan dan berbanding lurus dengan nilai-nilai yang diajarkan di keluarga maupun masyarakat.

Sebuah perbandingan dikemukakan oleh Munif Chatib dalam bukunya Gurunya Manusia (2011:26-27) mengenai sistem pendidikan di Finlandia. Finlandia diakui sebagai negara yang selalu mencapai peringkat tinggi dunia dalam pendidikan dunia, meski murid di negara Eropa tersebut menjalani jam belajar paling singkat di kalangan negara maju. Beberapa hal yang kiranya perlu kita perhatikan adalah bahwa kegiatan sekolah di Finlandia rata-rata hanya 30 jam per minggu, berarti hanya enam jam per hari, dan selebihnya waktu untuk bertemu keluarga di rumah. Ternyata konsep pendidikan keluarga menjadi hal yang utama dan pertama dalam proses belajar. Mengapa? Dapat difahami karena hubungan komunikasi yang terjadi tidak sekedar antara guru dan murid tetapi jauh dari itu, interaksi yang dibangun didasari oleh ketulusan kasih sayang dan anak sendiri yang harus diajar untuk dewasa.

Tulisan ini setidaknya mengingatkan kepada kita semua, khususnya kepada orang tua bahwa sekolah bukanlah binatu. Datang mengantarkan pakaian yang akan dicuci, tunggu dan bayar lalu menerima hasilnya berupa pakaian bersih. Sekali lagi orang tua ikut mengontrol dengan baik, sekolah menyajikan yang terbaik, komunikasi lancar dengan cara yang baik, maka akan kita lihat hasilnya, mudah-mudahan bertabur kebaikan. **

Oleh Sholihin H. Z.**

(Penulis Buku Di Bawah Bimbingan Ilahi, Mengungkap Makna Di Balik Kisah)

 

 

Tags