Khutbah Jumat: Konstruksi Jiwa yang Tenang dalam Menjalani Kehidupan

 
Khutbah Jumat: Konstruksi Jiwa yang Tenang dalam Menjalani Kehidupan
Sumber Gambar: muslimmatters.org, Ilustrasi: laduni.ID

KHUTBAH I

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، رَبِّ الْمَشْرِقَيْنِ وَرَبِّ الْمَغْرِبَيْنِ، فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَالْأَرَضِيْنَ، مُنْزِلِ الْقُرْآنِ دُسْتُوْرًا لِلْعَالَمِيْنَ، وَشَرِيْعَةً لِيَوْمِ الدِّيْنَ، بَعَثَ مُحَمَّدًا صلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا لِعُمُوْمِ الثَّقَلَيْنِ، أَيَّدَهُ باِلْحُجَّةِ وَالْبُرْهَانِ، وَأَكْرَمَهُ بِالْقُرْآنِ، اَلْمُعْجِزَةِ الْمُسْتَمِرَّةِ عَلَى تَعَاقُبِ الدُّهُوْرِ وَالْأَزْمَانِ، لِيَهْلِكَ مَنْ هَلَكَ عَنْ بَيِّنَةٍ، وَيُحْيِىَ مَنْ حَيَّي عَنْ بَيِّنَةٍ، فَسُبْحَانَ مَنْ اقْتَضَتْ حِكْمَتُهُ صَيْرُوْرَةَ النَّاسِ إِلَى فَرِيْقَيْنِ: فَرِيْقِ السُّعَدَاءِ الْفَائِزِيْنَ، وَفَرِيْقِ الْأَشْقِيَاءِ الْمَحْرُوْمِيْنَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَلِيُّ الصَّالِحِيْنَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْأَمِيْنَ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ، وَصَحَابَتِهِ الْغُرِّ الْمُحَجِّلِيْنَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، أَمَّا بَعْدُ: فَأُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ الْخَاطِئَةِ بِتَقْوَى اللهِ فِي السِّرِّ وَالْعَلَنِ، وَفِي الْمَنْشَطِ وَالْمَكْرَهِ وَفِي الْعُسْرِ وَالْيُسْرِ، قَالَ تَعَالَى: (يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالُكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ، وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا)أَلَا وَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ تَعَالَى، وَخَيْرُ الْهُدَى هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرُّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٍ، وَبَعْدُ:

فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي مُحْكَمِ تِبْيَانِهِ وَهُوَ أَصْدَقُ الْقَائِلِيْنَ، أَعُوْذُ بِااللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ: قُلْ إِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ أَنَابَ. الَّذِيْنَ اَمَنُوْا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبِ

Hadirin yang dirahmati Allah,

Alhamdulillah, segala puji kita haturkan selalu kepada Allah SWT, yang telah menganugerahi berbagai nikmat kepada kita, khususnya nikmat sebagai umat Islam dan sebagai orang yang beriman.

Shalawat serta salam selalu tersanjungkan untuk Baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah menunjukkan jalan kebenaran menuju Allah SWT. Demikian pula tersampaikan kepada keluarganya dan para sahabat yang setia menemani perjuangan menyebarkan kebenaran.

Semoga kelak kita termasuk bagian dari umat yang mendapatkan syafaat agung Baginda Nabi Muhammad SAW.

Dalam kesempatan yang penuh dengan berkah ini, tidak lupa saya menyampaikan wasiat kepada diri saya khususnya, dan izinkan pula secara umum saya sampaikan kepada hadirin sekalian yang dimuliakan oleh Allah SWT. Mari kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT, dengan berusaha secara sungguh-sungguh melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dengan dasar tuntunan dan ajaran yang benar, bersumber dari Al- Qur’an maupun Hadis.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Dalam kehidupan di dunia ini, sering kali kita berhadapan dengan berbagai masalah yang pelik. Tidak jarang hal itu menimbulkan kecemasan, ketakutan dan ketidaktenangan, yang bahkan memicu tindakan-tindakan yang tidak dibenarkan.

