Kado Paling Spesial dari Allah SWT untuk Umat Muhammad SAW

 
Kado Paling Spesial dari Allah SWT untuk Umat Muhammad SAW
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Dalam pandangan Gus Baha dan hal ini juga sudah masyhur di kalangan ulama, bahwa nabi sering membedakan antara wudhu yang dipakai shalat dan wudhu yang dipakai untuk selain shalat.

Gus Baha menegaskan bahwa ketika nabi hendak melakukan shalat fardhu maka nabi kemudian berwudhu dengan cara yang sempurna. Berbeda dengan wudhu yang dilakukan untuk hal-hal yang bukan fardhu seperti hendak tidur, shalat sunnah, dan lain sebagainya, nabi akan berwudhu secara tidak lengkap seperti tidak melakukan setiap basuhan atau usapan tiga kali, tidak berkumur-kumur, dan sebagainya yang menjadi sunnah dalam wudhu.

Hal senada juga pernah dilakukan oleh Abu Bakar As-Siddiq, ketika ia hendak berbuka puasa sunnah. Ketika itu istrinya menyiapkan hidangan yang cukup mewah, hal itu kemudian membuat Abu Bakar berucap, “Cukup bagiku hidangan sederhana, sebab aku tidak ingin puasa sunnah mengungguli keistimewaan puasa wajib seperti di Bulan Ramadhan.

Wudhu adalah satu-satunya wasilah yang dapat menentukan keabsahan atau menjadi syarat sahnya shalat, sebab jika wudhunya sudah keliru maka dipastikan shalatnya tidak sah. Oleh karena itu kemudian wudhu menjadi hal yang begitu penting hubungannya dengan ibadah shalat. Kedua hal itu tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya.

Para ulama fikih mengartikan shalat secara umum dengan doa. Sedangkan definisi doa adalah hubungan antara bawahan dan atasannya. Jadi secara tidak langsung shalat adalah ibadah yang menjadi satu-satunya mediator yang menghubungkan antara Tuhan dengan makhluknya. Maka, menganai hal itu, terdapat keterangan sebagaimana sabda nabi, bahwa shalat adalah tiang agama, jika tiangnya roboh maka akan roboh semua bangunannya.

Ketahuilah bahwa shalat adalah ibadah teristimewa, lantaran nabi langsung menerima mandatnya dari Allah lewat peristiwa isra’ dan mi’raj. Sebuah peristiwa yang secara rasional tidak dapat dijangkau, dan hanya peristiwa itu satu-satunya dapat dijawab dengan keyakinan yang mendalam dari hati para sahabat nabi. Demikianlah, karena berangkat dari peristiwa tersebut kemudian ibadah shalat menjadi mulia.

Tidak hanya berbicara proses itu, hal ini juga menyangkut dengan pengorbanan nabi ketika mempertaruhkan porsi shalat demi sebuah cinta dan kasih saying yang disemaikan untuk umatnya.

Nabi menyadari bahwa kehidupan yang terjadi pada umatnya sangat kompleks, berbeda dengan kehidupan kaum sebelumnya. Memang shalat adalah ibadah yang begitu sangat spesial langsung dari Allah SWT namun begitu memberatkan.

Berdasarkan perkara tersebut, demi menampilkan sesuatu yang sangat spesial dari Allah itu, maka Nabi Muhammad SAW kemudian rela melakukan kompromi dengan Allah agar hal tersebut tidak menimbulkan sentimen negatif dari umatnya, sebagaimana hal itu dianjurkan oleh Nabi Musa.

Kompromi tersebut tidak cukup dilakukan hanya dengan sekali, tapi berkali-kali, sebab nabi juga mempertimbangkan hasil diskusi dengan nabi-nabi terdahulu, dengan pertimbangan secara emosional dan spiritual antar kondisi umat nabi masing-masing, yang tidak mungkin dipraktikkan atau paling tidak sangat memberatkan umat.

Hal inilah yang kemudian menjadi satu pandangan mengapa shalat begitu istimewa dan berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Selain juga prosesnya penuh semangat  perjuangan, juga satu-satunya ibadah yang diterima dengan pertemuan langsung antara Nabi Muhammad SAW dengan Allah SWT tanpa perantara apapun.

Tidak hanya itu, shalat kemudian banyak disebut dalam Al-Qur’an lantaran hikmah yang melekat di dalamnya. Sebagaimana yang telah disebut di atas, di suatu sisi shalat adalah kemauan Tuhan yang dijadikan alat agar manusia bisa berhubungan dengan-Nya.

Oleh sebab itu, perbaikilah shalat, sebab memperbaikinya berarti kita sedang membangun komunikasi yang lebih baik dengan Sang Pencipta. Sebaliknya, dengan bermain-main dalam shalat, berarti secara tidak langsung kita telah mempermainkan perintahnya pula. Bukankah banyak cerita-cerita inspiratif yang membuat pelaku kejahatan amalnya diterima sekalipun sedikit, dan menggugurkan semua dosanya yang telah dilakukan, hanya dengan tetap melaksanakan ibadah shalat. []


Sumber: Tulisan ini merupakan catatan yang diolah dan dikembangkan dari pengajian KH. Bahauddin Nursalim. Tim redaksi bertanggungjawab sepenuhnya atas uraian dan narasi di dalam tulisan ini.

___________

Penulis: Kholaf Al-Muntadhor

Editor: Hakim