Romo Yai Achmad Asrori Al Ishaqi R.A: Orang Thariqah Lebih Fokus Sentuhan Hubungan Ruhaniyah
LADUNI.ID, Jakarta - Seorang penderek, suatu ketika, pernah memberanikan diri matur untuk bertanya kepada Beliau RA (Hadlrotusy Syeikh Romo Yai Achmad Asrori Al Ishaqi R.A) . Lebih kurangnya seperti ini :
“Yai, saya perhatikan, di saat mahallul qiyaam, Yai itu berdiri dengan amat khusyuk. Dengan tangan yang terlipat di depan, Yai berdiam tanpa kaki atau tubuh bergerak atau bergoyang sedikitpun. Hampir seperti khusyuknya orang ketika di dalam sholat.
Sementara, saya perhatikan para jamaah yang lain, termasuk para kyai maupun habaib, yaa khusyuk, tapi tidak sediam seperti Yai itu. Masih ada yang kadang tangannya bergerak santai. Ada pula yang tolah toleh lihat sana lihat sini. Bahkan, tidak sedikit yang kaki dan tubuhnya ikut bergoyang karena mengikuti irama tabuhan terbang dan lagu bacaan sholawatnya itu.”
Sembari tersenyum, Beliau menyahut :
“Lalu kenapa?
Kan gak apa apa juga, mereka baca sholawat sambil bergerak gerak?.
Bisa jadi, itu menunjukkan bahwa hatinya senang, gembira menyambut kedatangan Rasulullah SAW.
Orang kalau hatinya senang kan lalu suka bergerak dan melantunkan lagu.
Tidak ada masalah, sebenarnya. Terkembali ke hati dan kebiasaan masing masing pribadi. Jadi tidak bisa disalahkan.”
Lantas Beliau RA meneruskan Dawuhnya :
“Tapi, kalau yang kamu tanyakan itu tentang saya, kenapa Yai koq diam atau tidak bergerak, tidak bergoyang, nahh … itu lain lagi, jawaban saya.”
“Begini yaa …. Coba kamu bayangkan sendiri lah. Bagaimana sih sikapmu ketika kamu berdiri persis di depan Gurumu?
Apa kamu masih sempat tolah toleh?
Apa kamu berani bergoyang atau menari mengikuti irama yang kamu dengar?
Enggak, kan?
Kamu diam dan dingkluk (kepala menunduk), kan? Yaa seperti itu.”
“Itu, kamu masih di depan Gurumu. Lha bagaimana kalau di depanmu itu Para Guru yang lain, lalu juga hadir Kanjeng Syeikh RA? Bahkan lalu kemudian hadir Rasulullah SAW? Apa masih sempat kamu melihat sana sini? Apa masih sempat kamu bergoyang?
Yaa sudah …. Sudah gak bisa ngomong gak bisa apa apa kalau sudah begitu … ! Iyaa kan?”
“Kenapa bisa begitu?
Karena kita ini sudah kadung dididik sebagai orang thoriqoh.
Orang thoriqoh itu lebih focus kepada sentuhan sentuhan hubungan ruhaniyah. Hubungan bathiniyyah.
Diamnya saja, kalau sudah berhadap hadapan secara bathin, berhadapan secara ruhani seperti itu, sudah sangat banyak roso yang mengalir. Itu orang thoriqoh.
Iyaa kan?”.
“Tapi, sekali lagi, kita tidak bisa menyalahkan orang lain yang tidak seperti itu. Malah salah kalau kita menyalahkan. Sebab ini urusan didikan roso, bukan soal hukum.
Kalau soal hukum, mau baca sholawat sambil menaiki bojo pun, hehehe …, gak ada masalah. Kan begitu?”
Bisakah kita mempertahankan didikan Beliau RA itu?
Barangkali, kunci jawabannya terkembali kepada pertanyaan :
Sejauh mana kita yakin dan merasa, bahwa di saat majlis berlangsung itu, sedang ada Romo YAI RA di depan kita.
#Semoga kita meneladaninya,, Aamiin Aamin YaRobbal'allamiin...
Penulis: Gus Sonifin
Kunjungi Juga
- Pasarkan Produk Anda dengan Membuka Toko di Marketplace Laduni.ID
- Profil Pesantren Terlengkap
- Cari Info Sekolah Islam?
- Mau Berdonasi ke Lembaga Non Formal?
- Siap Berangkat Ziarah? Simak Kumpulan Info Lokasi Ziarah ini
- Mencari Profil Ulama Panutan Anda?
- Kumpulan Tuntunan Ibadah Terlengkap
- Simak Artikel Keagamaan dan Artikel Umum Lainnya
- Ingin Mempelajari Nahdlatul Ulama? Silakan
- Pahami Islam Nusantara
- Kisah-kisah Hikmah Terbaik
- Lebih Bersemangat dengan Membaca Artikel Motivasi
- Simak Konsultasi Psikologi dan Keluarga
- Simak Kabar Santri Goes to Papua
Memuat Komentar ...