Dinamika Budaya dan Sistem Sosial Transaksional

 
Dinamika Budaya dan Sistem Sosial Transaksional

LADUNI.ID - Budaya itu dinamis. Itulah perkataan yang sesuai untuk menjelaskan mengenai perkembangan, pergeseran, bahkan perubahan budaya pada suatu masyarakat. Ada banyak faktor yang mendasari perubahan budaya hidup pada sesebuah masyarakat, antara lain adalah perubahan gaya hidup dan sistem sosial perkampungan ke gaya hidup dan sistem sosial perkotaan.

Banyak ahli sosiologi dan antropologi yang mendukung tesis  bahwa umumnya masyarakat pedesaan menganut sistem sosial kekeluargaan, tolong menolong dan kerjasama yang tinggi tanpa pamrih. Sebaliknya, justru masyarakat perkotaan  lebih menganut sistem sosial yang transaksional materialistik, rendahnya tolong menolong, kerjasama dan kepedulian sesama. Lo elo, gue gue, begitulah kata anak gaul di Jakarta.

Pengalaman hari ini, di sebuah upacara budaya di sebuah kota kecamatan pesisir perbatasan, mengingatkan saya dengan tesis budaya desa dan kota.

Dalam sistem sosial budaya perkampungan, semua masyarakat, kaum kerabat dan tetangga dekat bisa bahu membahu bekerjasama, bergotong royong, dan untuk menyiapkan-menyelenggarakan upacara tersebut. Mereka bisa berbagi peran dan tanggung jawab dengan baik, arif dan bijak atas nama tolong menolong dan kebersamaan (tanpa pamrih).

Tapi hari ini, dalam upacara yang saya saksikan disini, nilai-nilai tersebut tidak lagi saya temui. Tidak lagi tampak kebersamaan dan kerjasama antar warga kecuali dalam tugas yang sifatnya transaksional. Setiap pekerjaan sudah dibagi berdasarkan hitung-hitungan secara ekonomi (upah), mulai dari tukang masak hingga pencuci piring. Singkatnya, tidak ada pekerjaan yang gratis. Apakah ini tidak boleh, atau tidak baik? Bukan itu persoalannya. Masalahnya, apakah kita benar sudah siap dengan perubahan ini? Siap secara budaya, siap secara ekonomi transaksional.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN