Gus Yaqut: Ansor-Banser Tak Terbang Saat Dipuja, Tak Tumbang Saat DIhina

 
Gus Yaqut: Ansor-Banser Tak Terbang Saat Dipuja, Tak Tumbang Saat DIhina

LADUNI.ID, Jakarta - Ini adalah barokah dari ketaatan pada kaidah dar’u al-mafasid muqaddam ‘ala jalbi al-mashalih (menghindarkan keburukan jauh lebih diutamakan daripada meraih kebaikan). Tertib sosial menempati posisi penting dalam pengambilan keputusan di NU sebagaimana diajarkan oleh kyai-kyai kami.

Ketika terpaksa menunda acara di Maguwoharjo, Jogjakarta 26 Oktober lalu, berbagai pikiran dan rasa berkecamuk, diaduk-aduk bersama kenyataan bahwa persiapan yang kami lakukan sudah 90 persen. Mesin sudah dihidupkan, kopling sudah diinjak dan pedal gas sudah bersiap ditancap. Namun karena situasi pasca pembakaran bendera HTI di Garut tidak menguntungkan, demi kebaikan banyak pihak, kami harus berbesar hati menunda.

Dan seperti yang sudah kita semua lihat. Maulid Nabi dan peringatan Hari Pahlawan yang kami gelar kurang dari sebulan setelah penundaan, berjalan melampaui ekspektasi kami. Dari 100.000 Banser yang direncanakan datang, malam itu sepertinya lebih banyak yang hadir.

Lapangan seluas -/+ 30.000 m2 nyaris tak memiliki ruang kosong buat sekedar Banser bersila. Belum lagi masyarakat yang tumpah ruah di seputar lapangan. Persiapan konsumsi dan air minum yang oleh panitia dilipatkan, juga tandas tak bersisa. ‘alaa kulli haal.. alhamdulillah..

Walhasil, inilah kami Banser Ansor NU. Yang memiliki cita-cita besar atas negeri ini. Yang memiliki pengharapan atas peradaban dunia yang lebih baik. Yang tak terbang karena dipuja, yang tak pernah tumbang saat dihina!

(Kuala Lumpur, 25 November 2018)