Biografi Syekh Ibrahim Asmoroqondi
- by Achmad Susanto
- 43.527 Views
- Selasa, 13 September 2022

Daftar Isi
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
1.2 Riwayat Keluarga Syekh Ibrahim Asmoroqondi
1.3 Nasab Syekh Ibrahim Asmoroqondi
1.4 Wafat
2. Sanad Ilmu dan Pendidikan Syekh Ibrahim Asmoroqondi
2.1 Perjalanan Menuntut Ilmu Syekh Ibrahim Asmoroqondi
2.2 Guru-Guru Syekh Ibrahim Asmoroqondi
3. Penerus Syekh Ibrahim Asmoroqondi
3.1 Anak-Anak Syekh Ibrahim Asmoroqondi
3.2 Murid-Murid Syekh Ibrahim Asmoroqondi
4. Perjalanan Dakwah Syekh Ibrahim Asmoroqondi
4.1 Perjalanan Dakwah di Daerah Pasai
4.2 Perjalanan Dakwah di Daerah Campa
4.3 Perjalanan Dakwah di Daerah Palembang
4.4 Perjalanan Dakwah di Daerah Jawa
5. Keteladanan Syekh Ibrahim Asmoroqondi
7. Referensi
8. Chart Silsilah Sanad
1 Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
Syekh Ibrahim Asmoroqondi diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh kedua abad ke-14. Babad Tanah Jawi menyebut namanya dengan sebutan Makdum Ibrahim Asmoro atau Maulana Ibrahim Asmoro. Sebutan itu mengikuti pengucapan lidah Jawa dalam melafalkan as-Samarqandi, yang kemudian berubah menjadi Asmoroqondi.
1.2 Riwayat Keluarga Syekh Ibrahim Asmoroqondi
Istri pertama Syekh Ibrahim Asmoroqondi yang bernama Retno Jumilah dan dikaruniai Putra :
1. Ishaq Maqdum ( Syekh Maulana Ishaq )
Istri kedua Dewi Candrawulan kakak dari raja Campa dan dikaruniai Putra :
1. Ali Murtadho ( Raden Santri/ Raja Pandhita}
2. Ali Rahmatullah ( RadenRahmad/ Sunan Ampel)
1.3 Nasab Syekh Ibrahim Asmoroqondi
1. Nabi Muhammad Rasulullah SAW.
2. Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib
3. Al-Imam Al-Husain
4. Al-Imam Ali Zainal Abidin
5. Al-Imam Muhammad Al-Baqir
6. Al-Imam Ja’far Shadiq
7. Al-Imam Ali Al-Uraidhi
8. Al-Imam Muhammad An-Naqib
9. Al-Imam Isa Ar-Rumi
10. Al-Imam Ahmad Al-Muhajir
11. As-Sayyid Ubaidillah
12. As-Sayyid Alwi
13. As-Sayyid Muhammad
14. As-Sayyid Alwi
15. As-Sayyid Ali Khali’ Qasam
16. As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath
17. As-Sayyid Alwi Ammil Faqih
18. As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan
19. As-Sayyid Abdullah
20. As-Sayyid Ahmad Jalaluddin
21. As-Sayyid Husain Jamaluddin
22. Syekh Ibrahim Asmoroqondi / As-Sayyid Ibrahim Zainuddin As-Samarqandy
1.4 Wafat
Syekh Ibrahim Asmoroqondi wafat pada sekitar tahun 1425M dan dan dimakamkan di Desa Gesikharjo Kecamatan Palang Kabupaten Tuban.
2 Sanad Ilmu dan Pendidikan Syekh Ibrahim Asmoroqondi
2.1 Perjalanan Menuntut Ilmu Syekh Ibrahim Asmoroqondi
Mulai dari kecil Syekh Ibrahim Asmoroqondi dibimbing oleh ayahanda beliau Syekh Jamaludin Husein Al Akbar/ Syekh Jumadil Kubro. Dalam perjalanan mengungsi dari daerah Samarkand yang sedang diserang oleh pasukan Timur Lang/ Timur Lan Syekh Ibrahim Asmoroqondi dan keluarga mampir ke daerah Persia. Di sana mereka diterima oleh Ulama yang baik hati dan disegani disana yaitu Syekh Maulana Malik Ibrahim. Setelah dua tahun berlalu negeri Persia juga ikut bergejolak karena di serang juga oleh pasukan Timur Lang dan akhir nya mengungsi sampai ke Turki dan berlanjut sampai di daerah Pasai.
