Sombong Karena Merasa Paling Pintar

 
Sombong Karena Merasa Paling Pintar
Sumber Gambar: Kamis Pahing, 11 Mei 2023 laduni.id

LADUNI.ID, Jakarta – Setan sebagai musuh yang nyata bagi manusia, tidak pernah kehabisan cara untuk menjerumuskan manusia dalam keburukan.
Tipu dayanya membuat sesuatu yang sejatinya salah, seolah terlihat menjadi benar. Diantara tipu daya tersebut ialah dengan membuat manusia merasa dirinya suci dan merasa aman dari dosa.

Rasulullah telah mengingatkan kepada kita semua bahwa sifat takabbur sangat dibenci Allah SWT sehingga sifat takabbur dapat menjadi penghalang bagi siapa saja untuk menuju keselamatan akhirat, bahkan Rasulullah Shallallohu Alaihi Wasallam menegaskan bahwa siapa saja yang mempunyai sifat takabbur tidak akan dapat memasuki sorganya Allah SWT, hadis yang diriwayatkan oleh imam Muslim dari Sahabat Abdullah bin Mas’ud R.A berbunyi :

لا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ

Artinya: “Tidak akan masuk surga orang-orang yang dalam hatinya terdapat rasa takabur atau sombong meskipun hanya sekecil biji sawi.”  (HR. Imam Muslim).
 

لَا يَزَالُ الْمَرْءُ عَالِمًا مَا طَلَبَ الْعِلْمَ فَإِذَا ظَنَّ أَنَّــهُ قَدْ عَلــِمَ فَقَدْ جَهِـــلَ

“Seseorang disebut pintar selama ia terus belajar. Begitu ia merasa pintar, saat itu ia bodoh.”
 (Abdullah ibn Mubarak, ulama sufi, wafat 797 M; dikutip dari Kitab Ihya ‘Ulumiddin karya Imam Al-Ghazali).

Ungkapan ini secara tersirat menegaskan kembali bahwa tak ada kata berhenti untuk belajar. Ilmu terbentang sangat luas tanpa batas sehingga mustahil bagi seseorang mencapai titik final.
Yang dapat dilakukan hanyalah belajar, belajar, dan terus belajar. Orang yang merasa berilmu, puas dengan apa yang ia ketahui, sejatinya sedang menunjukkan kebodohanya.

Di antara ciri orang yang merasa pintar adalah dia tidak mau menerima ‎pendapat, saran, petuah, apalagi kritik dari orang lain. Tetapi sebaliknya, dia ‎ingin agar orang lain menerima pendapat, saran, petuah dan kritik darinya. ‎Dia memosisikan dirinya lebih superior dari orang lain, sekaligus menempatkan ‎orang lain lebih inferior darinya.‎

Allah SWT Berfirman dalam  QS. Yusuf 12:76

فَبَدَاَ بِاَوْعِيَتِهِمْ قَبْلَ وِعَاۤءِ اَخِيْهِ ثُمَّ اسْتَخْرَجَهَا مِنْ وِّعَاۤءِ اَخِيْهِۗ كَذٰلِكَ كِدْنَا لِيُوْسُفَۗ مَا كَانَ لِيَأْخُذَ اَخَاهُ فِيْ دِيْنِ الْمَلِكِ اِلَّآ اَنْ يَّشَاۤءَ اللّٰهُ ۗنَرْفَعُ دَرَجَاتٍ مَّنْ نَّشَاۤءُۗ وَفَوْقَ كُلِّ ذِيْ عِلْمٍ عَلِيْمٌ (٧٦)

76. Maka mulailah Yusuf (memeriksa) karung-karung mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya sendiri, kemudian dia mengeluarkan piala raja itu dari karung saudaranya. Demikianlah Kami atur untuk (mencapai maksud) Yusuf. Tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya menurut undang-undang raja, kecuali Allah menghendaki-Nya. Kami tinggikan derajat orang yang Kami kehendaki; dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui.  (QS. Yusuf 12:76)‎

Imam Hasan Al-Bashri ketika memaknai maksud ayat ini, sebagaimana ‎dikutip oleh Ibn Katsir dalam tafsirnya, mengatakan bahwa tiadalah orang ‎alim, kecuali di atasnya ada orang alim lainnya, hingga ilmu itu terhenti ‎kepada Allah SWT.‎ Rangkaian ayat di atas seharusnya menggugah kesadaran kita, bahwa ‎tidak layak seorang hamba merasa dirinya pintar. Karena, di luar sana masih ‎banyak orang yang jauh lebih pintar.
Dan tentu, muara ilmu itu pada akhirnya ‎berhenti di sisi Allah SWT. ‎

Ada dua Sifat takabbur atau sombong yang seringkali meliputi manusia, pertama sombong dhahir atau yang dapat terlihat dan sombong dalam hati.
Sifat sombong zahir dapat terlihat dengan jelas dan penyakit ini banyak sekali menjangkiti manusia.
Ada orang yang menyombongkan diri karena harta sehingga menampakkan atau memamerkan kekayaanya. Orang seperti ini tentu tidak menyadari bahwa kekuasaan atau kekayaan hanya milik Allah SWT, bahkan harta yang mereka punya merupakan titipan dari Allah, hal ini ditegaskan dalam surah Al-hadid ayat 7 :

آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَأَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ ۖ فَالَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَأَنْفَقُوا لَهُمْ أَجْرٌ كَبِيرٌ

Artinya : “Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.” (QS. Al-Hadid 57:7)

Sifat sombong yang kedua adalah yang berasal dari hati. Sifat ini banyak yang menyadarinya atau lebih banyak pula yang tidak menyadari perbuatanya yang mengandung sifat takabbur.
Sikap seperti ini banyak dimiliki oleh orang yang berilmu. Seringkali orang yang berilmu merasa lebih pandai dari orang lain sehingga sengaja ataupun tidak sengaja merendahkan orang lain.
Padahal yang dia tidak sadari adalah boleh jadi dia pintar dalam ilmu hal tertentu, tetap lemah dalam bidang lain.
Orang yang selalu merasa pintar akan selalu berpaling dari kritik dan masukan. Ia selalu merasa diirinya lebih dari yang lian. Sikap sombong menutupi dirinya untuk bisa menghargai orang lain.

Allah SWT yang menciptakan manusia dan Allah SWT pula yang mengangkat derajat manusia namun Allah SWT pula yang menurunkan derajat manusia, semua merupakan kehendak dari Allah SWT.
Kemuliaan hanya akan diberikan kepada orang yang bertakwa dengan sebenar-benarnya, sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah “At-Tin” ayat 4- 6 sebagai berikut:

لَقَدْ خلقنا الإنسان فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ(4) ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ (5) إِلاَّ الَّذِينَ (6) آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.” (QS. At-Tin 95: 4-6).

Orang yang pintar merasa, meski ilmunya setinggi langit, ia akan tetap ‎membumi. Meski hartanya melimpah ruah, dia akan tetap bersikap ramah. ‎Meski status sosial dan jabatannya tinggi, dia akan tetap rendah hati.
Meski ‎berasal dari keluarga terhormat, tetapi tidak gila hormat. ‎
Orang yang pintar merasa, tidak akan pernah menganggap dirinya ‎lebih dari orang lain, meski beragam prestasi dan karya-karya luar biasa ‎pernah diraih dan ditorehkannya.
Ia tetap merasa sebagai hamba yang penuh ‎kekurangan dan kelemahan. Semua prestasi dan karya yang diraih dan ‎ditorehkannya hanyalah semata-mata karena izin Allah atas ikhtiar yang ‎dilakukannya.‎

Semoga uraian singkat diatas dapat mengingatkan kita bahwa sedikit saja ada rasa sombong baik secara zahir maupun batin akan menjauhkan kita dari rahmat Allah SWT.
Dan Semoga kita selalu dijauhkan dari sifat takabbur yang dapat menghalangi rahmat dan pahala ibadah kita.

 

Sumber : Kitab Ihya ‘Ulumiddin karya Imam Al-Ghazali

___________
Catatan: Tulisan ini terbit pertama kali pada Sabtu, 6 Juli 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan.

Editor : Sandipo

Kamis Pahing, 11 Mei 2023
Kamis          : 8
Pahing        : 9