Hukum Laki-Laki dan Perempuan Bershalawat dalam Satu Majlis

 
Hukum Laki-Laki dan Perempuan Bershalawat dalam Satu Majlis
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Hukum bersholawat dalam satu majlis bagi seorang pria dan wanita merupakan topik yang telah menjadi subjek perdebatan di kalangan ulama dan masyarakat Islam. Beberapa ulama menyatakan bahwa bersholawat bersama-sama antara pria dan wanita dalam satu majlis tidak diperbolehkan karena dapat membuka pintu kepada hal-hal yang tidak diinginkan, seperti terjadinya pergaulan bebas atau adanya godaan syahwat di antara mereka. Mereka mengacu pada prinsip-prinsip menjaga batas-batas pergaulan antara pria dan wanita dalam Islam untuk mencegah terjadinya kemungkaran.

Di sisi lain, ada juga pendapat ulama yang membolehkan bersholawat bersama-sama antara pria dan wanita dalam satu majlis dengan syarat menjaga batas-batas kesopanan dan kehormatan. Mereka menekankan pentingnya niat yang tulus dan tujuan yang baik dalam melaksanakan ibadah bersama-sama, serta menjaga adab-adab yang sesuai dalam interaksi antara pria dan wanita. Namun demikian, mereka juga menyarankan agar dalam hal ini, lebih baik menerapkan prinsip kehati-hatian untuk menghindari terjadinya fitnah atau kesalahpahaman.

Bagi sebagian ulama, memperbolehkan bersholawat antara pria dan wanita dalam satu majlis bisa saja dikecualikan dalam kondisi-kondisi tertentu, seperti dalam acara-acara keagamaan yang diawasi dengan ketat oleh pihak yang berwenang atau dalam konteks pembelajaran agama yang dijalankan dengan tujuan dakwah dan kebaikan umat. Namun demikian, tetap diperlukan pengendalian dan pengawasan yang ketat agar tidak terjadi penyalahgunaan dalam pelaksanaannya.

Dalam menyikapi perbedaan pendapat ini, penting bagi umat Islam untuk merujuk kepada otoritas keagamaan yang dihormati dan memperhatikan konteks serta kondisi yang ada dalam melaksanakan ibadah bersama-sama antara pria dan wanita. Mengedepankan kehati-hatian dan menjaga prinsip-prinsip kesopanan serta kehormatan dalam berinteraksi antara sesama manusia, termasuk antara pria dan wanita, merupakan bagian dari nilai-nilai yang diajarkan dalam ajaran Islam. Dengan demikian, dalam hal bersholawat dalam satu majlis antara pria dan wanita, penting untuk mempertimbangkan dengan cermat agar tidak menimbulkan kemungkinan terjadinya fitnah atau pelanggaran terhadap nilai-nilai agama yang dijunjung tinggi.

Namun ada sebagian pendapat yang membolehkan dengan alasan hanya berpandangan wajah saja dan aman dari fitnah, karena menurut Imam Al-Asnawiy boleh melihat wajah dan telapak tangan wanita ajnabiyah bila aman dari fitnah. Begitu juga boleh orang perempuan melihat badan laki-laki ajnabiy selain anggota antara pusar dan lutut bila aman dari fitnah. Yang dimaksud fitnah di sini adalah daya tarik yang bisa menyebabkan zina dan perantaranya. 
- Kitab Majmu’ Syarah Muhadzdzab Juz 4 Halaman 484:

(الشرح) حديث جابر رواه أبو داود والبيهقي وفى إسناده ضعف ولكن له شواهد ذكرها البيهقى وغيره ويغنى عنه حديث طارق بن شهاب السابق والاجماع فقد نقل ابن المنذر وغيره الاجماع أن المرأة لا جمعة عليها وقوله ولانها تختلط بالرجال وذلك لا يجوز لبس كما قال فانها لا يلزم من حضورها الجمعة الاختلاط بل تكون وراءهم وقد نقل ابن المنذر وغيره الاجماع علي انها لو حضرت وصلت الجمعة جاز وقد ثبتت الاحاديث الصحيحة المستفيضة أن النساء كن يصلين خلف رسول الله صلي الله عليه وسلم في مسجده خلف الرجال ولان اختلاط النساء بالرجال إذا لم يكن خلوة ليس بحرام

وقول ألأسنوي تبعا للروضة الصواب حل النظر الى الوجه والكفين عند أمن الفتنة ضعيف

إعانة الطالبين ٣/٢٥٩

وعبارة المنهاج والأصح جواز نظرالمرأة الى بدن أجنبي سوى ما بين سرته وركبته ان لم يخف فتنة.

الفتاوى الكبرى لإبن حجر ١/٢٠٣

.والمراد بالفتنة الزنا ومقدماته من النظر والخلوة واللمس وغير ذلك.

Wallahu A'lam. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 5 Maret 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.
__________________
Editor: Kholaf Al Muntadar