Tradisi Keumaweuh #3: Syukuran Hari Kehamilan Sang Ibu

 
Tradisi Keumaweuh #3: Syukuran Hari Kehamilan Sang Ibu

LADUNI. ID, BUDAYA- Masyarakat Aceh memberi prioritas kepada kesehatan ibu hamil dan anak. Keduanya merupakan tumpuan harapan yang sangat menentukan pertumbuhan, perkembangan dan penerusan generasi Aceh ke depan.

Oleh karena itu, setiap ibu hamil di sambut gembira oleh keluarga suami–istri dan diberikan spirit serta diciptakan kondisi yang menyenangkan. 

Masyarakat Aceh dapat memahami pengaruh besar psikologis ibu hamil terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak dalam kandungan.

Dengan ini lahirlah petuah–petuah dan pantangan–pantangan yang bertujuan menjaga kehamilan terpelihara dan selamat sampai melahirkan.

Tradisi yang demikian dalam masyarakat Aceh di kenal dengan Keumaweuh. Seremonial itu  merupakan tradisi tujuh bulanan di aceh. 

Tradisi keumaweuh dilakukan pada saat seorang istri sudah memasuki tujuh bulan atau 28 minggu usia kehamilan anak yang pertama. Tradisi keumaweuh ini sudah dilakukan secara turun temurun dari zaman dulu sampai sekarang.

Sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Aceh khususnya keluarga suami pada saat acara keumaweuh untuk mengantarkan nasi dan buah-buahan bagi istri yang sedang hamil anak pertama. 

Syukuran keumaweuh juga bisa dikatakan sebagai acara terima kasih dan syukur kepada Maha Pencipta karena diberi rezeki dengan bertambahnya anggota keluarga yang baru atau juga sang istri sedang mengandung. Namun tradisi keumaweuh Cuma di adakan pada saat istri mengandung anak pertama

Secara antropologis, kehamilan adalah simbol fertilitas dan penanda lahirnya sebuah generasi baru yang harus disambut dengan seksama. Seperti juga dalam kebudayaan Jawa, tradisi tujuh bulanan (seunujoh) di Aceh disambut dengan acara makan-makan (peunajoh).

Sedapat mungkin dibuat meriah, apalagi jika menyambut anak pertama. Sebutan dalam bahasa Aceh untuk anak pertama dari putera laki-laki tertua adalah “menyambut putra mahkota” (seumambot aneuk raja).

*Helmi Abu Bakar ellangkawi, Penggiat Literasi asal Dayah MUDI samalanga, dihimpun dari berbagai sumber