Mencaci Ulama, Suul Khatimah Balasannya

 
Mencaci Ulama, Suul Khatimah Balasannya

LADUNI. ID, KOLOM- ISLAM sangat menghormati ahli ilmu dalam hal ini para ulama. Sosok ulama itu merupakan umat pilihan yang terpilih untuk menyampaikan risalah yang telah di samapikan oleh Rasulullah Saw. Mereka para ulama sebagai pewaris nabi, tentu saja yang di warisi itu bukanlah harta ataupun tahta, melainkankan ilmu yang mereka wariskan.

Hal ini sebagaimana disebutkan dari Abu ad-Darda’, beliau berkata, aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda, “Dan sesungghnya para ulama itu adalah pewaris para nabi. Dan sesungguhnya para nabi itu tidak mewariskan uang dinar dan tidak juga dirham. Mereka itu hanya mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya maka ia telah mengambil peruntungan yang sangat banyak”. (HR Abu Dawud, no: 3641, 3642, aT-Turmudzi, no: 2683)

Berdasarkan hadist di atas jelaslah bahwa para ulama berposisi pada kedudukan Rasulullah Saw dalam menyapaikan risalah dan ilmu kepada umat di muka bumi ini. Di samping mereka yang melakukan perbuatan tercela dengan mengolok-olok dan memandang rendah para ahli Ilmu dan orang shalih, ini juga termasuk sifat orang kafir dan salah satu cabang kemunafikan.

Penjelasan ini sebagaimana disebutkan dalam banyak kandungan ayat Al-Quranul Karim, diantaranya sebagaimana di ungkapkan dalam surat Al-Baqarah dengan bunyinya:“Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertaqwa itu lebih mulia dari pada mereka di hari Kiamat. Dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendakiNya tanpa batas”. (QS. al-Baqarah:[2] : 212]

Dalam ayat lain juga di sebutkan tentang prilaku mereka yang menghina dan mengolok-olokan ulama. Hal ini di sebutkan dalam surat Al-Mukminun berbunyi:“….Sesungguhnya ada segolongan dari hamba-hambaKu berdo’a (di dunia): “Ya Rabb kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling Baik. Lalu kamu menjadikan mereka buah ejekan, sehingga (kesibukan) kamu mengejek mereka, menjadikan kamu lupa mengingat Aku, dan adalah kamu selalu mentertawakan mereka, Sesungguhnya Aku memberi balasan kepada mereka di hari ini, karena kesabaran mereka; sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang menang”. (QS. al-Mu’minun:[230 : 103-111].

Di sebutkan berkaitan dengan tafsir ayat ini, Ibnu Katsir menyatakan: Kemudian Allah menyebutkan dosa mereka di dunia, yaitu mereka dahulu mengolok-olok hamba-hamba Allah yang beriman dan para wali-Nya.

Allah mengatakan: “Sesungguhnya ada segolongan dari hamba-hambaKu berdo’a (di dunia): Ya Rabb kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling Baik. Lalu kamu menjadikan mereka buah ejekan,” yakni kalian malah mengolok-olok dan mengejek do’a dan permohonan mereka kepadaKu. Sampai pada firman Allah “sehingga (kesibukan) kamu mengejek mereka, menjadikan kamu lupa mengingat Aku,” yakni kebencian kalian kepada mereka membuat kalian lupa kepadaKu. Firman Allah: “kamu selalu mentertawakan mereka,” yakni mentertawakan perbuatan dan amal ibadah mereka. (Kitab Al-Mishbah Al-Munir fi Tahdzib Tafsir Ibnu Katsir)

Kita sebagai umat Islam di larang mencela kepada sesama terlebih kepada pewaris nabi  Muhammad Saw. Janganlah ulama yang berjuang dalam menegakkan dakwah amar ma'ruf nahi mungkar. Meskipun kita tidak memuliakan mereka sebagai orang yang telah di naikkan derajatnya oleh Allah SWT, minimalnya tidak menghina baik dengan berghibah dan lainnya. 

Mereka  yang seakan merasa sangat lezat dengan meng-ghibah para ulama, tentu saja efek negatif dan akibat buruk akan di raskan oleh mereka pencela baik di dunia terlebih di akhirat nantinya. Salah satu diantara sekian banyaknya yang akan dirasakan oleh pencela dn penghina ulama, akhir hidup mereka akan berhujung dengan titel su-ul khatimah (akhir kehidupan yang jelek). Nauzubillah min zalik.

Pernah diceritakan pada zaman dulu salah seorang bernama Al-Qadhi Az-Zubaidi, ketika dia meninggal dunia lisannya berubah menjadi hitam, hal ini di sebabkan beliau semasa hidupnya suka mencibir salah seorang ulama terkemuka di dunia Islam Al-Imam An-Nawawi.[]

****Helmi Abu Bakar El-Langkawi, Penggiat Literasi asal Dayah MUDI Samalanga