Ada yang menzalimi diri sendiri dengan menenggak minuman keras dan memakai obat-obatan terlarang. Bahkan, sampai ada yang nekat bunuh diri karena tidak tahan terhadap tekanan hidup yang dialaminya. Selain itu, banyak diberitakan di berbagai belahan dunia ini, banyak yang melakukan tindak kejahatan terhadap orang lain, seperti membunuh, mencuri, dan lain-lain. Motifnya, tidak lain adalah karena menuruti hawa nafsu dan juga karena jiwanya yang gelisah dan merasa tidak tenang.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Ketenangan dan kedamaian jiwa sangat diperlukan dalam hidup yang terasa berat dihadapi. Dengan jiwa yang tenang, kehidupan ini dapat dijalani secara teratur dan benar sebagaimana yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya.

Namun, terkadang dalam rangka mendapatkan ketenangan jiwa itu, banyak orang yang mencarinya dengan cara-cara yang tidak Islami, sehingga bukan ketenagan jiwa yang didapat, justru hal itu malah menimbulkan kegersangan dan menambah kegelisahan di dalam jiwanya itu.

Pada dasarnya, solusi terbaik dalam menghadapi semua itu, secara tersurat dan tersirat, Al-Qur’an telah memberikan petunjuk agar hati dan jiwa kita tetap tenang, yaitu:

Petunjuk pertama adalah dzikrullah, yakni mengingat Allah SWT.

Dzikir kepada Allah SWT merupakan kiat untuk menggapai ketenangan jiwa. Dzikir itu dalam arti selalu ingat kepada Allah dengan menghadirkan nama-Nya di dalam hati dan menyebut nama-Nya dalam berbagai kesempatan.

Ketika kita berada dalam ketakutan, lalu berdzikir dengan mengucapkan ta’awudz (mohon perlindungan Allah), kita menjadi tenang. Ketika terlanjur berbuat dosa, lantas berdzikir dengan menyebut kalimat istighfar atau taubat, kita menjadi tenang kembali karena merasa dosa-dosa kita telah mendapat ampunan. Ketika mendapat kenikmatan yang berlimpah, kita berdzikir dengan mengucapkan hamdalah, maka saat itu kita akan meraih ketenangan jiwa.

Allah SWT berfirman:

الَّذِيْنَ اَمَنُوْا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبِ

“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah, hati akan menjadi tenteram.“ (QS. Ar-Ra’d: 28)

Untuk mencapai ketenangan jiwa melakukan dzikir tersebut, harus juga diperhatikan bahwa dzikir itu tidak hanya dengan menyebut nama Allah melalui lisan saja, tetapi dzikir tersebut juga harus menembus ke dalam hati dan diwujudkan pula dalam perbuatan. Karena itu, sudah seharusnya sebagai seorang Mukmin, hendaknya kita selalu berdzikir kepada Allah dalam berbagai kesempatan.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Petunjuk yang kedua, adalah bahwa kita harus yakin akan pertolongan Allah SWT.

Dalam menghadapi tantangan dan cobaan dalam hidup, jangan pernah terlepas untuk selalu memohon pertolongan kepada Allah SWT dengan keyakinan yang penuh. Hal itu juga harus didasari dengan sebuah keyakinan bahwa kita pasti bisa menghadapinya dengan pertolongan Allah SWT. Juga didasari keimanan bahwa segala sesuatu yang terjadi sudah diatur oleh Allah SWT, dan bahwasannya Allah tidak akan memberi cobaan kepada hamba-Nya kecuali sebatas hamba tersebut mampu menghadapinya, sebagaimana Allah SWT berfirman:

وَمَا جَعَلَ اللهُ اِلَّا بُشْرَى لَكُمْ وَلِيَطْمَئِنَّ قُلُوْبُكُمْ بِهِ وَمَا النَّصْرُ اِلَّا مِنْ عِنْدِ اللهِ العَزِيْزِ الْحَكِيْمِ

“Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali Imran: 126)

Dalam ayat lain Allah SWT berfirman:

لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al-Baqarah: 286)

Hadirin yang dirahmati Allah,

Dengan memperhatikan betapa banyak bentuk pertolongan yang diberikan Allah kepada para nabi dan generasi sahabat dan seterusnya, maka sekarangpun kita harus yakin akan kemungkinan memperoleh pertolongan Allah SWT. Sebab keyakinan ini akan membuat kita menjadi tenang. Namun demikian, harus kita ingat, bahwa pertolongan Allah itu sering kali baru datang pada saat puncak kesulitan, betul-betul terjepit dan telah menemui jalan buntu. Karena itu, dalam menjalaninya kita harus sabar dan tetap yakin sepenuhnya.

Hal itu, tidak lain adalah bertujuan untuk menguji iman, sejauh mana ketergantungan kita kepada Allah SWT, apakah kita tetap menjadikan Allah sebagai satu-satunya sandaran hidup ketika menghadapi cobaan? atau justru kita berpaling kepada yang lain.

Kita tentu tahu tentang peristiwa pembakaran Nabi Ibrahim AS. Ketika itu, pertolongan Allah SWT baru datang ketika beliau sudah masuk dalam kobaran api. Jadi, dengan keyakinan yang demikian itu, seorang Muslim dan Mukmin tidak akan pernah merasa cemas dalam menghadapi kesulitan apapun, karena memang pada hakikatnya pertolongan Allah itu dekat.

Allah SWT berfirman:

اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَّثَلُ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۗ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاۤءُ وَالضَّرَّاۤءُ وَزُلْزِلُوْا حَتّٰى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ مَتٰى نَصْرُ اللّٰهِ ۗ اَلَآ اِنَّ نَصْرَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai cobaan) sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.” (QS. Al-Baqarah: 214)

Hadirin yang dirahmati Allah,

Petunjuk yang ketiga untuk ketenangan jiwa kita adalah dengan memperhatikan bukti kekuasaan Allah SWT.

Kecemasan dan ketidaktenangan jiwa adalah karena kita sering kali terlalu yakin dengan kemampuan diri. Akibatnya ketika kita berada di titik kelemahan, kita menjadi takut dan tidak tenang. Tapi kalau kita selalu memperhatikan bukti-bukti kekuasaan Allah, maka kecemasan akan hilang. Jiwa dan hati kita menjadi terasa tenang. Itu semua karena kita yakin akan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT yang tidak bisa diragukan oleh apapaun dan siapapun.

Allah SWT telah memberi contoh, sebagaimana terdapat dalam Surat Al-Baqarah ayat 260:

وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اَرِنِيْ كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتٰىۗ قَالَ اَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۗقَالَ بَلٰى وَلٰكِنْ لِّيَطْمَىِٕنَّ قَلْبِيْ ۗقَالَ فَخُذْ اَرْبَعَةً مِّنَ الطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ اِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلٰى كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِيْنَكَ سَعْيًا ۗوَاعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ

“(Ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati.” Dia (Allah) berfirman, “Belum percayakah engkau?” Dia (Ibrahim) menjawab, “Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang.” Dia (Allah) berfirman, “Kalau begitu, ambillah empat ekor burung, lalu dekatkanlah kepadamu (potong-potonglah). Kemudian, letakkanlah di atas setiap bukit satu bagian dari tiap-tiap burung. Selanjutnya, panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Hadirin yang dirahmati Allah,

Demikianlah khutbah yang bisa khotib sampaikan dalam kesempatan ini. Selain yang disebutkan di atas, tentunya masih banyak petunjuk lain sebagaimana terdapat di dalam Al-Qur’an dan Hadis Nabi.

