Pengalaman Syekh Ibnu Hajar Al-Haitami dengan Azab Kubur

 
Pengalaman Syekh Ibnu Hajar Al-Haitami dengan Azab Kubur

LADUNI. ID, Azab kubur memang sangat mengerikan dan mereka yang  belumm pernah meninggalpun yang sempat melihat dan merasakan bagaimana azab kubur itu sungguh menjadi pelajaran yang sangat berharga untuk sebagai renungan dan  intropeksi diri.

Pengalaman ini pernah di alami oleh Syekh Ibnu Hajar Al-Haitami pengarang karya momentul Tuhfah Al-Muhtaj. Beliau menyaksikan azab kubur secara nyata sekali. Fenomena ini di ceritaakan  dalam kitab Az- Zawajir 1: 15, beliau berkata dalam kitab tersebut:

Sewaktu saya masih kecil, saya biasa menziarahi kuburan ayah saya - semoga Allah merahmati beliau - untuk membaca Al Qur-an kepada beliau. Jadi suatu hari saya keluar setelah shalat subuh di saat masih remang-remang dalam bulan suci Ramadhan, bahkan saya menduga demikian itu adalah pada saat sepuluh yang terakhir, bahkan saya menduga demikian pada malam lailatul qadar.

Jadi sewaktu saya sudah duduk kepada kuburan beliau dan sudah saya bacakan sesuatu dari Al Qur-an dan tak ada di pekuburan itu seorang pun selain saya, maka tiba-tiba saya mendengar teriakan kesakitan yang besar dan erangan yang sangat menyayat; ahhhh, ahhhh, ahhhh.

Begitulah bunyi suara yang mengejutkan saya itu yang berasal dari sebuah kuburan yang dibangun dengan kapur dan kapur batu yang berwarna putih besar. Maka saya pun menghentikan bacaan dan memperdengarkan suara itu, maka saya mendengar suara azab tersebut berasal dari dalam kubur tsb.

Sedangkan orang yang sedang di azab itu mengerang kesakitan akan sebagai erangan yang sangat keras dengan sekira-kira menyayat hati yang mendengarnya dan membuat merasa ngeri, saya pun memperdengarkannya hingga beberapa lama.

Maka sewaktu fajar sudah menyingsing, mendeteksi suara itu menjadi tersembunyi dari saya, lalu seseorang lewat di depan saya maka saya pun bertanya: "Kuburan siapakah ini?". Orang itu menjawab: "Oh, ini kuburan si Fulan". Yaitu seseorang yang pernah saya jumpai ketika saya masih kecil.

Ia adalah seorang yang berada di tingkat penghabisan dalam hal selalu bermulazamah dengan mesjid dan shalat pada waktunya, serta diam dari bicara. Ini semuanya sudah saya saksikan sendiri darinya dan sudah saya tahu sendiri darinya.

Maka perkara yang menimpanya itu membuat saya sangat kaget sekali, karena saya mengetahuinya sebagai orang yang mempunyai berbagai hal-hal  baik pada dzahirnya.

Jadi saya pun bertanya dan menyelidiki orang-orang yang tahu tentang hal ihwalnya yang sebenarnya, maka mereka memberitahu saya bhwsanya ia adalah seorang pemakan riba.

Jadi dia itu seorang pedagang, kemudian dia menjadi tua dan masih tersisa bersamanya beberapa harta benda, namun dirinya yang dhalim serta tercela itu tiada puas untuk makan darinya sehingga maut menjempunya.

Bahkan syaithan mensupportnya untuk melakukan transaksi riba sehingga hartanya tiada berkurang, maka hal itu pun menjatuhkannya dalam azab yang pedih tersebut sehingga dalam bulan suci Ramadhan, sehingga dalam malam lailatul qadar ia tetap di azab.