Tahun 645 M: Kebijakan Khalifah Utsman yang Menuai Kontroversi di Mata Masyarakat Islam

 
Tahun 645 M: Kebijakan Khalifah Utsman yang Menuai Kontroversi di Mata Masyarakat Islam
Sumber Gambar: Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: Laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Utsman bin Affan, sebagai Khalifah ketiga umat Islam, turut menerapkan kebijakan dan peraturan dalam pengelolaan umat Islam, sebagaimana halnya yang dilakukan oleh para pendahulunya.

Khalifah Abu Bakar dikenal akan fokusnya pada ekspansi wilayah kekuasaan Islam, sementara Khalifah Umar, meskipun meneruskan upaya ekspansi tersebut, juga mengenalkan gagasan baru dengan memperbaiki administrasi umat Islam, seperti pendirian Baitul Mal dan inisiatif lainnya.

Ketika kita merenungkan masa lalu Islam, tak terhindarkan untuk menghormati peran Khalifah Utsman bin Affan. Dikenal karena kebijaksanaannya dan ketegasannya, Utsman menjadi sosok yang dihormati dalam sejarah Islam.

Namun, sejarah tidak selalu melulu tentang keberhasilan dan pengakuan. Di balik keberhasilannya, Khalifah Utsman juga dikenal karena kebijakan-kebijakan yang memicu kontroversi di kalangan masyarakat Islam. Kendati Utsman berusaha memimpin dengan baik.

Salah satu kebijakan kontroversi yang dibuat Khalifah Utsman adalah mengangkat keluarga terdekat beliau menjadi pejabat-pejabat negara pada masa itu.

Sebenarnya hal ini merupakan masalah yang sangat ditakuti oleh khalifah Umar sebelumnya. Beliau sangat takut akan kembalinya semangat Ashabiyah (nepotisme) Kesukuan dikalangan umat Islam. Padahal Islam sudah hampir berhasil menumpas sifat Ashabiyah bangsa Arab saat itu.

Pendapat Khalifah Umar ini tidaklah terbangun tanpa landasan yang kokoh. Beliau benar-benar mengantisipasi kemungkinan munculnya fanatisme yang amat kuat pada masa tersebut. Apabila seorang pemimpin memberikan celah kepada anggota keluarganya untuk memperoleh keuntungan yang tidak seharusnya, maka dampak yang dihasilkan dapat menjadi sangat berbahaya bagi stabilitas dan keadilan.

Benar saja apa yang sangat ditakutkan oleh Khalifah Umar menjadi sebuah kenyataan. Tepat setahun setelah pembaiatan Utsman bin Affan menjadi khalifah ketiga masyarakat muslim, beliau melakukan pergantian beberapa pejabat daerah yang berada dibawah pemerintahannya.

Beberapa contoh di antaranya:

Gubernur daerah Kufah yang awalnya dipegang oleh Sa’ad bin Abi Waqqash dilengserkan dan diganti dengan saudara seibu Khalifah Utsman, yaitu Walid bin Uqbah. Kemudian gubernur Bashrah yang dipegang oleh Abu Musa Al-Asy’ari diberhentikan dan diganti dengan anak dari pamannya Khalifah Utsman yaitu Abdullah bin Ameer. Lalu Khalifah Utsman juga memberhentikan gubernur Mesir, yaitu Amr bin Ash diganti dengan Abdullah bin Sa’ad bin Abi Sarh.

Selanjutnya, Khalifah Utsman menunjukkan perlakuan istimewa terhadap Muawiyah bin Abu Sufyan, yang saat itu memegang jabatan penting sebagai Gubernur Syam. Khalifah Utsman menambah wilayah kekuasaan Muawiyah , yang meliputi wilayah Lebanon, Palestina, Yordania, dan Hornas, juga memberikan kebebasan otonomi yang signifikan, menjadikan wilayah-wilayah tersebut tidak lagi terikat secara langsung dengan pusat kekuasaan di Madinah.

Tidak hanya itu, beliau juga menunjukkan dukungan kepada keluarga dekatnya dengan mengangkat salah satu saudara sepupunya, yakni Marwan bin Hakam, sebagai sekretaris negara. Mengenai hal ini beberapa penulis sejarah menyebutnya dengan Umayyanisasi pejabat.

Walaupun kebijakan Khalifah Utsman tersebut sangat kontroversi, kita harus tetap husnudzon kepada beliau. Hal ini disebabkan oleh kedudukan beliau sebagai salah satu dari As-Sabiqunal Aw-Walun, yaitu para sahabat yang pertama-tama memeluk Islam, dan sudah dijamin masuk surga oleh Rasulullah SAW.

Khalifah Utsman juga memiliki kedekatan khusus dengan Rasulullah SAW sebagai salah satu mantu beliau yang menikahi dua putrinya, yang menjadikan beliau dikenal dengan julukan Dzunnuraina (pemilik dua cahaya). Selain itu, jasa-jasa beliau selama masa dakwah Rasulullah SAW sangatlah besar. Beliau rela mengorbankan harta benda dan sumber daya lainnya demi kemajuan agama Islam. Dedikasi beliau dalam menyokong perjuangan Islam telah memberikan sumbangan yang tak ternilai dalam penyebaran dan pembelaan agama.

Salah satu prestasi gemilang yang diwariskan oleh Usman bin Affan kepada umat Islam sepanjang sejarah adalah upayanya untuk menyatukan variasi bacaan Al-Quran dengan penyusunan Mushaf Al-Quran yang menggunakan standar bacaan tunggal. Langkah ini tidak hanya menciptakan konsistensi dalam pembacaan Al-Quran, tetapi juga menghilangkan perbedaan dan potensi konflik yang mungkin muncul akibat variasi tersebut.

Mushaf Al-Quran yang dihasilkan dari upaya ini dikenal sebagai Mushaf Usmani, yang menjadi standar utama dalam membaca dan mempelajari Al-Quran bagi umat Islam di seluruh dunia. Dengan keberhasilan ini, Usman bin Affan memberikan sumbangan yang tak ternilai dalam penyatuan umat Islam melalui harmonisasi bacaan Al-Quran.

Prestasi lain dari Khalifah Utsman adalah pembangunan armada laut pertama dalam sejarah Islam. Langkah ini diambil sebagai respons strategis terhadap kebutuhan zaman yang semakin menuntut. Dengan berkembangnya perdagangan dan ekspansi wilayah, perlindungan jalur perdagangan maritim menjadi esensial bagi stabilitas ekonomi dan politik kekhalifahan.

Dengan demikian, pembentukan armada angkatan laut oleh Utsman bin Affan tidak hanya merupakan langkah praktis dalam menjaga keamanan perdagangan, tetapi juga mencerminkan kesadaran strategis beliau terhadap tuntutan dan perubahan zaman.[]


Sumber:

1. Buku Usman bin Affan: Antara Kekhalifahan dengan Kerajaan karya Muhammad Husain Haekal (Terjemah oleh Litera AntarNusa).

2. Tesis yang ditulis oleh Muhammad Arif, (UIN Alauddin Makassar), PEMERINTAHAN KHALIFAH USMAN BIN AFFAN (Analisis Historis Sebab-Sebab Munculnya Pemberontakan), 2015

----------------

Penulis: Muhammad Iqbal Rabbani

Editor: Kholaf Al Muntadar