Semoga sedikit yang tersampaikan ini dapat membantu kita dalam menjalani kehidupan ini dengan sebaik-baiknya sesuai dengan titah Allah SWT sebagaimana yang disampaikan oleh rasul-Nya, Muhammad SAW. Dan semoga kehidupan yang kita jalani penuh dengan keberkahan dan semakin bermanfaat dengan bertambahnya kualitas iman dan takwa kita. Amin.

بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمُ فِي القُرْآنِ العَظِيمِ وَنَفَعَنِى وَإيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَذِكْرِ الحَكِيم وَتَقَبَّل الله مِنِّي وَمِنكُمُ تِلَاوَتَهُ، اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ،

أَقولُ قَوْلى هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرُ المُسْلِمِينَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤمِنينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، فَاسْتَغْفِرُوهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

KHUTBAH II

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ

فيَآايُّهاالنّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى وَذَرُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُورِ الْجُمُعَةِ والْجَمَاعَةِ. وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ  فِيه بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلائكةِ قُدْسِهِ. فَقالَ تَعَالَى ولَمْ يَزَلْ قائِلاً عَلِيمًا: إِنَّ اللهَ وَملائكتَهُ يُصَلُّونَ على النَّبِيِّ يَآ أَيّها الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا اللَّهمَّ صَلِّ وسَلِّمْ على سيِّدِنا محمَّدٍ وعلى آلِ سيِدِنَا محمَّدٍ  كَما صَلَّيْتَ على سيِّدِنا إِبراهِيمَ وعلى آلِ سيِّدِنَا إِبراهِيمَ في الْعالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. اللَّهمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرّاشِدِينَ الَّذينَ قَضَوْا بِالْحَقِّ وَكانُوا بِهِ يَعْدِلُونَ أَبي بَكْرٍ وعُمرَ وعُثْمانَ وعلِيٍّ وَعَنِ السَتَّةِ الْمُتَمِّمِينَ لِلْعَشْرَةِ الْكِرامِ وعَنْ سائِرِ أَصْحابِ نَبِيِّكَ أَجْمَعينَ وَعَنِ التَّابِعِينَ وتَابِعِي التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسانٍ إِلَى يَومِ الدِّينِ. اللَّهمَّ لا تَجْعَلْ لِأَحَدٍ مِنْهُمْ فِي عُنُقِنَا ظَلَامَةً ونَجِّنَا بِحُبِّهِمْ مِنْ أَهْوَالِ يَومِ الْقِيامَةِ.

 اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ والمُسْلِمِيْنَ وأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ والمُشْركِينَ، ودَمِّرْ أَعْداءَ الدِّينِ، اَللَّهمَّ آمِنَّا فِي دُوْرِنَا وأَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ وِلَايَتَنا فِيمَنْ خافَكَ وَاتَّقَاكَ، اللَّهمَّ آمِنَّا فِي دُوْرِنَا وأَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ وِلَايَتَنا فِيمَنْ خافَكَ وَاتَّقَاكَ.

اللَّهمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْياءِ مِنْهُمْ والْأَمْواتِ بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ. اللَّهمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ والوَباءَ والزِّنا والزَّلَازِلَ وَالمِحَنَ وَسُوءَ الفِتَنِ ما ظَهَرَ مِنْها وما بَطَنَ عَنْ بَلَدِنا هَذا خاصَّةً وعَنْ سائِرِ بِلَادِ الْمُسلمينَ عامَّةً يا رَبَّ الْعَالَمِينَ.رَبَّنا آتِنا في الدّنيا حَسَنَةً وَفي الآخرة حَسَنَةً  وقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

***

عِبادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسان وَإِيتاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشاءِ والْمُنْكَرِوَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذْكُرُوا اللهَ العَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْئَلُوهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُاللهِ أَكْبَرُ


Oleh Abd. Hakim Abidin, M.A.
(Rais ‘Amm Pesantren Mambaus Sholihin, Gresik 2014-2015, dan Pendiri Zawiyah Ar-Rifaiyah, Ciputat)
___________

Editor: Kholaf