2.2 Guru-guru Syekh Ibrahim Asmoroqondi
- Syekh Jamaludin Husen Al Akbar
- Syekh Maulana Malik Ibrahim
3 Penerus Syekh Ibrahim Asmoroqondi
3.1 Anak-anak Syekh Ibrahim Asmoroqondi
- Ishaq Maqdum ( Syekh Maulana Ishaq )
- Ali Murtadho ( Raden Santri/ Raja Pandhita )
- Ali Rahmatullah ( Raden Rahmad/ Sunan Ampel )
3.1 Murid-murid Syekh Ibrahim Asmoroqondi
- Abu Hurairah ( Raden Burereh)
4 Perjalanan Dakwah Syekh Ibrahim Asmoroqondi
Perjalanan dakwah Syekh Ibrahim Asmoroqondi di penuhi berbagai liku-liku. Secara umum seperti yang di kemukakan dalam Babad Gresik perjalanan Syaikh Maulana Ishaq dapat dijelaskan sebagai berikut :
4.1 Perjalanan Dakwah di daerah Pasai
Setelah melakukan perjalanan dari Persia menuju Turki disana beliau beserta keluarga mendapat tugas dari Sultan Turki yaitu Sultan Mahmud 1. Untuk berangkat ke Jawa Dwipa untuk melakukan misi kenegaraan sekaligus misi dakwah. Dalam perjalanan menuju Jawa rombongan mampir di daerah Pasai. Dan ketika rombongan akan melanjutkan perjalanan menuju ke Jawa. Syekh Ibrahim Asmoroqondi memutuskan untuk tinggal dikarenakan beliau nyaman dengan lingkungan sekitar. Akhirnya beliau diterima dengan baik oleh Sultan Ahmad sang penguasa Pasai. Dan diangkat sebagai salah satu guru di Pasai. Dan beliau juga dinikahkan dengan salah satu putri bangsawan Pasai yang bernama Retno Jumilah. Dari Retno Jumilah inilah Lahir Ishaq Maqdum atau yang lebih dikenal dengan Syekh Maulana Ishaq.
4.2 Perjalanan Dakwah di Daerah Campa
Setelah sekian lama tinggal di daerah Pasai Syekh Ibrahim Asmoroqondi telah sempurna hidupnya. Sebagai guru bagi masyarakat Pasai, sebagai suami dari putri bangsawan setempat, dan dikaruniai seorang putra dari pernikahannya.
Selama tinggal di Pasai Syekh Ibrahim Asmoroqondi sering mendapat laporan dari para pedagang yang kebetulan singgah di Pasai. “ Syekh, keadaan di Campa benar-benar menyedihkan, harus segera ditangani,” kata seorang pedagang Gujarat kepada beliau.” Syekh, harus ada seseorang yang berjuang demi masyarakat muslim di Campa. Dan orang yang paling tepat untuk pergi ke sana adalah anda, Syekh,” kata seorang pedagang Mesir.
“Syekh, saya akan menghadap petinggi muslim Cina. Saya akan pastikan Tuan akan mendapat jaminan keamanan di sana. Saya pastikan itu, jika Tuan sudi membantu para muslim di Campa,” kata seorang musafir dari China. Dengan tekad bulat akhirnya beliau melakukan perjalanan menuju Campa bersama rombongan kecil dari Pasai.
