Ziarah di Makam KH. Istad Djanawi, Muasis Pesantren Miftahul Qulub Mojokerto

Memperoleh Donasi Sebesar : Rp 0. Donasi Sekarang
 
Ziarah di Makam KH. Istad Djanawi, Muasis Pesantren Miftahul Qulub Mojokerto

Daftar Isi

Laduni.ID, Jakarta - KH. Istad Djanawi merupakan ulama besar, seorang Mursyid Thariqah Naqsabandiyah Kholidiyah Mujaddadiyah,  berasal dari Mojokerto, dikenal masyarakat karena kealimannya dan karomahnya.

Beliau merupakan pendiri sekaligus pengasuh pesantren Miftahul Qulub, Mojokerto.

Profil

KH. Istad Djanawi lahir di desa Mbothe yang sekarang menjadi desa Kalianyar Kertosono, diperkirakan pada tahun 1879 M.Untuk kelanjutannya tentang Profil beliau silahkan baca di Biografi

Guru-guru beliau selama menuntut ilmu adalah:

  1. Kyai Imron
  2. Kyai Imam Bahri Mangunsari
  3. Syaikhona Kholil Bangkalan
  4. Syaikh Umar Curahmalang

Lokasi Makam

KH. Istad Djanawi wafat Pada hari kamis malam Jum’at Kliwon setelah sholat Isya’tanggal 5 November 1959 M atau tanggal 5 Jumadil Ula tahun 1379 H, dengan disaksikan oleh istri dan putera-puterinya di kediamannya beliau menghembuskan nafas terakhirnya tepat pada usia 80 tahun, karena sakit.

Jenazah beliau dimakamkan pada pagi hari jam 10.00 WIB, di pemakaman keluarga di sekitar kediaman beliau, tepatnya di belakang masjid. Pemakaman tersebut dihadiri oleh Kyai-kyai sahabat KH. Istad Djanawi yang mengasuh beberapa ponpes.

Haul

Awal mula diadakan peringatan Haul atas wafatnya Hadlratussyaikh Mbah Yai Istad Djanawi pada tahun 1969 (10 tahun setelah beliau wafat), keluarga beliau mengadakan peringatan Haul setiap tanggal 05 Jumadal Ula secara sederhana dengan kegiatan khotmil quran kurang dari 10 majelis, kemudian malam harinya diadakan tahlilan bersama secara sederhana di makam beliau yang diikuti oleh sekitar 200 orang. Hal ini berlangsung selama bertahun-tahun sampai terakhir tahun 1996.

Seiring perkembangan pengajian rutin setiap malam Jum’at Legi yang dibuka untuk umum pada tahun 1997 dalam asuhan KH. Ahmad Syamsuddin putra beliau yang diikuti oleh santri, wali santri, alumni dan simpatisan dari dalam dan luar daerah bahkan luar provinsi dengan pengikut lebih kurang 5000 santri, maka peringatan haul Hadratussyaikh Mbah Yai Istad Djanawi dipindahkan waktunya bersamaan dengan pengajian rutin setiap malam Jum’at Legi ini pada sekitar tanggal wafat beliau. Sehingga dalam pelaksanaan Haul berikutnya tidak hanya dzurriyah Hadlratussyaikh Mbah Yai Istad Djanawi yang merasa punya gawe, namun sebuah peradaban baru telah tumbuh, yaitu seluruh lembaga dalam YPP. Miftahul Qulub terlibat langsung pada pelaksanaan haul beliau yang diikuti oleh masyarakat luas.

