Introspeksi Diri Menuju Insan Kamil

 
Introspeksi Diri Menuju Insan Kamil

LADUNI. ID,  KOLOM- Al-Quran merupakan pedoman hidup kita. Banyak pelajaran yang dapat dipetik yang telah digambarkan dalam Alquran. Salah satunya  ayat yang mengingatkan kita berbunyi :“Beliaulah yang membacakan ayat-ayat Allah”. 

Pemahaman ayat ini menunjukkan bahwa kita diajak untuk merenungkan intropeksi diri dengan bertanya kepada pribadi masing-masing.

Apakah kita ini  termasuk orang-orang yang menerima ayat-ayat Allah yang telah dibacakan oleh baginda Rasulullah Saw atau tidak?

Masyarakat yang hidup di zaman modern dan era globalisasi ini terutama generasi muda sang penerus estafet agama masih banyak yang tidak berbangga kepada Nabi Muhammad Saw.

Mereka masih lebih mengidolakan tokoh-tokoh barat, para artis dan sejenisnya yang jauh dari nilai islam dan berakhlakul karimah.

Mereka yang suka lagu India akan mengidolakan aktor-aktor dan penyanyi-penyanyi India. 

Begitu juga halnya yang terjadi terhadap pengidolaan tokoh yang jauh dari nilai-nilai tauladan dan syariat islam.

-Sudah di maklumi tugas rasulullah Saw untuk mengubah prilaku dan akhlak yang menyimpang dan jahiliyah. Ini dapat terpahami dari penggalan kalimat “membersihkan (jiwa) mereka”. 

Sosok Rasulullah  Saw telah mengubah akhlak dan prilaku masyarakat jahiliah yang kejam dan beringas dengan moralitas yang agung, tinggi, nan luhur.

 Telah kita ketahui  bagi kita bahwa diutusnya Nabi Muhammad Saw adalah untuk menyempurnakan akhlak dan memberi keteladanan yang baik.

Ketika Nabi Muhammad Saw. diutus, beliau berhadapan dengan masyarakat jahiliah di Mekkah. Masyarakat jahiliah meeka suka mengedepankan keturunan untuk memperoleh kemuliaan.

 Jika mereka berasal dari keturunan dan keluarga yang mulia, maka dianggap mulia. Jika mereka berasal dari keturunan dan keluarga yang tidak mulia dan tidak berpengaruh, maka dianggap terhina.

Jahiliah disini bukan tidak ada ilmu bahkan mereka berpengetahuan yang tinggi, mereka yang disebut jahiliah itu orang yang tidak berilmu agama dan berakhlak yang baik. Walaupun zaman now sudah era globalisasi namun kelompok jahiliah masih banyak.

Jika pada masa jahiliyah manusia diperdagangkan, harkat dan martabat wanita tidak dihargai, maka pada zaman modern sekarang ini, masing-masing kita bisa melihat sendiri. Perempuan dijual belikan, bagaikan barang atau bahkan binatang, untuk memuaskan nafsu yang tidak terkendali. Jual beli perempuan, juga diiklankan bagaikan memasarkan barang dagangan lainnya.

 

 

Merenungkan gambaran tersebut, maka di zaman modern seperti sekarang pun, ciri-ciri jahiliyah ternyata justru lebih tampak, dan bahkan kekuatan perusaknya jauh lebih dahsyat. Mungkin jika dibandingkan, keadaan di zaman modern ini akan lebih jahiliyah dibanding masyarakat jahiliyah suku Quraisy zaman dahulu atau dengan kata lain jahiliyah modern lebih parah dari jahiliyah era Rasulullah.

Berangkat dari itu apapun kasta kita dalam masyarakat, berakhlak dengan berpedoman kepada baginda nabi Muhammad Saw yang merupakan sebuah keniscayaan  yang harus kita realisasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan terus mengintropeksi diri menuju insan kamil.

***Zahari Abdullah, Tokoh Agama dan Masyarakat Pidie Jaya.