Seminar Nasional SENTARUM 2018 Jurusan Arsitektur Politeknik Negeri Pontianak Sukses Digelar

 
Seminar Nasional SENTARUM  2018 Jurusan Arsitektur Politeknik Negeri Pontianak  Sukses Digelar

LADUNI.ID, PONTIANAK - Jurusan Arsitektur Politeknik Negeri Pontianak Sukses gelar Seminar Nasional Sentarum 2018 yang digelar  Sabtu, 10/11 lalu  dimulai pukul 07.30-17.30 bertempat di Ballroom Hotel IBIS Pontianak. Semnas Sentarum 2018 yang dihadiri oleh keynote speech Gubernur Kalimantan Barat H. Sutarmidji, S.H,.M.Hum., Guru Besar Universitas Diponegoro Prof. Dr.Ing. Ir. Gagoek Hardiman, serta Guru Besar Universitas Merdeka Malang Prof. Ir. Respati Wikantiyoso, MSA, PhD.

Suksesnya acara ini turut dihadiri berbagai elemen masyarakat, baik dari akademisi, praktisi, konsultan, seniman dan mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Palu, Makassar, Manado, Yogyakarta, Semarang, Jakarta, dan Bandung. Acara dimulai dengan pembukaan tarian daerah batin kemuning, dilanjutkan sambutan dari ketua panitia Sentarum 2018 Estar Putra Akbar, S.T., M.Sc., IAI., Kajur Teknik Arsitektur Polnep Indrayadi, S.T., M.T., Ketua IAI Kalbar Ahmad Roffi Fatturahman, S.T., IAI., dan Direktur Polnep Ir. H. M. Toasin Asha, M.Si.

Dalam sambutannya, Toasin menyampaikan “kontekstualitas kota berbasis air memiliki perancangan dan perencanaan kota yang mengedepankan unsur air. Kedepannya diharapkan kita dapat terus berinovasi tanpa harus menghilangkan identitas atau jati diri suatu kota air. Adalah hal yang menarik mengangkat isu perkembangan kota berbasis air, sehingga tema ini masih relevan digunakan dalam kajian diskusi ilmiah Seminar Nasional hari ini”. Selain itu Toasin juga mengucapkan terimakasih kepada keynote speech, peserta, tamu undangan dan peserta Sentarum 2018, terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak yang telah bekerja keras untuk terselenggaranya acara Seminar Nasional ini. Kepada semua peserta, selamat mengikuti seminar dan mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya dari kegiatan Seminar Nasional Tahun 2018 ini”.

Adapun tema dari keynote speech masing-masing adalah H. Sutarmidji, S.H., M.Hum tentang Urban Planning dan Urban Design Menyongsong Tantangan Zaman, sedangkan Prof. Dr.Ing. Ir. Gagoek Hardiman berjudul Best Practices-Lesson Learn dari Berbagai Kota bagi Pengembangan Water Front City Pontianak. Serta Prof. Ir. Respati Wikantiyoso, MSA, PhD berjudul Perencanaan Kawasan Tepian Air Sungai Sebagai Substitusi RTH Terintegrasi dan Berkelanjutan, Review Kebijakan Perencanaan Tata Ruang Satuan Wilayah Pengembangan Malang Tengah.

Menghadapi tantangan era Revolusi Industri 4.0 maka perencanaan dan perancangan kota seharusnya dapat menyesuaikan dengan masuknya perubahan era cyber dan physical system tersebut. Midji sapaan akrab Gubernur Kalbar, menghimbau “penekanan arsitektur sekarang kurang berimajinasi, sebab tidak mengedepankan arsitektur tradisional. Padahal terdapat unsur filosofi, kesehatan dan struktur pondasi tiang yang harus diperhatikan dalam arsitektur di Kalbar. Dengan kata lain arsitektur harus mengakar pada budaya dan mampu menghadapi tantangan zaman” ujarnya. Lain halnya paparan Prof. Gagoek sapaan akrab keynote speech pertama, “bahwa kota Pontianak tidak dapat disamakan dengan kota-kota air lainnya, jika ingin menata kota Pontianak maka perlu mengakomodir unsur sejarah dan asal usul kotanya dalam perencanaan dan perancangan kota. Tetapi juga tidak harus semuanya tradisional, jika ingin dikembangan menjadi kawasan hunian modern misalnya perhotelan silahkan saja. Adanya ketimpangan pemahaman masyarakat antara pusat kota dan ibu kota, jadi ibu kota tidak harus selalu menjadi pusat kota dimana terdapat banyak fasilitas di dalam kota tersebut”.

 Sedangkan Prof. Res sapaan akrab keynote speech kedua, “sebetulnya terdapat kontradiksi jika melihat contoh-contoh kota air di Indonesia, kawasan tepian sungai yang seharusnya dalam peraturan itu dilarang sebagai peruntukan bangunan justru disupport oleh pemerintah agar dikembangkan sebagai kawasan wisata, contohnya Kampung Warna-Warni Kota Malang. Paling tidak itu harus diatur kembali dan dibatasi perkembangannya, sehingga tidak semua kota harus mengikuti model seperti itu” ujar Prof. Res yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor I di Unmer Malang. Hal tersebut ditanggapi oleh Midji bahwa “rata-rata semua orang di ruangan ini menggunakan warna soft sehingga menurut saya kebanyakan orang suka warna soft pula untuk memilih warna rumahnya, saya pribadi tidak akan merekomendasikan rumah atau kampung diwarnai seperti itu (kampung warna-warni Malang)” lanjutnya.

Ditemui di Ballroom IBIS tempat acara Sentarum dilaksanakan, Estar menjelaskan “persiapan rapat rancangan awal terbentuknya jobdesk panitia inti dimulai tanggal 5 Juni 2018 yang termasuk singkat, akan tetapi secara keseluruhan acara Seminar Nasional hari ini terbilang sangat sukses. Hasil ini tidak terlepas atas kerjasama dari semua pihak demi kelancaran terselenggaranya Seminar Nasional ini” ujar Estar yang ditemui setelah acara seminar nasional usai.

Terakhir, Estar juga menambahkan “setelah sesi Seminar Nasional inti selesai, kami lanjutkan dengan sesi pemakalah yang telah mengirimkan artikelnya ke redaksi Sentarum untuk selanjutnya dapat dipresentasikan di depan seluruh peserta yang hadir mengikuti Seminar Nasional ini”. Berdasarkan pantauan dari program book Sentarum 2018, terdapat 12 pemakalah dan 2 poster, jumlah tersebut belum dihitung dengan keseluruhan jumlah artikel yang diterima redaksi sebanyak 20 artikel yang nantinya akan terbit di prosiding Sentarum 2018. Pemakalah antara lain berasal dari Untan, Undip, UGM, Unhas, Untad, Universitas Atmajaya, Universitas Kebangsaan, Universitas Sam Ratulangi, serta Puslitbang Perkim-PUPR. (Eli)