Begitu tiba di Champa kedatangan Syekh Ibrahim Asmoroqondi tidak disambut baik oleh raja Campa karena memang raja Campa tidak suka dengan ajaran Islam. Raja Campa sangat marah dan menghukum siapa saja rakyatnya yang beralih keyakinan begitu pula Syekh Ibrahim Asmoroqondi diburu oleh Raja Campa untuk dijatuhi hukuman. Tidak tahan akan perlakuan Raja Campa Syekh Ibrahim Asmoroqondi pergi ke gunung Sukasari, belum sampai menemukan Syekh Ibrahim Asmoroqondi, bersamaan dengan itu datanglah rombongan besar tentara Cina mendarat di Campa dan dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho. Akhirnya tentara Cina melindungi rombongan Syekh Ibrahim Asmoroqondi. Pada waktu itu Raja Campa mangkat dan di gantikan oleh putranya yang masih remaja dan didampingi oleh kakak perempuannya.
Saat mendengar berita bahwa raja Campa meninggal. Syekh Ibrahim Asmoroqondi langsung turun dari gunung menuju ke pusat kota Campa sambil dikawal oleh pasukan CIna di bawah pimpinan Laksamana Cheng Ho. Dalam Babad Tanah Jawa dijelaskan bahwa setelah raja Campa meninggal digantikan oleh putra laki-lakinya dan kemudian Syekh Ibrahim Asmoroqondi dinikahkan dengan putri kedua raja Campa yaitu Dewi Candrawulan.
Hampir dua puluh tahun sudah Syekh Ibrahim Asmoroqondi berada di tanah Campa. Dengan istri keduanya, ia dikaruniai dua orang putra yang diberi nama Ali Murtadlo dan Ali Rahmatullah. Pada sekitar tahun 1404 M Syekh Ibrahim Asmoroqondi beserta kedua putranya meninggalkan bumi Campa menuju ke Jawa.
4.3 Perjalanan Dakwah di Palembang
Hampir dua puluh tahun sudah Syekh Ibrahim Asmoroqondi berada di tanah Campa. Terbersit dalam benak Syekh Ibrahim Asmoroqondi rasa rindu dan juga ingin memenuhi janji kepada ayahnya saat ia masih berada di Pasai dan ditinggal ayahnya yaitu Syekh Jamaluddin Husain ke Jawa. Mereka berlayar menggunakan perahu menyusuri pantai Sumatra hingga akhirnya mereka singgah di pelabuhan Palembang. Di Palembang rombongan kecil tersebut disambut oleh Adipati Arya Damar. Dia sebenarnya adalah salah satu pangeran dari Majapahit dan diangkat sebagai penguasa Palembang, yang menguasai wilayah bawahan Majapahit.
Setelah bicara basa-basi cukup lama Syekh Ibrahim Asmoroqondi mulai berbincang-bincang tentang keyakinan yaitu agama Hindu dan Islam dengan mendasari ilmu tasawuf, ilmu spiritual Islam yang memang banyak memiliki titik kesesuaian antara dua keyakinan tersebut. Hingga akhirnya adipati Palembang Arya Damar tergerak hatinya untuk masuk Islam dan mengucapkan dua kalimat syahadat. Dan Raden Arya Damar diberi nama baru Oleh Syekh Ibrahim Asmoroqondi menjadi Arya Abdillah yang bermakna Kesatria Abadi Tuhan.
4.4 Perjalanan Dakwah di Jawa
Setelah tiga bulan berada di Palembang. Akhirnya perjalanan dilanjutkan menuju ke tanah Jawa dengan menggunakan kapal. Karena kapal yang mereka tumpangi adalah kapal dagang maka mereka sempat singgah di beberapa pelabuhan antara lain :Banten, Bandar Sunda Kelapa, karawang, Cirebon, Semarang dan Jung Mara. Hingga akhirnya mereka sampai di pelabuhan Tuban yang tak kalah ramainya dengan pelabuhan Palembang.
Sejak abad ke-11 Tuban nampaknya sudah menjadi pusat perdagangan internasonal, khusunya pada masa Airlangga. Dalam sebuah prasasti yang dikeluarkan pada masa itu disebutkan bahwa kerajaan Airlangga memiliki dua pelabuhan niaga yaitu Hujung Galuh dan Kambang Putih. Dalam prasasti tersebut disebutkan orang-orang asing yang berdagang yaitu pedagang India Utara, India Selatan, Burma, Kamboja dan Campa.