Peradaban Haul Agung YPP. Miftahul Qulub Tawar terus berkembang pesat karena masyarakat Tawar dan sekitarnya, alumni, wali santri, dan sebagian santri peserta pengajian rutin malam Jum’at Legi berkeinginan untuk ditempati majelis khotmil quran atas biaya sendiri dengan maksud menyertakan kirim doa untuk ahli kubur mereka dengan haulnya Hadlratussyaikh Mbah Yai Istad Djanawi, sedangkan pelaksanaannya dikoordinir oleh Panitia Haul Agung YPP. Miftahul Qulub. Kemudian majelis khotmil quran pada siang hari yang pada awalnya kurang dari 10 majelis maka pada tahun 1997 menjadi 170 majelis, dan setiap tahun selalu bertambah, sehingga pada pelaksanaan Haul Agung Hadlratussyaikh Mbah Yai Istad Djanawi ke-62 pada tahun 2019 kemarin mencapai 2036 Majelis Khotmil Quran, kemudian pada malam harinya diteruskan dengan pengajian umum yang dihadiri oleh sekitar 15.000 orang.

Motivasi Ziarah Menurut Syekh An Nawawi al Bantani

1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua

Fadilah

Makam KH. Istad Djanawi banyak dikunjungi para peziarah dan santri. Tak hanya datang dari wilayah Mojokerto saja. Banyak peziarah yang datang dari luar kota dan bahkan dari luar Jawa yang berziarah di makam beliau yang berada di Komplek Pemakaman keluarga di pesantren Miftahul Qulub, Mojokerto.

Ada keyakinan dari masyarakat dan santri yang datang ke sana bahwa dengan berziarah, berdoa dan bertawassul di makamKH. Istad Djanawi, dimudahkan dalam rezekinya, dimudahkan dalam hajatnya, dan dimudahkan dalam mendapatkan keturunan anak sholeh dan sholehah

Peninggalan

Pondok Pesantren
Berawal Kyai Istad Djanawi pada tahun 1947 memulai langkah perjuangan dakwahnya untuk mengisi kemerdekaan dengan mengijazahkan Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah sebagai media spiritual (Suluk) seorang hamba kepada Sang Pencipta, atas Ijazah ke-Mursyid-an dari KH. Umar (Mbah Sri) Curahmalang Sumobito Jombang. Sebelum itu pada awal abad 20, Desa Tawar hanya merupakan sebuah kampung kecil yang sepi dalam teretorial pemerintahan Hindia-Belanda.

Pada saat itu Kyai Imam Burhani (mertua Kyai Istad Djanawi) yang wafat pada sekitar tahun 1919, berusaha meramaikan dusun ini dengan aktifitas dakwah berupa mengajar al-Quran di musholla (Langgar Gladhak) yang berada di atas tanah miliknya.

Pada hari Jumat Legi 22 Agustus 1947 M / 05 Syawal 1366 H jam 14.00 WIB.. Kyai Istad Djanawi juga mendirikan lembaga pendidikan Madrasah yang sebagian besar pembelajarannya menggunakan mata pelajaran yang berbasis pada kitab-kitab Salafi (klasik) dan dibagi mejadi empat kelas, yaitu kelas masjid, Ndalem Kyai Istad, Ndalem Kyai Ahmad, dan rumah Gandhok, dengan tujuan menertibkan pendidikan para pemuda pemudi dusun Tawar dan sekitarnya yang setiap hari datang bermalam sebagai santri Kalong (sore datang pagi pulang) untuk mengikuti pengajian Bandongan (ustadz menerangkan sebuah kitab dan murid mendengarkan).

Dan mushola ini akhirnya diperbesar oleh Kyai Istad Djanawi dan diubah menjadi sebuah masjid yang sebagian dindingnya berupa Gebyok (papan kayu) dan Gedhek (anyaman bambu) untuk memulai pijakan langkah dakwahnya. Seiring berjalan waktu tahun 1953, beliau membangun gedung madrasah tiga local di sebelah timur masjid.

Semakin lama madrasah mengalami peningkatan dengan indikatoar bertambahnya peserta didik, sehingga kyai Istad merasa tua untuk mengelolanya  dan tongkat estafet di pegang oleh Kyai Sulaiman Afandi selaku putra kedua beliau.

Oleh-oleh

Oleh-oleh yang bisa dibawa pulang usai ziarah di Mojokerto di antaranya:
Kerupuk Rambak, Onde-Onde, Sate Bangil, Sate Keong, Sinom, Kerupuk Upil, Keciput Wijen, Kerupuk Memble.