Belas Kasih Rasulullah Ketika Lebaran

 
Belas Kasih Rasulullah Ketika Lebaran

LADUNI.ID - Islam demikian perhatikan kepada nasib fakir miskin dan anak-anak yatim. Bahkan yang menyia-nyiakan nasib anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan kepada kaum miskin adalah disebut mendustakan agama, sebagaimana dalam surat al-Maun.

"Mari kita tundukkan kepala, merenungi puasa yang sudah kita jalani bersama. Mari berempati kepada para anak yatim yang ditinggal ayahnya, mari peduli kepada orang-orang miskin."

"Ujian bagi yatim dan miskin adlh dengan kesabaran. Ujian bagi yang kaya adalah syukur," demikianlah khotbah di Masjid Baiturrahim, desa Gambor, kecamatan Singojuruh, Banyuwangi dengan khatib Ustadz Ahmad.

Dikatakan oleh Ustadz Ahmad, bahwa berlebaran itu harus peduli dan empati kepada sesama. Karena lebaran bukanlah sekedar berbaju baru.

Ia kemudian mengutip kisah lebaran Rasulullah dalam kitab An-Nawadir karya Syekh Qolyubi.

"Rasulullah keluar shalat idul Fitri. Kemudian beliau melihat beberapa anak bermain dan di antara mereka ada anak yang duduk di seberang dalam keadaan menangis. Kemudian Rasulullah menghampirinya."

"Hai, anak, mengapa kamu menangis dan tidak mau bermain dengan mereka?"

Ternyata anak yang sedang menangis itu adalah seorang yatim. Rasulullah kemudian berkata, "Maukah engkau menganggapku sebagai ayah, dan Aisyah sebagai ibu?"

Anak itu mau dan kemudian diajak oleh Rasulullah ke rumah beliau. Oleh beliau anak itu diberi sebaik-baik baju, diberinya makan, dan agar ia senang.

"Anak yatim itu pun kemudian bergabung dengan anak-anak lainnya."

Anak-anak yang sedang bermain bertanya kepada sang yatim, 'kenapa tadi menangis dan sekarang bergembira?'

Anak yatim itu pun menjawab,

"Tadi saya lapar, sekarang saya sudah kenyang. Tadi saya belum berpakaian (pantas), sekarang saya berpakaian. Sebelumnya saya yatim, sekarang Rasulullah menjadi ayahku, Aisyah ibuku, Fathimah saudariku, dan Ali pamanku."

Demikianlah rasa belas kasih yang dicontohkan oleh Rasulullah. Beliau sangat mencinta anak anak yatim dan mencintai orang-orang miskin.

Oleh : Yusuf Suharto