Idul Fitri, Momentum Indahnya Saling Memaafkan

 
Idul Fitri, Momentum Indahnya Saling Memaafkan

LADUNI. ID, KOLOM- SAAT ITU sang surya mulai redup di hiasi mega merah di ufuk barat sebagai isyarah waktu akan berakhir memasuki putaran sa'atul jadid (waktu yang baru). Masyarakat menanti datangnya hari yang sangat dinantikan diiringan suara takbir. Tidak lama dimana-mana lantunan takbir terus bergema bersahautan.

Menandakan yaumil Aid telah tiba, sang gema takbir terus berkumandang di sudut bumi walau tidak semegah sahutan di lebaran Idul Fitrah mulai Magrib hingga menjelang pelaksanaan salat Idul Fitri.

Padahal antara ‘dua saudara’ kandung lebaran Idul Fitri dan Idul Adha kedua mempunyai kelebihan yang sangat besar dalam pandangan agama bahkan durasi sang “adik” nya Idul Adha gema takbiran hingga akhir hari Tasyrik masih dianjurkan untuk bertakbir.

Hiruk pikuk zaman “edan” bin zaman now alias era industri 4.0 kadang kala ulah khalifatul ardhi kerap mengikis syiar agama nan indah dan menggelora itu. Zamankah yang edan atau penghuni zaman yang semakin jauh dan edan dengan nilai dan syiar Islam?

Terlepas dari itu semua di balik keagungan Lebaran itu mengisyarahkan kepada kita untuk saling memaafkan di antara sesama. Janganlah kita hanya mampu “berqurban” apa yang kita miliki baik untuk bersedekah, berbagi kesenangan, bahkan berqurban sekalipun dengan bilangan tidak terhingga namun kita lemah dan kalah dalam “berqurban” egoisme dalam bingkai saling memaafkan.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN