Mengelola Manajemen Marah Zaman Now ala Rasulullah dan Rumus ABCD

 
Mengelola Manajemen Marah Zaman Now ala Rasulullah dan Rumus ABCD

LADUNI.ID, Aceh -Salah satu sifat yang sering muncul dalam kehidupan kita dinamakan dengan marah. Terlebih zaman now pasca pesta demokkrasi kerap terlihat di medsos melampiaskan kemarahan via dunia maya itu bahkan kerap terdengar juga efek kemarahan yang diberitakan oleh media dan pembicaraan orang dari mulut ke mulut.

Menyikapi fenomena ini, baginda Nabi memerintahkan orang yang sedang marah untuk melakukan berbagai cara yang dapat menahan dan meredakan amarahnya. Dan beliau memuji orang yang dapat mengendalikan dirinya ketika marah.

Orang yang marah hendaklah melakukan hal-hal berikut:
1. Berlindung kepada Allah dari godaan setan dengan membaca A’udzubillahiminasysyaithaanirrajiim. (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk).
2. Mengucapkan kalimat-kalimat yang baik, berdzikir, dan istighfar.
3. Hendaklah diam, tidak mengumbar amarah. (HR. Ahmad)
4. Dianjurkan berwudhu’.
5. Merubah posisi, apabila marah dalam keadaan berdiri hendaklah duduk, dan apabila marah dalam keadaan duduk hendaklah berbaring. (HR. Ahmad)
6. Jauhkan hal-hal yang membawa kepada kemarahan.
7. Berikan hak badan untuk beristirahat.
8. Ingatlah akibat jelek dari amarah.
9. Ingatlah keutamaan orang-orang yang dapat menahan amarahnya.

Islam mengambarkan kekuatan sesorang itu mampu mengendalikan diri saat marah hadir dalam dirinya. Ini sebagaimana di sebutkan dalam hadist berbunyi: 

“Orang yang kuat itu bukanlah yang pandai bergulat, tetapi orang yang kuat ialah orang yang dapat mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari Muslim)

Memperkuat argumen diatas, dalam hadist yang lain, Rasulullah SAW juga bersabda:
“Barangsiapa menahan amarah padahal ia mampu melakukannya, pada hari Kiamat Allah akan memanggilnya di hadapan seluruh makhluk, kemudian Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang ia sukai.” (HR. Ahmad)

Ingatlah amarah itu ibarat anak panah yang melesat dan tidak mungkin ditarik lagi. Ucapanmu yang menyakitkan akan menancap sekuat paku, sekalipun sudah dilepas dengan tang, maaf memaafkan, tetap saja meninggalkan bekas

Bagaimana Mengelola Manajeman Marah?
Kita ketahui bersama kini telah berada di era 4.0 dan kehidupan serba  modern ini memang membuat segala hal menjadi lebih mudah. Namun hidup di zaman modern juga membuat manusia menjadi gampang terpicu amarah. Menurut analisa seorang psikolog dari University of Central Lancashire Dr. Sandi Mann, agresi dan amarah  yang awalnya dimiliki manusia sebagai bagian dari mempertahankan hidup kini telah berubah. Di zaman modern ini, amarah kerap "salah sasaran" dan tidak pada tempatnya. (Kompas, 2013)

Alhasil, seseorang bisa marah akibat dipicu hal sepele dan relatif tidak berhubungan dengan penyebab munculnya rasa itu. Rasa marah pun muncul pada momen-momen sepele dan tidak tepat seperti saat menunggu dokter, memakai komputer yang 'lelet,' atau kemacetan lalu lintas. Menurut Sandi, kehidupan yang nyaman di zaman modern memanjakan manusia. 

Gaya hidup nyaman juga akan memicu harapan yang tinggi. Sedikit ketidaksempurnaan bisa membuat manusia berperilaku 'merajuk' seperti anak kecil. Agar seseorang tetap sadar saat emosi, perlu ada strategi mengendalikan amarah. Albert Ellis dari Rational Emotive Behaviour Therapy menyediakan strategi mengatasi marah yang disebut metode ABCD :

 A = Activating Situation or Event : Berupaya untuk menganalisa apa yang terjadi
B = Belief System :  Apa yang dikatakan diri sendiri tentang kejadian tersebut
C = Consequence: Apa yang dirasakan dari kejadian tersebut berdasarkan keyakinan Anda
D = Dispute :   Bandingkan antara keyakinan dan harapan. Apakah harapan tersebut realistis atau irasional . Bila harapan terlalu tinggi dan tak seseuai kenyataan, tentu seseorang tak bisa marah. (Kompas,Kehidupan Modern Bikin Manusia Gampang Marah, 2013)

Meyikapi fenomena marah dan kiat mengatasinya seperti yang telah dijelaskan diatas, Bijak dan dewasanya dirimu ditentukan dan bisa dinilai dari caramu bersikap saat menghadapi sebuah masalah. Kalau ada satu masalah sudah panik dan hilang akal sehat, bagaimana bisa cari jalan keluarnya? Kalau muncul sebuah konflik tapi langsung marah-marah, nantinya masalah jadi makin rumit dan susah diselesaikan.

Kebanyakan cuma orang yang benar-benar bijak saja yang tahu kapan saat mengalah dan kapan saat untuk benar-benar bertindak menyelesaikan masalah. Memang setiap orang punya caranya sendiri dalam menyikapi sebuah permasalahan dan semoga kita tak salah melangkah saat berusaha menyelesaikan sebuah kerumitan masalah. Mari kita berserah diri kepada Allah SWT dan terus intropeksi diri menyikapi setiap permasalahan dengan dewasa dan bijaksana serta kepala dingin. Insya Allah.

 

**Helmi Abu Bakar Ellangkawi, Dikutip dari berbagai sumber.