Keraguan dalam Menyembah Allah

 
Keraguan dalam Menyembah Allah
Sumber Gambar: Foto (ist)

Laduni.ID, Jakarta - Implementasi dari iman adalah terbentuknya pribadi yang bertakwa kepada Allah SWT dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dan menjadikan diri kita sebagai hamba yang hanya menyembah Allah SWT. Namun demikian, dalam realitas kehidupan banyak kita temukan orang dengan tingkat keimanan yang berbeda-beda. Diantara orang-orang beriman tentu ada manusia yang menyembah Allah dengan sikap keraguan dan keyakinan yang tidak utuh yaitu orang yang menyembah Allah dengan syarat seperti ketika ia diberikan kebahagiaan maka ia akan percaya dan yakin atas kekuasaan Allah, sebaliknya jika ia diberikan cobaan atau musibah ia tidak mempercayai kekuasaan Allah. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-Hajj ayat 11 sebagai berikut:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّعْبُدُ اللّٰهَ عَلٰى حَرْفٍۚ فَاِنْ اَصَابَهٗ خَيْرُ ِۨاطْمَـَٔنَّ بِهٖۚ وَاِنْ اَصَابَتْهُ فِتْنَةُ ِۨانْقَلَبَ عَلٰى وَجْهِهٖۗ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةَۗ ذٰلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِيْنُ

"Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi, maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata"

Baca Juga: Kesempurnaan Iman dan Amalan Meningkatkan Iman

Ayat di atas menjelaskan bahwa ada diantara manusia yang menyembah Allah SWT tidak dengan penuh keyakinan. Saat memperoleh kebahagiaan dan kesenangan, Ia akan memercayai adanya kekuasaan Allah SWT, tetapi ketika ditimpa cobaan, ia akan berbalik dan tidak memercayai adanya kekuasaan Allah SWT. Maka orang-orang yang seperti itu merupakan orang-orang yang merugi, baik di dunia maupun di akhirat.

Asbabun Nuzul dari QS. Al-Hajj ayat 11 sebagai berikut:

1. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari yang bersumber dari Ibnu 'Abbas bahwa ada seorang laki-laki datang ke Madinah, kemudian memeluk Islam. Ia memuji agamanya apabila istrinya melahirkan anak laki-laki dan kudanya berkembang biak. Namun ia mencaci maki agamanya apabila istrinya tidak melahirkan anak laki-laki dan kudanya tidak berkembang biak.

2. Diriwayatkan oleh Ibnu Marduwaih dari ‘Athiyah yang bersumber dari Ibnu Mas’ud bahwa seorang Yahudi masuk Islam, kemudian menjadi buta, harta bendanya habis, serta anaknya mati. Ia menganggap bahwa agama Islamlah yang menyebabkan dirinya sial. Ia berkata: "Aku tidak pernah mendapatkan kebaikan dari agama ini".

Ayat ini ditafsirkan oleh beberapa ulama sebagai berikut:

1. Tafsir Ibnu Katsir

قال مجاهد ، وقتادة ، وغيرهما : ( على حرف ) : على شك .

وقال غيرهم : على طرف . ومنه حرف الجبل ، أي : طرفه ، أي : دخل في الدين على طرف ، فإن وجد ما يحبه استقر ، وإلا انشمر .

وقال البخاري : حدثنا إبراهيم بن الحارث ، حدثنا يحيى بن أبي بكير ، حدثنا إسرائيل ، عن أبي حصين ، عن سعيد بن جبير ، عن ابن عباس ( ومن الناس من يعبد الله على حرف ) قال : كان الرجل يقدم المدينة ، فإن ولدت امرأته غلاما، ونتجت خيله ، قال : هذا دين صالح . وإن لم تلد امرأته ، ولم تنتج خيله قال : هذا دين سوء .

Mujahid, Qatadah dan selain keduanya berkata: ‘عَلَى حَرْفٍ ("Berada di tepi,") yaitu di atas keraguan.” Sedangkan selain mereka berkata: "Yaitu berada di atas tepi, di antaranya ialah, yaitu tepi gunung". Yakni, dia masuk ke dalam agama di tepinya, jika ia mendapatkan apa yang disenanginya maka dia tetap berada di dalamnya, dan jika tidak (disenanginya) dia pun berlalu.

Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnul Haris, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abu Bukair, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abul Husain, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya (Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi), Dahulu seorang lelaki datang ke Madinah Jika istrinya melahirkan bayi laki-laki serta kudanya beranak pula, maka ia mengatakan bahwa Islam adalah agama yang baik (membawa keberuntungan). Tetapi jika istrinya tidak melahirkan serta kudanya tidak melahirkan juga, maka ia mengatakan bahwa Islam adalah agama yang buruk (pembawa kesialan).

Mujahid berkata tentang firman-Nya: انقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ ("Berbaliklah ia ke belakang") yaitu kembali kepada kekafiran.  Firman-Nya: خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ ("Rugilah dia di dunia dan di akhirat") yaitu, dia tidak meraih apa pun di dunia, sedangkan di akhirat saat dia berada dalam kekufuran kepada Allah Yang Mahaagung, maka dia berada di dalam puncak kecelakaan dan kehinaan. Untuk itu Allah Ta’ala berfirman: ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ ("Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata") yaitu sebuah kerugian yang besar.

Baca Juga: Iman dan Tingkatannya Menurut Para Ulama

2. Tafsir Jalalain
 وَمِنَ النَّاسِ مَن يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ (Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi) ia ragu di dalam ibadahnya itu. Keadaannya diserupakan dengan seseorang yang berada di tepi bukit, yakni ia tidak dapat berdiri dengan tetap dan mantap, فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ (maka jika ia memperoleh kebaikan) maksudnya kesehatan dan kesejahteraan pada diri dan harta bendanya اطْمَأَنَّ بِهِ ۖ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ (tetaplah ia dalam keadaan itu dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana) cobaan pada hartanya dan penyakit pada dirinya انقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ (berbaliklah ia ke belakang) ia kembali menjadi kafir.

خَسِرَ الدُّنْيَا (Rugilah ia di dunia) disebabkan terlepasnya semua apa yang ia harapkan dari dunia وَالْآخِرَةَ (dan di akhirat) disebabkan kekafirannya itu. ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ (Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata) jelas ruginya.

3. Tafsir Al-Misbah M. Quraish Shihab
Ada kelompok ketiga, yaitu orang yang belum kuat imannya. Keyakinannya masih goncang dan dikuasai oleh maslahat-maslahat pribadi. Orang seperti ini, apabila mendapatkan kebaikan, akan merasa tenang dan bahagia. Sebaliknya, apabila dirinya, hartanya atau anaknya ditimpa kesulitan, akan kembali kepada kekafiran.

Dengan begitu, orang ini di dunia akan merugi karena telah kehilangan nyamannya keyakinan kepada ketentuan Allah. Di akhirat pun ia akan merugi karena tidak mendapatkan pahala yang telah dijanjikan Allah kepada orang-orang Mukmin yang sabar dan kokoh imannya. Kerugian ganda itu adalah kerugian yang sebenarnya dan nyata.

Wallau A'lam


Sumber:
1. Dikutip dari berbagai sumber