Ilustrasi Perbuatan Manusia Menurut Berbagai Aliran Teologi

 
Ilustrasi Perbuatan Manusia Menurut Berbagai Aliran Teologi

LADUNI.ID - Banyak yang bingung sebenarnya apa sih perbedaan antar aliran Qadariyah, Jabriyah dan Ahlussunnah wal Jama'ah (Asy'ariyah-Maturidiyah)? Untuk memudahkan, saya membuat ilustrasi sederhana sebagai berikut:

Dalam teologi muktazilah Qadariyah, manusia seperti robot otonom dengan baterai dan kecerdasan buatan. Sekali dihidupkan dia bebas melakukan apapun dengan kekuatan yang ada dan penciptanya tak tahu apa yang akan dilakukannya sebelum terjadi.

Sedangkan dalam perspektif Jabriyahnya, manusia seperti robot yang dikendalikan dengan remote kontrol. Robotnya tak punya peran apa-apa, semua apa kata yang memegang remote.

Adapun dalam perspektif Asy'ariyah, manusia seperti robot semi otonom. Ia punya baterai dan kecerdasan buatan tetapi seluruh fungsinya terkoneksi ke server. Bila robot itu mau berjalan, server merespon kehendak robot itu dan membuatnya bisa berjalan. Bila sewaktu-waktu servernya menolak kehendak robot, maka robot itu tak bisa apa-apa. Jadi baik robot dan server itu punya peran masing-masing tetapi yang disebut pelaku tindakan tetaplah robot itu sendiri.

Bila masih bingung bagaimana bisa satu tindakan bisa terjadi dengan beberapa pihak yang berperan di balik itu? Jawabannya mudah dengan ilustrasi berikut:

Tiap hari terjadi pengiriman teks WhatsApp yang terkirim ke penerima yang dituju. Siapa yang sebenarnya mengirim teks itu? Penulisnya, operator seluler, satelit, server WhatsApp, atau hapenya? Jawabannya semua berperan dalam pengiriman itu. Bila salah satunya rusak, tak bisa terjadi pengiriman teks. Tetapi yang bertanggung jawab pada teks hanya penulisnya saja. Pihak yang lain tidak bertanggung jawab karena sebatas berperan sebagai service provider.

Ini justru lebih kompleks dari perbuatan manusia sebab dalam perbuatan manusia yang terlibat hanya manusia itu sendiri dan kehendak Allah. Tentu saja yang bertanggung jawab atas perbuatan itu adalah manusianya selaku pelaku (muktasib) yang melakukan tindakan itu dengan bebas sesuai kehendaknya, bukan Allah selaku "provider" tindakan (khaliq al-af'al).

Oleh: Abdul Wahab AHmad