Dua Ulama yang Selalu dalam Pengawasan Jepang

 
Dua Ulama yang Selalu dalam Pengawasan Jepang
Sumber Gambar: ruangguru.com

Laduni.ID, Jakarta - Pada masa Jepang dulu, ada dua ulama besar yang harus mendapat pengawasan khusus. Jepang melakukan pengawasan tersebut setelah keduanya dibebaskan karena memang tidak terbukti bersalah atas beberapa keselahan yang dituduhkan.

Adapun kedua ulama itu adalah Habib Ali Alhabsyi Kwitang dan Kyai Hasyim Asy'ari Jombang. Kepada Habib Ali, pemerintah Jepang menugaskan Abdul Muniam Inada. Sementara kepada Kyai Hasyim Asy'ari, Jepang menugaskan Abdul Hamid Nobura Ono, yang kedua utusan tersebut adalah Muslim.

Dari pengawasan yang dilakukan mereka itu, Jepang mendapatkan informasi atas kegiatan yang dilakukan oleh kedua ulama tersebut. Hal yang juga sangat penting dari mereka yang ditugaskan itu adalah bahwa kedua ulama bisa mengirim pesan kepada pemerintah Jepang. Salah satunya adalah dengan memberikan kebebasan hak beribadah kepada umat Islam Indonesia. Lebih daripada itu, Habib Ali meminta kepada pemerintah Jepang agar diizinkan khutbah Jumat di setiap masjid dengan memakai bahasa Indonesia.

Habib Ali Alhabsyi Kwitang adalah seorang ulama terkemuka yang dikenal karena kecintaannya pada Islam yang damai dan pendekatannya yang penuh kasih dalam menyebarkan ajaran agama. Dilahirkan di Jakarta, Indonesia, Habib Ali tumbuh dalam keluarga ulama yang terkenal di wilayah tersebut. Dari usia muda, ketertarikannya pada ilmu agama sangat kuat, dan ia belajar di bawah bimbingan beberapa ulama terkemuka pada masanya.

Pendidikan formalnya di bidang agama Islam memperdalam pemahamannya tentang ajaran Islam serta memberinya landasan yang kuat dalam menyebarkan ajaran tersebut. Namun, yang membuatnya dikenal luas adalah sikapnya yang ramah dan kedermawanan yang ditunjukkan kepada siapa pun yang datang mencarinya. Habib Ali dikenal sebagai sosok yang senantiasa memberikan nasihat yang bijaksana dan menginspirasi kepada para pengikutnya.

Selain menjadi guru spiritual bagi banyak orang, Habib Ali juga aktif dalam berbagai kegiatan amal dan sosial. Dia terlibat dalam berbagai inisiatif untuk membantu mereka yang membutuhkan, baik melalui bantuan materi maupun bantuan moral. Kehadirannya tidak hanya dirasakan di komunitas tempat tinggalnya, tetapi juga merambah ke wilayah-wilayah lain di Indonesia, bahkan hingga mancanegara.

Meskipun telah tiada, warisan Habib Ali tetap hidup melalui institusi dan organisasi yang ia dirikan selama hidupnya. Pengaruhnya terus terasa dalam kegiatan-kegiatan keagamaan dan kemanusiaan yang dilakukan oleh pengikut dan penerusnya. Habib Ali Alhabsyi Kwitang tetap diingat sebagai sosok yang membawa cinta, kedamaian, dan kebijaksanaan dalam menjalani kehidupan serta menyebarkan ajaran Islam.

Sosok selanjutnya juga terdapat Kyai Hasyim Asyari, ia dikenal sebagai salah satu ulama terkemuka yang berperan penting dalam memimpin dan mengembangkan pesantren di Indonesia, khususnya di Jawa Timur. Ketika masih muda, Kyai Hasyim belajar di bawah bimbingan ayahnya, Kyai Asy'ari, yang juga seorang ulama terkemuka. 

Sejak dini, Kyai Hasyim Asyari telah menunjukkan minat dan bakatnya dalam bidang keagamaan. Ia memperdalam ilmu agama Islam di berbagai pesantren ternama, seperti pesantren Tebuireng di Jombang yang kemudian menjadi pusat kegiatan intelektual dan spiritualnya. Di pesantren ini, Kyai Hasyim tidak hanya belajar ilmu agama, tetapi juga memperoleh pendidikan formal yang kuat dalam ilmu pengetahuan umum, seperti bahasa Arab, filsafat, dan sejarah.

Dalam perjalanannya sebagai seorang ulama, Kyai Hasyim Asyari memiliki peran yang signifikan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ia aktif dalam organisasi Islam, terutama Nahdlatul Ulama (NU), yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan. Sebagai salah satu pendiri NU, Kyai Hasyim turut memainkan peran penting dalam membangun kesadaran nasionalisme dan perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia.

Pada 1952, Kyai Hasyim Asyari wafat, meninggalkan warisan yang besar bagi masyarakat Indonesia. Perjuangannya dalam memperjuangkan kemerdekaan, serta kontribusinya dalam pengembangan pendidikan dan spiritualitas Islam di Indonesia, membuatnya dihormati sebagai salah satu tokoh terkemuka dalam sejarah bangsa. Jasa-jasanya tidak hanya diakui oleh masyarakat Jawa Timur, tetapi juga oleh seluruh Indonesia. Wallahu A'lam. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 16 April 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.
__________________
Editor: Kholaf Al Muntadar