Pendaratan Syekh Ibrahim Asmoroqondi di Tuban lebih tepatnya di Desa Gesik dewasa itu dapat dipahami sebagai suatu sikap kehati-hatian seorang penyebar dakwah Islam. Mengingat Bandar Tuban saat itu adalah bandar pelabuhan utama Majapahit. Itulah sebabnya Syekh Ibrahim Asmoroqondi beserta rombongan tinggal agak jauh di sebelah timur pelabuhan Tuban, yaitu di Gesik untuk berdakwah menyebarkan kebenaran Islam kepada penduduk sekitar.
Kurun waktu penyebaran Agama Islam yang dilakukan oleh Syekh Ibrahim Asmoroqondi di tanah Tuban adalah antara tahun 1410M sampai 1425M atau selama 15 tahun berdakwah. Tak lama Syekh Ibrahim Asmoroqondi berdakwah di Tuban dan pada tahun 1425 M beliau wafat dan dimakamkan di Desa Gesikharjo Kecamatan Palang Kabupaten Tuban.
5 Keteladanan Syekh Ibrahim Asmoroqondi
Dengan beberapa metode dakwah yang dilakukan oleh Syekh Ibrahim Asmoroqondi, tentu saja banyak sekali yang bisa kita petik hikmahnya.
Dakwah yang disampaikan oleh Syekh Ibrahim Asmoroqondi sangat luas akan tetapi tetap berkisar pada masalah keIslaman atau agama Islam. Dalam tujuannya adalah menegakkan tauhid dan upaya menjalankan syariat Islam dengan dilandasi oleh kitab suci Alquran dan Alhadist. Sedang dalam dakwahnya Syekh Ibrahim Asmoroqondi menekankan pada dakwah bil lisan dan dakwah bil hal. Hal ini dibuktikan bahwa apa yang telah diucapkan dalam ajarannya selalu ditandai dan diwarnai dengan perbuatannya. Beliau menasehati para santrinya tentang arti hidup di dunia ini menuju akhirat. Selama hidup di dunia hendaklah orang itu berbuat amar makruf nahi munkar. Para muslim wajib ta‟at pada Allah, pada Rasulnya, pemimpinnya (raja), kedua orang tuanya dan gurunya. Semua itu dilandasi dalam kehidupan muslim, mukhsin, mukhlis, mukmin, dan muttaqin. Dalam kehidupan sehari-hari diwujudkan dalam penekanan iman sebagai landasan, Islam sebagai kegiatan dan ikhsan sebagai hasil akhir untuk berbuat baik.
Syekh Ibrahim Asmoroqondi juga menyusun sebuah kitab tulisan tangan yang dikenal di kalangan pesantren dengan nama Usul Nem Bis, yaitu sejilid kitab berisi enam kitab dengan enam bismillahirrahmanirrahim, ditulis atas nama Syekh Ibrahim Asmoroqondi. Itu berarti, sambil berdakwah menyiarkan Agama Islam, Syaikh Ibrahim as-Samarkandi juga menyusun sebuah kitab.
6 Referensi
1. Buku Atlas Wali Songo, Agus Sunyoto,
2. Buku Wali Songo: Rekonstruksi Sejarah yang Disingkirkan, Agus Sunyoto, Jakarta: Transpustaka, 2011
3. Sejarah Wali Sanga, Purwadi,
4. Dakwah Wali Songo, Purwadi dan Enis Niken,
5. Babad Wali Songo, Yudhi AW,2013
6. Tuban Bumi Wali The Spirit of Harmony, Pemerintah Kabupaten Tuban, 2015
7. Mukarrom, Akhwan. Sejarah Islam Indonesia I. Surabaya: Uin Sunan Ampel, 2014.
7. Chart Silsilah Sanad
Berikut ini chart silsilah sanad guru Syekh Ibrahim Asmoroqondi dapat dilihat DI SINI, dan chart silsilah sanad murid beliau dapat dilihat DI SINI.
Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 04 Juli 2022, dan terakhir diedit tanggal 13 September 2022.
Lokasi Terkait Beliau
Belum ada lokasi untuk sekarang
Memuat Komentar ...