Hikmah Ibadah Shalat dalam Kehidupan Sehari-hari

 
Hikmah Ibadah Shalat dalam Kehidupan Sehari-hari
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Secara bahasa kata shalat berasal dari Bahasa Arab yang memiliki arti, doa. Sedangkan, menurut istilah, shalat bermakna serangkaian kegiatan ibadah khusus atau tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Seluruh Muslim di dunia ini sepakat tanpa ada perbedaan mengenai kewajiban shalat. Sejak kecil orang tua telah mengajarkan anak-anaknya untuk mendirikan shalat. Perintah Allah SWT dalam Al-Qur'an, “Wa aqimus shalata," "dan dirikanlah shalat!” terasa sudah lekat di otak kita masing-masing. Tapi ada satu hal yang perlu dikaji lebih dalam, mengapa Allah SWT menggunakan lafadh aqimu (dirikanlah) bukan shallu (shalatlah)?

Imam Al-Muhasibi mengingatkan kita semua dalam kitabnya Risalatul Mustarsyidin, beliau mengatakan:

وَقُمْ بَيْنَ يَدَيْه فِي صَلَاتِكَ جُمْلَةً

“Dirikanlah shalat di hadapan Allah SWT dengan seluruhnya.” 

Abdul Fattah Abu Guddah memberi penjabaran mengenai nasihat Al-Harits Al-Muhasibi di atas, bahwa yang dimaksud dengan mendirikan shalat seluruhnya adalah jika engkau mendirikan shalat dengan seluruh jiwa raga, yang terdiri dari jiwa, hati dan akal, seraya menyempurnakan bentuk dan adab dalam shalat, maka makna inilah yang dimaksud dari mendirikan shalat.

Abdul Fattah Abu Guddah mengatakan dalam komentarnya atas Kitab Risalatul Mustarsyidin, sebagaimana berikut ini:

وَإِقَامَةُ الصَّلَاةِ مَعْنَاهَا أَدَاؤُهَا كَامِلَةُ الْأَرْكَانِ وَالشُّرُوْطِ الظَّاهِرَةِ وَالْبَاطِنَةِ

“Mendirikan shalat maknanya adalah melaksanakan secara sempurna rukun-rukun dan syarat-syarat yang lahir dan batin.”

Jika seseorang telah mendirikan shalat dengan makna seperti yang disebutkan di atas, maka shalatnya akan membuahkan hasil. Dan untuk mendapatkan hasil tersebut, seseorang yang mendirikan shalat harus melengkapi rukun dan syarat yang lahir dan yang batin.

Maka perkara lahir yang mesti disempurnakan adalah berupa ketenangan diri dan khusyuk di dalam sujud dan rukuk, serta berusaha memahami dan memperhatikan bacaan shalat yang berupa dzikir, doa dan yang lainnya.

Adapun perkara batin yang harus disempurnakan adalah dengan menghadirkan rasa takut kepada Allah, dan menghadirkan sifat ihsan ketika shalat, artinya ia beribadah seakan-akan Allah melihatnya, namun  jika tak bisa juga, maka sesungguhnya Allah melihatnya. Tatkala ia dapat menghadirkan rasa ini, kesibukan apapun tak kan terlintas di benaknya, sebab keagungan Allah telah menyelimutinya.

Makna shalat inilah yang dimohon pertama kali oleh Nabi Ibrahim AS dari Allah SWT bagi keluarganya, Nabi Ibrahim AS berdoa:

رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ

“Ya Tuhanku, Jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan Kami, terimalah doaku.” (QS. Ibrahim: 40)

Begitu pula, Allah memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk mengajak keluarganya mendirikan shalat dengan makna seperti di atas, serta sabar menghadapi kesulitan dalam melaksanakannya, sebagaimana yang terdalam firman berikut ini:

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى

“Perintahkanlah keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS. Thaha: 132)

Sebagaimana disebutkan di atas, shalat yang sempurna akan membuahkan hasil. Di antara hasil shalat yang baik adalah tercegahnya seseorang dari kelakuan maksiat dan buruk.

Allah SWT berfirman:

وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

“Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya daripada ibadah-ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Ankabut: 45)

Begitu pula, dengan shalat yang sempurna itu seseorang akan tahan dari cobaan yang menerpanya, serta menghalau segala masalah dengan hati yang tenang. Disebutkan dalam Surat Al-Baqarah ayat 153:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”

Dan masih banyak nilai berharga yang didapatkan dari shalat yang sempurna. Maka jangan heran jika banyak orang bertanya, “mengapa orang Islam shalat lima waktu namun tidak semua dari mereka baik perangai dan perbuatannya?” Jawabannya adalah karena mereka melaksanakan shalat masih berupa amalan lahirnya saja, belum mendirikan shalat yang sesungguhnya sebagaimana yang dijelaskan di atas.

Semoga kita dapat mengamalkan ibadah shalat dengan sempurna dalam keseharian kita. Dan semoga ibadah shalat lima waktu yang kita kerjakan setiap hari membuahkan hasil yang bermanfaat bagi diri sendiri, maupun orang lain, di dunia maupun di akhirat. Amin. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 27 Juli 2021. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Editor: Hakim